Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Penyebab Harga Cabai Mahal, Ternyata Para Petani Alami Ini: Tanaman Diserang Virus Patek

Jangan dibayangkan jika meroketnya harga cabai seperti sekarang ini menjadikan petani bisa bergelimang harta.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
TribunSolo.com/Tri Widodo
Supaham, seorang petani memanen Cabai di Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI -  Jangan dibayangkan jika meroketnya harga cabai seperti sekarang ini menjadikan petani bisa bergelimang harta.

Sebaliknya, banyak petani yang rugi lantaran cabai yang ditanam rusak atau bahkan mati akibat banyak penyakit yang biasa terjadi pada saat musim hujan.

Supaham  (73) salah satu petani cabai di Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo sempat merasakan sebentar kenaikan harga cabai ini.

Baca juga: Harga Cabai Merah Besar di Pasar Bunder Sragen Naik Dua Kali Lipat: Kini Rp 32 Ribu per Kg

Baca juga: Senangnya Pedagang di Pasar Sragen, Harga Cabai Sempat Terseok-seok, Kini Mulai Merangkak Naik

Saat itu, kondisi tanaman cabai yang nampak sehat, menjadikan hasil panen maksimal.

Tapi itu tak berlangsung lama. Paling hanya 5 kali panenan saja.

“Setelah itu diguyur hujan terus menerus menjadikan banyak tanaman cabainya banyak penyakit,” katanya.

Bahkan, lanjutnya, serangan virus patek kian memperparah kondisi petani.

Baca juga: Harga Cabai Rawit di Pasar Legi Solo Anjlok, Kini Rp 55 Ribu Per Kilogram

Buah cabai tiba-tiba menghitam dan kemudian rontok. Setelah itu, daun tanaman cabai mengering dan tanaman mati.

“Kalau sudah diserang patek, tanaman tak bisa diselamatkan,” ujarnya.

Guyuran hujan lebat juga disebut-sebut mempercepat penularan virus ini.

Dengan begitu, hasil panenannya juga berkurang banyak.

Baca juga: Harga Cabai Rawit di Pasar Legi Solo Anjlok, Kini Rp 55 Ribu Per Kilogram

“Sekarang tidak bisa panen lagi. Biasanya 2 hari sekali bisa dapat setengah kuintal cabai,” katanya.

Senada, Mulato (70) petani cabai asal Desa Salakan, Kecamatan Teras mengaku tak sempat menikmati kenaikan harga.

Pasalnya, tanaman cabai di ladang miliknya sudah mendekati masa akhir panen.

“Sudah mendekati masa akhir panen, jadi kenaikan harga cabai tak begitu terasa,” pungkasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved