Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Dampak Pandemi Nyata : Setahun Sangiran Tutup,Banyak Pedagang Pilu & Banting Stir Jadi Kuli Bangunan

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan memaksa berbagai sektor untuk menghentikan kegiatan, termasuk sektor pariwisata.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septiana Ayu
Hanya pedagang ibu-ibu yang bertahan, sementara kaum pria banting stir di lokasi penjualan souvenir di kawasan Museum Sangiran, Kabupaten Sragen. 

"Hingga kini, belum ada lagi bantuan yang datang dari Pemerintah," aku dia.

Ngatno berharap, Museum Sangiran dapat segera dibuka agar bisa kembali berjualan.

"Semoga segera datang pemberitahuan museum akan kembali dibuka, ekonomi biar bisa jalan lagi," pungkasnya.

Mengandalkan Wisatawan Kecele

Meski Museum Sangiran di Kabupaten Sragen masih ditutup untuk umum, pedagang souvenir tetap membuka lapaknya.

Tampak, terdapat 5 lapak pedagang souvenir di kawasan wisata manusia purba itu.

Para pedagang tersebut menjual berbagai pernak-pernik khas Sangiran, berupa batu kristal yang diasah menjadi gelang, kalung, bros, dan lainnya.

Sebelumnya, mereka berjualan di dalam kawasan Museum Sangiran, yang disediakan khusus oleh pengelola.

Dengan ditutupnya Museum Sangiran, maka mereka memilih untuk berjualan didepan gerbang dengan membuka kios kecil-kecilan.

Baca juga: Terungkap, Admin Arisan Bodong yang Kelabuhi Pengusaha hingga Pegawai Bank Ternyata Orang Wonogiri

Baca juga: Ratusan Wisatawan Kecele, Mau Lihat Manusia Purba, Ternyata Gerbang Museum Sangiran Sragen Digembok

Salah satu pedagang souvenir, Endah mengaku dia bertahan hidup, dengan mengandalkan wisatawan yang kecele.

"Iya, hampir setiap hari masih ada orang yang datang, kadang ya mereka berhenti sebentar untuk membeli oleh-oleh khas Sangiran," katanya kepada TribunSolo.com.

Puncaknya pada akhir pekan, di hari Sabtu dan Minggu, dimana ratusan wisatawan datang, dengan jeda 15 menit sekali.

Meski belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, Endah tetap bersyukur karena masih bisa menghasilkan.

"Biasanya kalau ramai ya pas minggu ini, biasanya bisa menjual 10 gelang, kalau hari biasa memang tidak ada," ujarnya.

"Saya juga jual baju, kalau baju satu bulan laku satu potong," imbuhnya.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved