Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sukoharjo Terbaru

Kronologi Ambruknya Jembatan Rp 10 Miliar di Tambakboyo Sukoharjo : Tali Pengait Lepas saat Disetel

Jembatan senilai Rp 10,8 miliar di Desa Tambakboyo, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo porak-poranda, Jum'at (31/12/2021).

Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Erlangga Bima Sakti
Jembatan Gantung Tambakboyo senilai Rp 10,8 miliar di Desa Tambakboyo, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo ambruk, Jum'at (31/12/2021). 

Pembangunan jembatam Tambakboyo ini sangat dinantikan masyarakat.

Baca juga: Kecelakaan Maut Jembatan Jurug Solo: Pengendara Honda Beat Meninggal Setelah Tabrak Pembatas Jalan

Pasalnya, Desa Tambakboyo wilayahnya dipisahkan aliran sungai Bengawan Solo. 

Selama ini, masyarakat membangun jembatan sesek (jembatan bambu) untuk menyebrang. 

Namun jembatan itu hanya bisa digunakan saat debit air sungai Bengawan Solo kecil, karena jika debit airnya besar, jembatan sesek itu akan hancur.

Baca juga: Ini Identitas & Barang Milik Gadis Sragen yang Terjun ke Bengawan : Vario, Bogo & Sepatu di Jembatan

Jembatan permanen ini sangat dibutuhkan masyarakat untuk mempermudah mobolisasi masyarakat dari Kadus 2 ke Kadus 1, dan sebaliknya.

Kadus 1 merupakan jantung wilayah pemerintahan Tambakboyo, yang terdiri dari 12 RT dan 3 RW dengan jumlah penduduk sekitar 3.200 jiwa.

Sedangkan Kadus 2 terdiri dari 11 RT dan 4 RW dengan jumlah penduduk sekitar 1.700 jiwa.

Baca juga: Inilah Kebun Pisang, Lokasi Terbunuhnya Ridwan, Pemuda yang Mayatnya Ditemukan di Jembatan Jumantono

Namun minimnya akses jalan penghubung antara Kadus 1 dan Kadus 2, membuat masyarakat harus memutar jauh agar bisa menyebrang.

Warga Kadus 2 yang mau ke Kadus 1 harus memutar hingga melewati Serenan, Klaten lalu masuk Bulakan, Kriwen, baru sampai ke Kadus 1.

"Dengan adanya jembatan itu, masyarakat bisa memangkas jarak 8 km untuk menyebrang," ujarnya.

Baca juga: Sosok Ridwan, Pria yang Dibunuh & Dibuang di Kolong Jembatan Karanganyar : 4 Tahun Jadi Pesilat PSHT

Alasan lain mengapa Arifin ingin dibangunkan jembatan permanen adalah, saat warga dukuh Sidodadi ada yang meninggal dunia, pemakaman dari rumah duka menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) terlalu jauh.

"Untuk penguburan dari Sidodadi harus melewati Dukuh Ngares, Bulakan, Serenan, Panjangan, Blerok, lalu Karang Waru, karena TPU ada di dukuh Karang Waru," papar dia.  

"Seandainya ada akses jembatan, tanpa harus menggunakan kendaraan bisa, karena lebih dekat," jelasnya.

Selain itu, warga Dukuh Sidodadi yang harusnya sekolah di SDN 2 Tambakboyo, terpaksa harus sekolah di Bulakan karena jarak yang lebih dekat.

"Yang saya takutkan, SDN 2 Tambakboyo kekurangan murid, lalu sekolahnya ditutup," imbuhnya.

Dengan adanya jembatan permanen ini, dapat memudahkan mobilisasi masyarakat, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved