Cerita dari Solo
Sejarah Masjid Butuh Sragen : Masjid yang Didirikan Ayah Joko Tingkir, Lebih Tua dari Umur Sragen
Masjid itu diberi nama Masjid Butuh, yang didirikan oleh Ki Ageng Butuh atau Ki Ageng Pengging, ayah dari Raja Jawa paling berpengaruh, Jaka Tingkir.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Aji Bramastra
Selain membangun tempat tinggal, Ki Ageng Butuh membangun sebuah masjid.
Kayu-kayu besar, yang menjadi tiang penyangga masjid, didatangkan dari suatu daratan, dengan dikirim melalui Sungai Bengawan Solo.
Hingga kini, kayu penyangga yang terbuat dari kayu jati itu masih kokoh berdiri.
Arsitektur masjid menyerupai Masjid Agung Demak, yang diperkirakan dibangun setelahnya.
"Diperkirakan dibangun setelah Masjid Agung Demak, kemudian membangun masjid disini, diperkirakan sekitar 1500-an," jelasnya.
Itulah mengapa, Masjid Butuh bahkan lebih tua ketimbang Kabupaten Sragen itu sendiri.
Kabupaten Sragen, diperkirakan berdiri tahun 1746.
Semasa dengan pendirian Masjid Agung Demak, Masjid Butuh juga digunakan tempat untuk menyebarkan agama Islam di Sragen.
"Disini dulu Islam begitu berkembang, Ki Ageng Butuh oleh warga sekitar dijadikan panutan, terutama dalam hal ajaran agama Islam," terangnya.
Karena dijadikan tetua di kampung itu, akhirnya Islam mudah menyebar di daerah tersebut.
Nuansa kompleks masjid waktu itu, mirip dengan posisi Keraton Solo yang ada saat ini.
Terdiri dari sebuah keraton (tempat tinggal Raja), masjid, dan lapangan luas tempat berkumpul.
Seiring perkembangan zaman, bangunan rumah Ki Ageng Butuh kini digunakan sebagai tempat pemakamannya.
Sementara lapangan digunakan sebagai tempat tinggal keluarga juru kunci.
Masjid tersebut, juga masih digunakan sebagai pusat kegiatan masyarakat setempat hingga kini.
"Tradisi yang masih ada, seperti pengajian, kenduren, bersih desa, masih ada hingga kini," pungkasnya. (*)
Caption : Masjid Butuh di Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Sragen yang diperkirakan menjadi titik awal penyebaran agama Islam di Sragen.