Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Sedih, Dalang di Boyolali ini Harus Ngamen karena Pandemi : Dulu Dibayar Rp 50 Juta, Kini Rp 50 Ribu

Kisah sedih sejumlah dalang senior di Boyolali, karena pandemi kehilangan hak mentas, akhirnya harus mengamen wayang kulit dari rumah ke rumah.

Penulis: Erlangga Bima Sakti | Editor: Aji Bramastra
Istimewa Ki Wartoyo
Para dalang dari Solo Raya harus ngamen door to door untuk mendapatkan penghasilan. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Erlangga Bima Sakti

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Pandemi Covid-19 sungguh dirasakan dampaknya bagi para seniman dalang wayang kulit.

Praktis selama kurun waktu hampir dua tahun, mereka tidak bisa menggelar pentas karena terbentur larangan menggelar acara kerumunan.

Dengan begitu, para dalang ini mulai kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Baca juga: Kisah Sedih dari Boyolali : Pandemi Buat Dalang Gondo Menyerah, Jual Wayang untuk Bayar Cicilan Bank

Baca juga: Mobil BMW Kesayangan Ki Manteb Soedharsono, Pernah Antar Dalang Isi Acara Hingga Sumatera

Maklum, selama ini mereka hanya mengandalkan profesi sebagai dalang.

Kendati demikian, mereka tak menyerah.

Belum lama ini, kumpulan dalang itu ngamen pentas dari rumah ke rumah warga.

Ngamen itu diinisiasi oleh Ki Wartoyo, dalang asal Boyolali

Ia bersama tim melakukan pentas di Kecamatan Tuntang, Semarang pada Rabu (15/9/2021) lalu.

Baca juga: Ucapkan Belasungkawa, Bupati Juliyatmono : Warga Karanganyar Merasa Kehilangan Maestro Dalang Hebat

"Awalnya mendapat keluhan dari teman-teman dalang senior lewat telepon, saya inisiatif memberikan solusi untuk ngamen itu. Saya yang carikan lokasi di tempat yang biasa buat tampil dulu," kata dia Minggu (19/9/2021).

Dalam aksi ngamen itu terdapat lima dalang senior, yakni Ki Kasim Subandi asal yang berasal Klaten.

Sementara empat dalang lainnya yakni Ki Joko Sunarno, Ki Joko Sartono, Ki Kangko dan Ki Anggoro Dwi Sadono yang semua berasal dari Boyolali.

Baca juga: Kesaksian Ki Dalang Gondho Wartoyo soal Kebaikan Ki Manteb: Diundang Hajatan Kecil-pun Beliau Datang

Mereka juga memboyong satu orang sinden dan alat-alat gamelan beserta wayang dengan menggunakan mobil.

"Jadi tim bergerak dari rumah ke rumah, kulonuwun dulu sama tuan rumahnya kalau mau ngamen. Ketika dapat izin baru digelar," jelasnya.

Demi menekan pengeluaran, dalang-dalang itu terpaksa tidak membawa tim penabuh gamelan.

Lima dalang itu bergilir untuk menabuh gamelan dan mendalang.

Baca juga: Geger Teror Kepala Anjing di Riau, Ternyata Didalangi Pecatan Polisi, Pelaku Pernah Tewaskan 4 Warga

Lantas berapa pendapatan yang didapat dengan mengamen dari rumah ke rumah itu? Wartoyo mengatakan, bahwa pendapatan bervariasi sesuai pemberian tuan rumah.

"Kemarin ada tuan rumah yang langsung minta tiga jam, diberi Rp 4 juta. Ada yang lucu juga, ngasih cuma Rp 50-100 ribu, tapi ya diterima," aku dia.

Padahal, Wartoyo mengatakan, bila di masa normal, tarif dalang memang bis amencapai puluhan juta rupiah.

"Saya dulu dibayar ada yang Rp 50, 60, bahkan pernah Rp 80 juta," kata Ki Wartoyo.

Lebih jauh Wartoyo mengaku pendapatan mengamen kemarin mencapai Rp 5.200.000.

"Uang segitu dibagi lima dalang tadi sama sindennya," jelasnya.

Rencananya, dalam bulan ini tim ngamen dalang itu akan menggelar kegiatan serupa di berbagai daerah dengan tambahan personel dalang. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved