Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Gadis SMA di Boyolali Jadi Tulang Punggung Keluarga, Kedua Kakak Lumpuh dan Ayah Menderita Stroke

Kehidupan gadis asal Kecamatan Mojosongo seketika berubah 180 derajat karena mengayomo keluarganya.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
KOMPAS/JITET
Ilustrasi kursi roda. 

Laporan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Kehidupan gadis asal Kecamatan Mojosongo seketika berubah 180 derajat.

Sejak sang ibu, meninggal pada Agustus lalu akibat Covid-19, dia menjadi tumpuan keluarga. 

Di usianya yang masih belia, gadis 16 tahun itu mengurus kedua kakaknya.

Kakaknya pertama S mengalami keterbalakangan mental sejak lahir.

Baca juga: Kisah Masa Lalu Celine Evangelista, Putus Sekolah Setelah Lulus SMP Demi Bantu Ekonomi Keluarga

Baca juga: Kisah Pilu Keluarga Cahyo-Wiwin, Bersama 8 Anaknya Tinggal di Tenda HIK, Sudah Tak Mampu Bayar Kos

Sedangkan kakak kedua, B (21) yang mengalami lumpuh akibat kecelakaan lalu lintas sejak dua tahun lalu.

Tak cukup disitu saja, ayahnya yang menderita stroke kian juga menjadikan dia kurang bisa menikmati masa remajanya bersama teman-teman sebayanya.

Gadis yang saat ini baru masuk sekolah jenjang SMA itu harus menjadi tulang punggung keluarga satu-satunya.

Baca juga: Kisah Buruh Boyolali Kebingungan Anaknya Kelainan Jantung,Setiap Kali Berobat Bisa Habis Rp 600 Ribu

Dia yang terlihat bersahaja tak sedikitpun merasa terbebani dengan kondisi ini.

Dengan tulus hati, dia mengurus bapaknya serta dua kakaknya itu dengan sabar dan telaten.

“Untuk mengurus kedua kakak dan bapak ya harus sabar,” kata dia sambil menundukkan pandangannya saat diwawancarai TribunSolo.com, di teras rumahnya, Kamis (16/9/2021).

Baca juga: Kini Bisa Beli Tas Mewah, Evi Masamba Pamer Tas Pertama yang Dia Miliki, Terungkap Kisah Pilu

Dia terlihat sungkan dan nampak tak kuasa untuk bercerita saat ditanya perihal penderitaan yang dialami kedua kakaknya dan bapaknya tersebut.

Hanya saja, dia mengaku semula ibunya yang mencukupi kebutuhan keluarga.

Usaha keluarga berupa penggilingan padi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk biayanya sekolah.

Termasuk dalam mengurus kakak dan ayahnya dilakukan berdua bersama ibunya.

Baca juga: Kisah Warga Nekat Dengar Lagu Sinden di Dukuh Singomodo Sragen, Juru Kunci Sebut Orangnya Hilang

Namun, hal itu seketika berubah. Seakan tersambar petir di siang bolong, tepat pada 4 Agustus 2021 ibunya menghembuskan nafas terakhir akibat Corona.

Mulai saat itu, dia yang merupakan anak satu-satunya yang punya fisik normal mau tidak mau harus mengurusnya sendiri.

Beruntung, keluarga dan tetangga, serta Pemerintah Desa dan Kecamatan  tidak tutup mata dan telinga.

Bantuan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari didapatkan. Saudara dari Bapak dan Ibu yang tidak jauh juga setiap saat mengirimkan makanan.

Begitu juga dengan Jatah hidup (Jadup) serta bantuan-bantuan juga telah mengalir

Bayi Kelainan Jantung di Boyolali

Penderitaan yang dialami Clarissa Arsya Nurfia sungguh berat.

Bayi di bawah lima tahun (Balita) warga Dukuh Randurejo, RT 01, RW 03, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo itu mengalami kelainan jantung.

Diapun banyak menangis dipangkuan ibunya saat ditemui, Rabu ( 15/9/2021). Bibirnya terlihat membiru.

Baca juga: Guru SMAN 7 Solo Meninggal Dunia saat Gowes di Teras Boyolali, Diduga Serangan Jantung

Baca juga: Manfaat Wedang Uwuh Bila Rutin Diminum: Bikin Jantung Sehat, Sirkulasi Darah Lancar

Kemudian saat dibukakan bajunya, bagian dada sebelah kiri juga nampak lebih menonjol. Sambil terus menangis, sesekali Clarissa juga memegangi bagian dadanya yang terasa sakit itu.

Selain Jantungnya bocor, organ tubuh yang berfungsi memompa darah keseluruh tubuh itu juga mengalami bengkak.

Bahkan masih ada beberapa istilah medis lainnya untuk menyebutkan kelainan jantung pada Clarissa.

Baca juga: Alami Henti Jantung saat Bela Denmark, Nasib Christian Eriksen di Inter Milan Ditentukan Ini

“Ada banyak ko. Ada sembilan macam (kelainan) jantung pada anak saya ini, saya sendiri sampai tidak hapal istilahnya apa,” kata Ibu Clarissa Nur Ismiyati, saat ditemui di rumahnya, Kamis (15/9/2021).

Kelainan pada organ terpenting dalam tubuh manusia yang dialami anaknya itu berdampak besar bagi perkembangan tubuh Clarissa.

Tumbuh kembang anaknya tak bisa seperti bayi normal. Clarissa yang sudah berusia 1,5 tahun, baru bisa berbaring saja.

Baca juga: Manfaat Wedang Uwuh Bagi Kesehatan, Baik Bagi Daya Tahan Tubuh hingga Meningkatkan Fungsi Jantung

Jangankan untuk berjalan, berdiri saja atau bahkan untuk duduk saja anaknya itu tidak bisa.

“Harus didudukkan dan hanya sebentar saja. Kalau kelamaan pasti ngos-ngosan,” jelasnya.

Pertumbuhan berat badan Clarissa juga sangat lambat. Saat ini saja, berat badannya baru 6,4 kilogram.

Baca juga: Kesaksian Dokter yang Tangani Christian Eriksen saat Kolaps: Detak Jantungnya Sempat Hilang

Padahal, dia sudah memberikan susu formula terbaik dengan harga yang cukup mahal untuk membantu pertumbuhan badannya.

“Dikasih susu itu saja, pertumbuhannya lambat. Apalagi kalau dikasih susu yang standar, lebih lambat lagi dan saya kasihan,” ujarnya.

Diketahui Saat Usia 6 Bulan

Dia mengaku penderitaan yang dialami anak keduanya itu terjadi sudah cukup lama. Tepatnya saat Clarissa menginjak usia 6 bulan.

Saat itu, anaknya tiba-tiba sering menangis (rewel). Tak seperti biasanya, tangisan anaknya saat itu juga dibarengi dengan bibir yang membiru.

Diapun kemudian memeriksakan anaknya tersebut ke rumah sakit yang akhirnya diketahui bahwa anaknya mengalami kelaianan jantung.

Baca juga: Diduga Serangan Jantung, Markis Kido Meninggal Dunia saat Main Bulutangkis di Tangerang

Mendengar hal itu, Nur Ismiati yang merupakan seorang ibu rumah tangga seakan tersambar petir. Suaminya yang hanya sebagai buruh pabrik juga cukup berat dengan kondisi anaknya itu.

Sejak saat itulah, setiap bulan anaknya diperiksakan ke RS Sarjito Jogjakarta.

“Berobat ke Jogja (RS Sarjito) dan ada BPJS dari Suami yang kerja disalah satu pabrik garmen di Butuh, Mojosongo,” jelasnya.

Baca juga: Viral Video Warga Ambil Paksa Jenazah Covid-19 di Deliserdang, Teriak: Mamakku Sakit Jantung!

Dia mengaku sebenarnya ingin anaknya segera bisa dioperasi. Namun, rumah sakit atau dokter yang menanganani anaknya masih menunggu perkembangan selanjutnya.

“Katanya operasi dilakukan nanti setelah 2 tahun gitu,” ujarnya.

Diperkirakan tak seluruh biaya operasi anaknya itu ditanggung BPJS. Pihaknya juga mesti menyediakan uang cadangan jika ada biaya yang tidak tercover oleh BPJS.

“Kemarin pas ngobrol-ngobrol dengan orang tua penderita jatung bocor yang lain, perkiraan habis Rp 250 juta dan yang tercover Rp 200 saja,” ujarnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved