Berita Boyolali Terbaru
Siap-siap, Usai Hotel Bintang 3 Pertama Kini di Boyolali Hadir Wisata Cimory, Lokasi di Kawasan Selo
Tempat wisata baru, hotel mewah untuk wisatawan dan aneka kuliner baru di Kabupaten Boyolali kian bermunculan.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Tempat wisata baru, hotel mewah untuk wisatawan dan aneka kuliner baru di Kabupaten Boyolali kian bermunculan.
Kota di bawah lereng Merbabu dan Merapi itu, kini seperti 'digempur investor' karena suasana yang adem dan nyaman.
Kemarin belum lama ada hotel pertama bintang 3 di pusat kota Loji Kridanggo Hotel MaxOne, Pizza Hut restoran asal Amerika, kini muncul lagi Cimory.
Ya, tempat wisata besar asal Ungaran Semarang itu berekspansi ke Boyolali.
Pemodal memilih Desa Genting, Kecamatan Cepogo sebagai empat wisata edukasi dan permainan yang bakal dibuka 2022 mendatang.
Lokasinya strategis, karena arah ke pusat Selo yang selama ini menjadi wisata unggulan di Boyolali.
Dirut PT Aneka Karya (Perseroda) M Taufiq Kresno Widagdo mengatakan tempat wisata itu dibangun dari kerjasama PT Aneka Karya (Perseroda) dengan PT Cimory Hositality Sejahtera.
Saat ini, tempat wisata itu baru dalam proses pembangunan.
Baca juga: Hotel Front One Sragen, Jadi yang Terlengkap & Termewah, Simak Promo Pre Opening Mulai Rp 249 Ribu
Baca juga: Pertama Kali, Hotel Bintang 3 Berdiri di Pusat Kota Boyolali : Baru Buka, Sudah Banyak yang Booking
“Unit usaha baru BUMD Boyolali di Kecamatan Cepogo ini akan beroperasi pada akhir tahun 2022,” katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (17/12/2021).
PT Aneka Karya sengaja memiliki Cimory sebagai mitra bisnis karena sama-sama memiliki komitmen dalam bidang persusuan.
“Karena Boyolali ikonnya sebagai kota Susu. Makanya kami ingin mengembangkan tempat wisata berbasis Susu ini di Boyolali,” jelasnya.
Selain mengembangkan usaha wisata tersebut, ada usaha lain yang bakal dimaksimalkan, agar dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan Boyolali.
Antara lain, lahan workshop seluas 2 hektar yang berlokasi di depan Pertamina Teras.
“Bengkel Boyolali Motor akan diupgrade untuk peningkatan mutu pelayanan,” katanya.
Hotel Bintang 3 Pertama
Sepanjang sejarah, ada hotel bintang 3 di pusat bisnis dan pemerintahan Kabupaten Boyolali.
Dia adalah Loji Kridanggo Hotel MaxOne, tepatnya di jantung kotanya Boyolali, yakni di timur Simpang Lima Boyolali, Jalan Pemuda Nomor,1 Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali.
Hotel yang memiliki 8 lantai itu menjadi satu-satunya bangunan paling tinggi yang ada di piusat perkotaan Boyolali.
Bahkan view yang ditawarkan begitu memesona, karena dari lantai atas atau balkon, pemandangan Gunung Merbabu dan Merapi begitu jelas.
Untuk harga sewa kamar hotel ini mulai dari Rp 650 ribu sampai Rp 1,05 juta.
Founder PT Kuas Loji Kridanggo sekaligus owner hotel, Aloys Sutarto Putro mengatakan Loji Kridanggo Hotel Boyolali ini memiliki 65 kamar yang aman dan nyaman.
“Setiap kamar dilengkapi internet, TV kabel, working desk, AC, coffee & tea maker, save deposit box, rain shower, dan shower seat," terang dia kepada TribunSolo.com saat launching, Rabu (8/12/2021).
Bahkan secara konsep lanjut dia, Loji Kridanggo Hotel tak melupakan sisi UMKM dan pengrajin industri lokal.
Termasuk dalam penyajian kuliner khas Boyolali mulai dari soto seger, sop buntut dan sambal tumpang hingga oseng-oseng lodeh.
Baca juga: Sepuluh Ton Beras dari Boyolali Dikirim ke Lumajang Jatim: Belasan Rescuer Ikut Bantu Korban
Baca juga: Tersesat Karena Ikuti Google Maps, Sopir Asal Bogor Tak Kuat Nanjak Lalu Terguling di Selo Boyolali
"Hotel jadi central hub untuk UMKM di Boyolali," aku dia.
Tidak hanya itu, Loji Kridanggo Hotel menawarkan pemandangan cantik dari ketinggian Sky Lounge Rooftop.
Sky lounge rooftop juga sangat ikonik karena dilengkapi balon udara, dan beberapa spot untuk berswafoto.
"Dari hotel, pemandangan kota Boyolali yang sangat indah," katanya.
Dia menyebut meski baru dibuka namun sudah ada 60 pengunjung yang sudah melakukan booking online sampai akhir Desember nanti.
Aloys mengaku Loji Kridanggo Hotel merupakan bentuk idealismenya sebagai putra daerah, sehingga dia mencoba memberikan sumbang sih dengan mengembangkan hotel itu.
“Kami tidak gentar dengan adanya pesaing, justru kalau kami tidak punya pesaing akan menjadi arogan," aku dia.
"Tapi kalau ada pesaing kami akan berpacu beri pelayanan baik maka custumer akan melihat kita," jelasnya
Wakil Bupati, Wahyu Irawan mengatakan Loji Kridanggo Hotel menjadi fasilitas baru bagi wisatawan yang liburan di Boyolali.
Dia berharap pengelola hotel bisa mengembangkan dengan layanan paket wisata serta display produk UMKM di Boyolali.
Apalagi Loji Kridanggo menjadi gedung tertinggi yang memiliki fasilitas lift.
"Fasilitasnya cukup memadai untuk hotel bintang 3, tapi rasa bintang 4 dan 5, semoga kehadiran hotel ini makin banyak yang datang ke sini,” harap dia.
Patung Raksasa Pertama
Pertama kalinya di Indonesia ada patung Raja Keraton Solo berukuran raksasa didirikan.
Bukan di Kota Solo, patung setinggi 4 meter lebih itu didirikan di puncak Selo, Kabupaten Boyolali yang berada di bawah lereng Merapi-Merbabu.
Tepatnya di tengah-tengah Simpang PB VI Selo yang menjadi pusat kota kecamatan Selo.
Patung ini masih dalam proses penyempurnaan bangunan pendukung di sekitarnya.
Adapun patung yang mirip layaknya raja, memakai baju kebesaran beskap hitam dibalut kain batik putih dan mahkota raja di kepala.
Baca juga: Tak Banyak yang Tahu, di Puncak Selo Pangeran Diponegoro Susun Strategi Perang Jawa Melawan Belanda
Baca juga: Sosok Istri Raja Solo Paku Buwono XII KRAy Retnodiningrum : Sabar & Suka Bertirakat
Patung itu terlihat sangat detail, nyaris menyerupai wujud aslinya dan gagah.
Mulai dari detail pakaian, keris yang disarangkan pada bagian pinggang hingga wajahnya Sinuwun Paku Buwono VI nampak seperti hidup.
Patung berukuran besar itu sengaja didirikan oleh Pemkab Boyolali di Selo sebagai tanda bahwa PB VI punya peran besar dalam perlawanan terhadap Belanda di Selo.
Patung PB VI Simpang PB VI setinggi lebih dari 4 meter itu berdiri tegak di tengah-tengah bundaran Simpang PB VI menelan anggaran Rp 674 juta dari APBD Boyolali.
Solo Tidak Punya
Pegiat Sejarah Boyolali, R. Surojo mengaku patung raja Solo berukuran besar ini hanya ada di Boyolali.
"Solo malah tidak punya," ujarnya kepada TribunSolo.com, Sabtu (11/9/2021).
Dia menyatakan Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro yang meletus pada tahun 1825 tak lepas dari Pesanggrahan Selo PB VI Selo.
Di Pesanggrahan itulah, Pangeran Diponegoro bersama Pakubuwono VI menyusun strategi perang dalam melawan pasukan Belanda.
Tak hanya untuk menyusun strategi perang saja, namun logistik dan persenjataan prajurit Diponegoro juga didapatkan di Selo.
Baca juga: Sebelum Meninggal Dunia, Putra Paku Buwono XII GPH Noer Cahyaningrat Berjuang Lawan Sakit Tumor Otak
“PB VI memberikan logistik perang terhadap perjuangan Diponegoro juga di Selo,” ujarnya.
Dia menyebut PB VI sengaja memilih Selo sebagai tempat penyusunan strategi dan pendistribusian logistik.
Adapun Selo yang berada di dataran tinggi di lereng Merapi-Merbabu, sangat tepat untuk mengelabui pasukan Belanda dengan menjadikan lokasi tersebut sebagai Pesanggrahan untuk meditasi Raja.
Belanda pun lalu percaya dan sedikitpun tak mencurigai dengan aktifitas PB VI di Selo tersebut. Apalagi di lereng Merbabu itu, PB VI juga membuat sebuah Goa yang dulu bernama Goa Raja.
“Padahal, di situlah PB VI dan Pangeran Diponegoro susun strategi perang dan PB VI memberikan senjata kepada pasukan Diponegoro,” ucapnya.
Selo yang berada pada jalur lurus ke Jogja yakni melalui lereng Merapi, wilayah Kecamatan Musuk, Kemalang, hingga Sleman cukup strategis sebagai jalur komunikasi pasukan telik sandi Diponegoro yakni Soijoyo warga Musuk.
“Untuk mengamankan Diponegoro saat menuju Selo, ada pasukan Benteng Komunikasi. Sehingga Pangeran Diponegoro bisa dengan aman dan selamat saat ke Selo,” tambahnya.
Hingga akhirnya, kedua pahlawan nasional itu ditangkap Belanda dalam waktu yang hampir bersamaan.
“Kedua Pahlawan Nasional itu tertangkap Belanda pada tahun 1830. Diponegoro ditangkap di Residen Belanda Magelang, sedangkan PB VI ditangkap di Parangtritis,” ujarnya.
“PB VI begitu ditangkap langsung diasingkan ke Ambon, tanpa sistem peradilan,” imbuhnya.
Dirintis Sejak Seno Samodro
Paguyuban Kawula Karaton Surakarta (Pakasa), KRA Teguh Widodo Hadi Nagoro, mengungkapkan pembangunan patung merupakan rangkaian pembangunan Simpang PB VI sejak tiga tahun lalu semasa Bupati Seno Samodro.
“Pembangunan patung plus pendukung seperti taman dan air mancur sekitar Rp 674 juta dari Pemkab Boyolali,” ujarnya.
Pembangunan dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama pembangunan jalan, tahap kedua pembangunan kios dan penyempurnaan.
Dan tahap ketiga pembangunan patung PB VI, taman dan air mancur serta panggung hiburan.
“Ini nanti bakal menjadi ikon baru di Boyolali. Kami berharap Pemkab Boyolali membangun lebih banyak ikon berbau budaya," jelasnya.
"Diharapkan awal November nanti bisa diresmikan,” lanjut dia. (*)