Berita Sragen Terbaru
Cerita Tumenggung Alap-alap, Senopati Berkuda Kesultanan Mataram: Makamnya Ada di Gesi Sragen
Di Desa Tanggan, Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen terdapat makam Tumenggung Alap-alap.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Di Desa Tanggan, Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen terdapat makam Tumenggung Alap-alap.
Hal itu diketahui, berdasarkan cerita warga secara turun-temurun. Ada 17 makam merupakan tempat peristirahatan Tumenggung Alap-alap.
Tumenggung Alap-alap sendiri merupakan sebuah gelar yang disematkan untuk Senopati atau panglima pasukan dari Kesultanan Mataram.
Baca juga: Misteri 7 Makam Dekat Situs Sentono Sragen, Diduga Prajurit Tumenggung Alap-alap Senopati Mataram
Baca juga: Kaesang Pangarep Akuisisi Persis Solo, Patok Target Bawa Alap-alap Laskar Samber Nyawa ke Liga 1
Tujuh belas Tumenggung Alap-alap diartikan sebagai 17 barisan Senopati.
Pegiat Sejarah di Sragen, Jarwanto mengatakan Tumenggung Alap-alap merupakan sosok Senopati berkuda.
"Dulu Tumenggung Alap-alap naik kuda, yang siap mati ketika maju perang melawan penjajah Belanda," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (18/10/2021).
Menurut cerita sejarah, Tumenggung Alap-alap memutuskan untuk keluar dari Kesultanan Mataram, setelah Amangkurat melakukan perjanjian dengan Penjajah Belanda.
Baca juga: Menkes Budi Gunadi Dapat Gelar Bangsawan dari Keraton Solo, Dianggap Berjasa Tangani Covid-19
Tumenggung Alap-alap tidak setuju dengan perjanjian tersebut, karena merasa Keraton berpihak kepada Penjajah Belanda.
Merasa dikhianati, Tumenggung Alap-alap akhirnya keluar dan bersembunyi di Bumi Sukowati, yang sebagian wilayahnya ada di Kabupaten Sragen.
Sebagai Panglima perang, ketika Tumenggung Alap-alap keluar dari Keraton, prajuritnya yang berjumlah banyak pun mengikutinya.
Baca juga: Patung Raja Keraton Solo Setinggi 4 Meter Berdiri di Boyolali, Ini Cerita Mengapa Dibangun di Sana
Di Desa Tanggan itulah, Tumenggung Alap-alap membangun markas dan menyusun kekuatan melawan penjajah Belanda.
Sisa-sisa keberadaan prajurit perang di Desa Tanggan masih ada, tepatnya di situs Sentono.
"Masih ada peninggalannya, saya masih menyimpan koin zaman dulu, dan ada logam peluru meriam tanpa hulu ledak, yang berjumlah 4 dan jika dijadikan satu, bentuknya seperti jantung pisang," terangnya.
Cerita dari Mangkunegaran, Tumenggung Alap-alap ini merupakan cikal bakal Kawandoso Joyo, yang diketahui berjumlah 17 orang.
Baca juga: Ngebut Berujung Petaka, Remaja Tabrak Gerbang Alun-Alun Utara Keraton Solo Sampai Jebol