Berita Klaten Terbaru
Menyedihkan, Enam Sungai yang Mengelilingi Klaten Sudah Tercemar, Paling Parah Sudah Tercampur Kimia
Sejumlah sungai yang mengalir di Kabupaten Klaten sudah tidak perawan alias sudah tercemar limbah.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Sejumlah sungai yang mengalir di Kabupaten Klaten sudah tidak perawan alias sudah tercemar limbah.
Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Klaten, Dwi Maryono mengatakan hasil tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan 31 Maret 2021 lalu.
"Setiap tahun, kami lakukan uji lab kualitas air sungai, pada musim penghujan di bulan Oktober dan musim kemarau di bulan Maret," kata Maryono kepada TribunSolo.com, Rabu (22/9/2021).
Maryono mengatakan ada 27 parameter dalam pemeriksaan uji kualitas sungai di Klaten.
Baca juga: Warning dari Gibran, Jika Ada Sekolah yang Siswanya Terpapar Corona, Langsung Ditutup Seperti Jepara
Baca juga: DLHK Klaten Kecolongan Warna Sungai Mendadak Merah, Kades Diwanti-wanti Segera Lapor Jika Ada Lagi
Adapun 27 paramater di antaranya Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Fosfat, Bakteri Ecoli Foam dan lain-lain.
Ia menerangkan BOD merupakan oksigen yang dibutuhkan mikro organisme, sedangkan COD lebih ke kimiawi.
"Indikator BOD seperti jadi dari tinja ternak, sedangkan indikator dari COD dari sabun dan bahan kimia rumah tangga," ujarnya.
Ia menyebut ada 12 titik sungai yang diambil sampelnya untuk diteliti.
Mulai dari Sungai Soran, Sungai Kroman, Sungai Pusur, Sungai Modin, Sungai Kacang Ijo, dan Sungai Merbung dan Rowo Jombor.
"Kami mengambil sampel di 12 titik baik di hulu dan hilir sungai," ucap dia.
Dari hasil penelitian indikator BOD di Sungai Kroman tinggi, yakni hulu 10,1 miligram per liter sedangkan, di hilir sudah 25,8 miligram per liter.
Sementara itu, hasil COD di Sungai Kroman hilir hasilnya 38 miligram per liter, sedangkan di hulu 15,4 miligram per liter.
"Indikator Biochemical Oxygen Demand yang tidak lebih 3 miligram per liter, sedangkan Chemical Oxygen Demand tidak lebih dari 25 miligram per liter," ujarnya.
Sungai Merah
Ada kejadian menarik setelah polisi turun untuk menyelidiki sungai yang berubah merah di Desa Ngreden, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten.
Saat itu, ada kapas yang tertinggal dan kini menjadi alat bukti dalam penyelidikan sungai yang diduga dicemari limbah.
Kasi Humas Polres Klaten Iptu Abdillah menerangkan, tim khusus tersebut yakni Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) Satreskrim.
"Kami telah menerjunkan tim ke lokasi dan mengambil sample di sana," terang dia, kepada TribunSolo.com, Jum'at (17/9/2021).
Abdillah mengatakan, tim tersebut mengambil sampel air dan kapas yang berada di TKP.
Selain itu, ia mengungkapkan pihaknya juga berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Klaten terkait kasus tersebut.
Baca juga: Terbukti Buang Limbah Ciu ke Bengawan Solo, Polda Jateng Tetapkan Dua Warga Polokarto Jadi Tersangka
Baca juga: Viral di Klaten, Warga Dihebohkan Air Sungai Wonosari Mendadak Jadi Merah, Mirip Kucuran Darah Segar
"Sampel tersebut akan dibawa labfor dan kami telah melakukan klarifikasi kepada saksi-saksi terkait kasus ini," kata Abdillah.
Kemudian ia mengaku telah mendapatkan informasi dari warga setempat, bahwa telah melihat mobil boks di tengah sawah.
Dia menjelaskan warga tersebut melihat orang di dalam mobil tersebut tengah membuang sesuatu di sungai.
"Diduga itu limbah dari pabrik, dimungkinkan karena tidak mempunyai tempat pembuangan limbah, akhirnya membuang limbah itu di sungai tersebut," ujarnya.
Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Klaten, Dwi Maryono mengatakan peristiwa itu terjadi sangat singkat.
"Kami sudah melihat videonya dan tadi pagi kita ke lapangan, tapi yang air warna sudah gak ada, karena kejadiannya sudah kemarin dan tidak sampai 2 jam," ujar dia.
Maryono mengatakan telah meminta keterangan kepada kepala desa serta warga setempat.
Ia menuturkan dari laporan warga, ada mobil boks yang mencurigaakan di lokasi kejadian.
Baca juga: Ada 15 Desa di Klaten Sudah Terima Ganti Rugi Tol Solo-Jogja, Telan Rp 855 Miliar
"Berdasarkan laporan dari warga, kemarin ada mobil boks berhenti di lokasi dan sedang mencuci mobil, dan diduga mencuci suatu barang sehingga tumpah di sungai," kata dia.
"Kita berpesan dengan Kades untuk melaporkan ke kami jika terjadi kejadian yang sama," pungkasnya.
Viral di Klaten
Warga di Kabupaten Klaten dihebohkan dengan penampakan air sungai di Desa Ngreden, Kecamatan Wonosari mendadak jadi merah, Kamis (16/9/2021).
Bahkan video yang diunggah oleh akun bernama Deni Legowo di grup Facebook Info Seputar Klaten berdurasi 23 detik menjadi viral di mana-mana.
Perekam terdengar berucap :
"Sungai Ngreden tercemar lur, merah merona, iwake do mati (sungai Ngrenden teremar saudara, merah merona, ikannya mati), " ucap seseorang di dalam video tersebut.
"Lokasi ngreden, kaline abang seperti darah (Lokasi Ngrenden, sungai seperti darah)," imbuhnya.
Baca juga: Tuan Rumah Liga 2, Persis Solo Main Dikandang Stadion Manahan, Gibran Restui 4 Lapangan Latihan
Baca juga: Kesaksian Ayah di Sukoharjo Tega Setubuhi Putrinya, Gegara Dua Tahun Istri Menolak Berhubungan Badan
Kepada TribunSolo.co, warga sekitar sampai terheran-heran karena tak pernah terjadi pemandangan tersebut.
Bahkan warga ketakutan dan tak berani memegang air sungai yang selama ini menjadi saluran irigasi itu.
Warga Desa Ngreden Wiyadi (54), mengatakan kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 13.00 WIB.
Ia mengaku kaget melihat warna air sungai tersebut berubah tiba-tiba.
" Air sungai itu kan biasannya bening, kok ini merah darah, saya kaget," kata dia kepada TribunSolo.com, Kamis (16/9/2021).
Wiyadi mengaku kejadian tersebut merupakan kejadian pertama kali terjadi di Desa Ngreden.
Dikatakan, kejadian tersebut berlangsung selama 15 menit.
"Kejadian ini sempat viral, warga pada takut semua, saya tidak berani memegang air sungai waktu itu," ucap dia.
Kepala Desa Ngreden Sunarto mengaku sudah menerima laporan tersebut dari warga sehingga akan berkoordinasi dengan pimpinan lainnya.
"Air yang tercemar dapat mengganggu perkembangan tanaman padi dan mengperngaruhi kualitas padi nantinya," ujar dia.
Ikan pada Mati di Sungai
Sebelumnya, warga di Desa Cawas, Kecamatan Cawas, Klaten, sempat dibuat dengan bau amis beberapa hari terakhir.
Penyebabnya pun terjawab di Kali Dengkeng yang mengalir di wilayah desa tersebut.
Ratusan ikan di Kali Dengkeng, anak Sungai Bengawan Solo, Kecamatan Cawas, mati misterius.
Fenomena ini disebut tak lazim oleh warga, karena di tahun-tahun sebelumnya, tak pernah terjadi.
Pantauan TribunSolo.com Jumat (10/9/2021), pukul 16.00 WIB, lokasi kali tersebut berada di perbatasan antara Desa Plosowangi dan Desa Cawas, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten.
Baca juga: Bukan Mutiara, Bayi yang Dibuang Ibunya Diberi Nama Shanum Aida, Kini Dikembalikan ke Keluarganya
Baca juga: Kepulangan Ronaldo ke MU Dianggap Tak Akan Beri Perubahan Signifikan
Terlihat kali tersebut kering hingga bebatuan di dasarnya terlihat.
Meskipun begitu masih ada sedikit air sungai yang keluar dari pintu air DAM Tukuman, ke kali tersebut.
Nampak ratusan ikan mati di sungai tersebut, membuat bau bangkai ikan begitu terasa.
Baca juga: Kepanikan Napi Lapas Tangerang Selamatkan Diri dari Kebakaran, Saling Injak hingga Gedor Kamar Sel
Tukiyo (57) warga Dukuh Posakan Barat, Desa Cawas, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten mengatakan kali tersebut selalu kering setiap musim kemarau.
"Biasannya di musim kemarau kali ini kering," kata Tukiyo kepada TribunSolo.com, Jum'at (10/9/2021).
Tukiyo mengatakan, kondisi kali itu saat kemarau kering hingga tak ada airnya.
Baca juga: PDAM Solo Hentikan Pengolahan Air, Bengawan Solo Tercemar Limbah Ciu
Ia mengaku baru di musim ini, masih ada air yang mengalir di kali yang menghubungkan Kali Woro dengan Sungai Bengawan Solo.
Kemudian, dia mengaku baru mengetahui banyak ikan mati di kali tersebut.
Parno Sukoco (48), penjaga pintu air di DAM Tukuman, mengatakan kematian ikan di kali tersebut terjadi malam hari selama 6 hari terakhir.
"Dari pengalaman beberapa waktu lalu, saya cek setiap malam, ikan setengah mati," kata Parno kepada TribunSolo.com, Jum'at (10/9/2021).
Parno mengatakan matinya ikan di anak Sungai Bengawan Solo ini karena terjadi polusi udara.
Ia mengungkapkan fenomena itu sudah terjadi sejak 6 hari yang lalu.
Baca juga: Kronologi Dua Bocah Meninggal Tenggelam di Sungai Mungkung Sragen, Warga Ikut Menyelam Cari Korban
"Selain itu, kadar oksigen di dalam air itu tipis yang menyebabkan ikan mabuk kekurangan oksigen," ucap Parno.
Selain banyaknya ikan mati, bau busuk dari bangkai ikan tersebut membuat resah lingkungan di sekitar kali tersebut .
"Kami hanya pasrah dengan fenomena alam ini," ujarnya.
Baca juga: Hendak Buang Air Besar di Sungai, Warga di Kediri Digegerkan Temuan Mayat Mengapung
Sementara itu, Koordinator Penyuluh perikanan kabupaten Klaten, Wisnu Wardana mengatakan, kematian ratusan ikan di kali Dengkeng tersebut bukan disebabkan karena penangkapan ikan dengan racun.
Menurutnya, kematian ratusan ikan tersebut diduga karena terjadi Blooming Plankton atau ledakan populasi fitoplankton.
"Saya curigai dengan musim kemaru dan volume air cenderung diam, penyebab ikan mati disini karena faktor Blooming Plankton," kata Wisnu.
Wisnu mengatakan, dengan Blooming Plankton, Fitoplankton akan membutuhkan oksigen yang besar.
Hal itu membuat ikan-ikan di sungai mati kekurangan oksigen.
"Puncaknya terjadi pada dini hari, biasanya terjadi penurunan oksigen yang sangat tajam, sehingga ikan-ikan pada mati ," ujar Wisnu. (*)