Cerita dari Solo
Sejarah Pasar Ngatpaingan, Awalnya Hanya 3 Warga yang Jualan: Kini Transaksi Capai Puluhan Juta
Masyarakat yang rindu akan makanan tradisional tak perlu khawatir. Di Boyolali ada pasar khusus yang menjajakan aneka makanan tradisional.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribuSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI- Masyarakat yang rindu akan makanan tradisional tak perlu khawatir.
Di Boyolali ada pasar khusus yang menjajakan aneka makanan tradisional.
Namanya Pasar Ngatpaingan, di Dukuh Dangean, Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo.
Baca juga: Suasana Penggalian Situs Watugenuk Boyolali, Diyakini Sebuah Candi: BPCB Turun Tangan
Baca juga: Pernah ke Pasar Ngatpaingan Boyolali? Di Sini Rupiahmu Tak Laku, Harus Pakai Uang Benggol
Hanya saja, pasar ini tak buka setiap hari.
Seperti namanya, Ngat dalam bahasa jawa berarti Minggu. Sedangkan Pahing sendiri merupakan salah satu hari dalam sistem penanggalan jawa.
Jadi, pasar ini hanya dibuka setiap selapan (sebulan dalam kalender jawa) sekali atau 35 hari sekali.
TribunSolo.com menelusuri pasar ini, Minggu (7/11/2021).
Pasar ini berada di sebelah utara perdukuhan Dangean.
Baca juga: Bukannya Taubat, Kakek Asal Surabaya Curi 16 Laptop di Boyolali, Kini Merana Dijerat 7 Tahun Penjara
Akses menuju pasar ini juga cukup mudah, dengan kondisi jalan yang sudah di beton.
Kesan tradisional sudah nampak terlihat saat pengunjung akan memasuki pasar.
Panitia yang mengenakan busana tradisional juga ramah-ramah.
Mereka tak segan untuk menyapa pengunjung yang datang ke pasar Ngatpaingan ini.
Baca juga: Desa Repaking Boyolali Dihantam Angin Ribut dan Banjir, Kerugian Rp 300 Juta: Ada yang Mengungsi
Dimana, pada bagian depan pasar ada gapura bambu lengkap dengan ornamen pendukungnya.
Untuk menyatukan bambu-bambu itu, penggunaan tali ijuk hitam kian menambah kesan alami pasar ini.
Setelah melewati gapura itu dan masuk ke dalam halaman, pengunjung sudah dapat melihat tiga blok pasar.
Lagi-lagi, material bambu dan atap ijuk digunakan dalam pasar ini.
Para pedagang hanya menjajakan makanan tradisional tempo dulu.
Baca juga: Desa Repaking Boyolali Dihantam Angin Ribut dan Banjir, Kerugian Rp 300 Juta: Ada yang Mengungsi
Aneka jajanan berbahan singkong seperti Tiwul, Gathot, Sawut, hingga Singkong rebus banyak dijajakan para pedagang yang merupakan warga sekitar.
Selain itu, ada juga cemilan kacang rebus, goreng, jagung rebus, gendar pecel, ketan dan lain sebagainya.
Ada juga aneka minuman seperti dawet, es campur.
Selain aneka jajanan, pengunjung yang menginginkan sovenir dari pasar Ngatpaingan ini tak perlu khawatir.
Baca juga: Ketua PMI Boyolali Sekaligus Anggota DPRD Jateng Cahyo Sumarso Tutup Usia, Sosoknya Gemar Diskusi
Ada pedagang yang menyediakan oleh-oleh yang bisa dibawa pulang. Ada juga warga yang menjual aneka macam alat-alat pertanian seperti cangkul, sabit hingga caping.
Perintis Pasar Ngatpaingan, Suparno mengungkapkan, pasar ini sudah dirintis sejak awal 2019 lalu.
“Kami terinspirasi dari wisata yang ada di Jogja. Lalu kita mencoba untuk mengembangkan di lereng Merapi ini,” ujarnya.
Dia mengaku tak mudah untuk merintis pasar Ngatpaingan yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Dukuh Dangean ini.
Dimana, pada saat awal merintis itu, hanya 3-5 warga saja yang mau berjualan di pasar Ngatpaingan ini.
Baca juga: Saat Pasukan Elite TNI Raider,Simulasi Bebaskan Bupati Boyolali Said Hidayat yang Disandera Sparatis
Meski begitu dia tak lelah untuk terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat baik secara induvidu maupun kelompok.
Hingga akhirnya setelah lima kali gelaran, banyak warga masyarakat yang mulai sadar dan ingin maju bersama.
“ Kita telaten. Hingga akhirnya sudah 95 persen warga sadar desa wisata dan saat ini sudah ada 30 stand,” ujarnya.
Jerih payahnya telah berbuah manis.
Saat ini, satu kali gelaran pasar Ngatpaingan ini transaksinya mencapai lebih dari Rp 27 juta.
“Pasar ini hanya buka hingga pukul 12. 00 WIB. Cukup lumayan banyak,” ujarnya. (*)