Berita Klaten Terbaru
Ubah Sukun Bernilai Lebih, Emak di Klaten Raup Untung Berlipat, Pasarkan Produk hingga Luar Negeri
Cemilan bernama stik yang dibuat dengan ketang, singkong hingga ubi sudah biasa ditemukan.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Cemilan bernama stik yang dibuat dengan ketang, singkong hingga ubi sudah biasa ditemukan.
Namun di tangan Nur Novita Sari (40), stik atau makanan berbentuk balok dibuat dari sukun.
Rasanya lebih gurih dan lembut, sehingga memiliki cita rasa khas.
Dia adalaah warga di RT 01, RW 10, Dukuh Kuwiran, Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.
Baca juga: Wisata Kuliner Klaten : Ini Gubuk Tiwul, Menu Tiwul Sambal Bawangnya Bikin Omzet Jadi Melejit
Baca juga: Kuliner Enak di Klaten: Ada Makanan Legendaris Tiwul, Cocok Buat yang Kangen Makanan Tempo Dulu
Awal mula membuat cemilan itu, pemilik brand Stik Sukun Azzam itu mengawali pada 2012 saat suaminya menyuplai buah sukun hingga Cilacap.
Lantas dia mengubah haluan bisnis agar ada nilai tambah.
"Kami kemudian memproduksi stik dari sukun ini," ucap Novi kepada TribunSolo.com, Jumat (15/10/2021).
Saat itu, dia berhenti mengirim suplai sukun dalam bentuk buah dengan menganti dengan makanan ringan dari buah itu.
"Resep dan cara membuat stik sukun tersebut kami peroleh dari warga di Cilacap," ujar dia.
Bahkan di Klaten, dia meyakini menjadi pionir karena hanya dirilah satu-satunya yang memproduksi cemilan tersebut.
"Setelah kami buat stik Sukun, baru muncul produsen-produsen stik sukun lainnya,” ujar dia.
Selama ini dia memperoleh sukun berbagai tempat seperti Klaten, Sukoharjo, Sleman, hingga Kulonprogo.
Hasilnya sebelum pandemi Covid-19 melanda, dia mengaku telah mengirim produknya ke berbagai tempat.
Mulai dari lokal, hingga internasional stik sukun ini pernah dikirim.
“Kami sempat mengirim stik sukun itu ke Bali, Taiwan, Malaysia, Australia, hingga Arab,” aku dia.
Harga stik sukun bermacan-macam, beriksar Rp 26 ribu hingga Rp 44 ribu per kilogram.
Selain itu, dia mengatakan dalam pemasaran produknya, ia menggunakan marketplace berbasis aplikasi.
"Saat ini kita pakai marketplace, yang penting kami bisa survive dahulu," ujarnya.
Baca juga: Jawaban Politis Gibran Ditanya Soal Hebohnya Barisan Pendukung Ganjar : Memang Aku Celeng?
Diterjang Pandemi
Bahkan pandemi yang sudah berlangsung dua tahun ini, membuatnya harus bersabar.
"Saat pandemi Covid-19, rata-rata di bawah itu walaupun pernah juga hingga 500 kilogram saat memasuki panen raya sukun,” jelas dia.
Novi mengatakan meski pembeli produknya semakin berkurang karena daya beli masyarakat menurun, ia tidak menurunkan harga serta kualitas.
Ia menuturkan dalam menggoreng stik Sukun ini menggunakan minyak goreng dan margarin yang saat ini harganya relatif mahal serta memasak hingga warnanya kuning.
"Produk kami tanpa bahan perwarna, sehingga Stik bikinan kami bisa bertahan hingga enam bulan," kata dia. (*)