Berita Sragen Terbaru
Kisah Makam Pangeran Sukowati Sragen : Ada Ritual Potong Kambing, Ramai Peziarah saat Gelaran Pemilu
Juru Kunci Makam Pangeran Sukowati, Daryanto mengatakan terdapat satu ritual yang masih dipercaya masyarakat agar keinginannya dapat terkabul.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
"Alasan ada Makam Pangeran Sukowati disini ya karena dulu tanah disini dianggap sebagai tanah perdikan," ujarnya.
"Saat masih hidup, Pangeran Sukowati berpesan netepi wajib ngenggoni tanah perdikan (menepati kewajiban menempati tanah perdikan," tambahnya.
Hingga kini, makam tersebut masih sering digunakan untuk berziarah dan dianggap keramat oleh masyarakat.
"Sampai sekarang masih ramai digunakan untuk ziarah, biasanya paling ramai malam Jumat Legi," ucap dia.
Malam Jumat Legi dipilih sebagai hari berziarah, karena merupakan dianggap sebagai weton dari sosok yang dimakamkan tersebut.
Beda Versi Pangeran Sukowati
Setelah ditelusuri, ternyata sosok Pangeran Sukowati yang dimaksud bukanlah Pangeran Mangkubumi, yang kelak bergelar Sri Sultan Hamengkubuwana I.
Pangeran Sukowati merupakan sebuah gelar, yang mana dulu Bumi Sukowati dijadikan bumi paseman atau tempat pendidikan.
Sehingga, setelah lulus, dari era ke era maka disematkanlah gelar Pangeran Sukowati, Panembahan Sukowati dan lain-lain.
Pegiat Sejarah Bumi Sukowati, Tejo Cahyono mengatakan sosok dibalik Makam Sukowati yang ada di Desa Kecik tersebut merupakan Raden Jambu.
"Era Raden Jambu jauh sebelum Pangeran Mangkubumi, Raden Jambu merupakan putra dari Ki Ageng Pemanahan," jelasnya.
Ki Ageng Pemanahan sendiri hidup di era sebelum terbentuknya Kerajaan Mataram, menuju era Kerajaan Pajang.
Yang kemudian, anak pertama Ki Ageng Pemanahan yang bergelar Panembahan Senopati selanjutnya menjadi raja pertama Kerajaan Pajang.
Sedangkan, Raden Jambu sendiri merupakan anak kesembilan dari Ki Ageng Pemanahan, adik dari Panembahan Senopati.
"Kiprah dari Raden Jambu sendiri tidak ditunjuk sebagai raja, Raden Jambu menetap di Bumi Sukowati hingga akhir hayatnya," jelasnya.
"Selama di Bumi Sukowati, Raden Jambu banyak melakukan pengabdian-pengabdian ke rakyat langsung, serta tidak ingin masuk ke struktur kerajaan," pungkasnya. (*)