Berita Wonogiri Terbaru
Wonogiri Sumbang Perantau Terbanyak di Jakarta, Bupati Jekek Minta Tak Ada yang Mudik saat Nataru
Selama ini jumlah perantau dari Kabupaten Wonogiri di Jabodetabek terkenal paling banyak di Jawa Tengah.
Penulis: Erlangga Bima Sakti | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Erlangga Bima Sakti
TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Selama ini jumlah perantau dari Kabupaten Wonogiri di Jabodetabek terkenal paling banyak di Jawa Tengah.
Tercatat ada puluhan ribu yang menjadi kaum boro di kota besar seperti Jakarta.
Kini mendekati libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), Bupati Wonogiri Joko Sutopo memberikan imbauan tegas kepada perantau agar tidak mudik
Hal ini untuk menerapkan PPKM level 3 dari 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022.
Jekak mengatakan pihaknya akan menjadikan Inmendagri itu sebagai panduan pelaksanaan PPKM level 3 di wilayahnya.
Baca juga: Pedihnya Petani Bawang di Sragen : Libur Nataru Biasanya Panen Uang, Kini Menjerit, Harga Anjlok
Baca juga: Antisipasi Gelombang 3 Covid-19 saat Nataru, Muhadjir Effendy Minta Masyarakat Jangan Mudik
Aturan Nomor 62 Tahun 2021 berisi Pencegahan dan Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 pada Saat Natal Tahun 2021 dan Tahun Baru 2022.
"Kami sudah mengimbau kepada masyarakat lewat paguyuban perantauan, untuk libur Nataru nggak usah mudik dulu lah," kata dia kepada TribunSolo.com, Selasa (30/11/2021).
Bupati menjelaskan, pengetatan aturan di momentum Nataru merupakan kata kunci agar varian Covid-19 B11529 tidak masuk di Wonogiri.
Jekek, begitu juga ia disapa berharap tidak ada suatu hal yang membuat suasana yang saat ini cukup kondusif, menjadi mengkhawatirkan untuk masyarakat.
Menurutnya, pihaknya juga sudah mengimbau kepada RT dan RW untuk mendata jika ada warga perantauan yang nanti mudik ke kampung halaman.
Selain itu, kata Jekek, jika kondisi normal perantau lebih banyak pulang di momentum Idul Fitri dibandingkan saat Nataru.
Di sisi lain, ada juga warga Wonogiri yang bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia.
"Kalau pekerja migran dari Wonogiri ada, tapi sedikit. Banyak yang merantau di dalam negeri," terang dia.
Baca juga: Rekomendasi Kuliner Wonogiri: Warung Pak Pono, 30 Tahun Berdiri: Mie Instan Jadi Andalan
Reaksi Paguyuban Kaum Boro
Ketua Paguyuban Paseduluran Mudo-Mudi Wonogiri (Pandowo) Arrahman Yuli Hananto menuturkan aturan itu telah sampai ke para anggotanya yang merupakan para perantau.
Menurutnya, bukan kali ini saja pembatasan dilakukan jelang mendekati momen hari libur panjang. Terlebih, masa libur di sejumlah perusahaan dipersingkat.
"Kalau mau pulang kan waktunya mepet ya, kalau liburnya panjang mungkin pulang. Karena tidak banyak waktu libur, mungkin nanti banyak yang tidak pulang juga," kata dia.
Dia menuturkan, apabila nanti di momentum libur Nataru ada perantau yang ingin mudik, menurutnya akan sangat memaksa, sebab waktu libur juga sangat singkat.
Selain itu, kata dia, banyak perantau yang sudah terbiasa menghabiskan waktu libur bukan di kampung halaman, melainkan di kota perantauan.
Bahkan, ada juga yang membuat event berskala kecil di wilayah si perantau masing-masing. Menurutnya, itu merupakan salah satu cara mengobati rasa rindu suasana di kampung halaman.
Kendati demikian, Yuli mengatakan bahwa memang tak bisa dipungkiri bahwa para perantau sangat ingin pulang ke kampung halaman saat momen hari libur, terlebih Idul Fitri tahun mendatang.
Baca juga: Biodata Broto Susilo : Pernah Bermimpi Bisa Berkarir di TNI, Kini Jadi Pejabat di Satpol PP Wonogiri
Walaupun, suasana mudik akan berbeda dari tahun sebelumnya seperti harus menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat, namun pihaknya akan mencoba mengikuti aturan yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Itu semua dilakukan demi bisa berkumpul dengan keluarga di kampung halamannya di Wonogiri.
"Teman-teman itu banyak yang mempertanyakan, sampai kapan kondisinya akan terus seperti ini," tuturnya. (*)