Berita Sragen Terbaru
Kisah Makam Pangeran Sukowati Sragen : Ada Ritual Potong Kambing, Ramai Peziarah saat Gelaran Pemilu
Juru Kunci Makam Pangeran Sukowati, Daryanto mengatakan terdapat satu ritual yang masih dipercaya masyarakat agar keinginannya dapat terkabul.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Kompleks itu terdiri dari satu Makam Pangeran Sukowati dan delapan makam pengikutnya.
Selama ini, makam tersebut dikenal sebagai keramat, sehingga tak sembarangan bagi warga dan peziarah yang selalu berdatangan.
Pangeran Sukowati yang dimaksud ialah Raden Jambu, anak dari Ki Ageng Pemanahan, serta anak dari Raja pertama Pangeran Pajang.
Makam tersebut dikelilingi pohon-pohon besar yang sudah berusia ratusan tahun mulai jenis kepoh, ringin, serut, mahoni, dan bulu.
Maka dari itu di sekitar lokasi makam yang berada di pedesaan itu tampak rindang dan sejuk.
Cerita mistis pun bermunculan yang kebanyakan dirasakan oleh para peziarah.
Juru Kunci Makam Pangeran Sukowati, Daryanto mengungkapkan, banyak peziarah yang melihat sosok-sosok tak kasat mata.
"Kalau kata peziarah, banyak yang melihat makhluk tak kasat maya, ada yang pernah melihat harimau hingga ular sangat besar," katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (3/11/2021).
Baca juga: Biodata Ipda Sigit, Kanit di Satuan Binmas Polres Sragen : Usai Kerja Tak Malu Bertani dan Urus Sapi
Baca juga: Alasan Makam Kucing Raja PB X Tak Dipindahkan saat Proyek Pelebaran Jalan Ir Soekarno Sukoharjo
Selain itu juga, warga juga sering melihat sosok berpakaian serba hitam dengan ikat di kepala.
"Bahkan, peziarah juga pernah menjumpai pasukan berkuda berjumlah 5 orang," aku dia.
Terkait penampakan ular tak biasa, mitos yang berkembang, maka peziarah yang melihatnya maka permintaannya tidak terkabul.
"Tapi itu percaya ya tidak percaya, hanya cerita dari peziarah saja," ucapnya.
Makam Pangeran Sukowati hingga kini, masih sering digunakan untuk ziarah warga, baik dari Sragen maupun luar Sragen.
Biasanya, peziarah datang saat malam Jumat Legi, yang dipercaya sebagai weton dari Pangeran Sukowati.
Puncaknya, banyak peziarah yang datang pada malam 1 suro, penanggalan Jawa.