Kuliner Solo
Wisata Kuliner Klaten : Ini Gubuk Tiwul, Menu Tiwul Sambal Bawangnya Bikin Omzet Jadi Melejit
Namanya warung Gubuk Tiwul. Warung ini berada di RT 09 RW 2, Dukuh Kenteng, Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klaten.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Aji Bramastra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Pilihan tempat kuliner di Klaten bertambah lagi.
Bagi yang mau coba sensasi bernostalgia tinggal di pedesaan, bisa coba Tiwul.
Baca juga: Makan Enak di Tawangmangu : Bubur Pecel Bu Tarmi, Perpaduan Tak Lazim Tapi yang Beli Sampai Antre
Iya makanan berbahan ketela pohon atau singkong itu pada masanya terutama saat masa-masa sulit pangan dulu jadi menu andalan masyarakat.
Makanan itu biasa dikonsumsi masyarakat sebagai pengganti nasi.
Di Klaten, saat ini sudah ada warung makanan yang menjajakan menu itu.
Namanya warung Gubuk Tiwul.
Warung ini berada di RT 09 RW 2, Dukuh Kenteng, Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klaten.
Warung tersebut merupakan unit usaha BUMDes Ngerang Jaya Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klaten.
Ketua BUMDes Ngerang Jaya Desa Ngerangan, Gunadi menyebut, menu utama di Gubuk Tiwul ini adalah Tiwul Sambel bawang.
Menu ini menyajikan kombinasi dari tiwul, botok, sambal, gereh, tempe goreng kering dan daun pepaya.
"Selain itu, menu yang diunggulkan lainnya di sini yaitu Mie Lumpang, yaitu, hidangan berkuah seperti bakmi toprak dengan sempol yang dibuat seperti lumpang dan alat penumbuknya," ujar Gunadi, kepada TribunSolo.com, Sabtu (9/10/2021).
Soal harga jangan khawatir. Menu makanan yang ditawarkan di Gubuk Tiwul ini bisa dibilang sangat terjangkau.
Untuk menikmati kelezatan Mie Lumpang, pengunjung cukup merogoh kocek Rp 3 ribu per porsi.
Sedangkan untuk Tiwul Sambal Bawang, cukup Rp 5 ribu saja.
Harga dan cita rasa yang menarik, menjadikan warung makan ini tak pernah sepi pengunjung, terutama pada akhir pekan.
Baca juga: Kuliner Enak di Sukoharjo, Aneka Ingkung di Djoglo Yangti Sukoharjo: Paket Hemat Cuma Rp90 Ribu
Dalam sehari, sedikitnya 150 porsi menu makanan ludes terjual.
Pengunjung tak hanya warga setempat saja, warga dari luar juga banyak meminati menu makanan tiwul ini.
"Target kami hanya sampai warga sekitar kampung, ternyata animo dari luar cukup banyak," ujarnya.
Tak hanya menyajikan makanan legendaris saja, lokasi warung yang instagramable menjadikan Gubuk Tiwul ini jadi spot foto yang menarik.
Seperti spot carang sewu, sarang dewa dan lain-lain.
Dibangun dengan Gotong Royong
Warung Makan Gubuk Tiwul ini tak langsung tiba-tiba ada seperti mantera Bim Salabim.
Butuh proses dan perjuangan yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara gotong royong.
Baca juga: Wisata Kuliner Klaten, Ini Dia Soto Mbok Dele dan 2 Warung Soto Khas Klaten Rekomendasi Kami
Baca juga: Aturan PPKM Level 3 di Klaten, Usaha Kuliner Boleh Buka Sampai Jam 9 Malam: Wisata Masih Tutup
Gunadi selaku ketua BUMDes baru menemukan ide usaha untuk kemajuan desanya itu tahun lalu.
Meski telah muncul ide, tak lantas langsung merealisasikannya.
Lantaran masih butuh proses agar usaha yang akan dirintis ini terus bertahan.
"Ide Gubuk Tiwul muncul dari malam tirakatan 17 Agustus 2020, dan baru dieksekusi 28 Agustus 2021," ucap Gunadi.
Ia menjelaskan konsep 'Gubuk Tiwul' ini yaitu berbasis gotong royong masyarakat.
Tak hanya saat pembangunannya saja yang dilakukan secara gotong royong, namun sampai saat ini, 60 KK dan 64 ibu-ibu di Desa Ngerangan terus dilibatkan dalam usaha ini.
"Lokasi ini yang dipakai dari lahan milik ketua RT yang digunakan wakaf manfaat selama 25 tahun, serta gazebo dan lain-lain itu buatan warga sendiri,"ucap Gunadi.
"Usaha ini dikelola oleh PKK RT dengan modal uang Rp 320 ribu dan barang-barang dari warga," kata Gunadi.
Dia menyebutkan omzet dari penjualan dari 'Gubuk Tiwul' ini mencapai Rp 1 juta per harinya.
Selain Gubuk Tiwulnya, Gunadi menambahkan di Dukuh Kenteng juga dikenal sebagai kampung lumpang.
Baca juga: Inilah Tempat Kuliner Langganan Puan Maharani di Solo, Lho, Ternyata Juga Langganannya Ganjar
Baca juga: Cerita Soto Girin, Legenda Kuliner Sragen Sejak 1953 : Pemilik Bangga, Sheila on 7 Sering Mampir
Penamaan kampung lumpang tersebut karena ada situs lumpang di kampung tersebut.
"Kampung ini juga kami branding sebagai kampung lumpang, karena di sini ada situs lumpang dari batu," katanya.(*)