Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Cerita dari Solo

Sejarah Kerajinan Tumang Boyolali, Ada Sejak Abad ke-16, Lekat dengan Kisah Kyai Rogosasi

Kerajinan logam Tumang, Desa Cepogo menjadi salah satu identitas Boyolali yang sudah terkenal hingga ke mancanegara.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
TribunSolo.com/Tri Widodo
Perajin di Tumang Boyolali membuat pesanan dari luar negeri. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Kerajinan logam Tumang, Desa Cepogo menjadi salah satu identitas Boyolali yang sudah terkenal hingga ke mancanegara.

Bahkan seni kerajinan logam Tumang ini telah ditetapkan oleh Kemenristek, sebagai  Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Indonesia.

Lantas bagaimana sejarah kerajinan Tembaga yang ada di kaki gunung Merbabu ini?

Baca juga: Sudah Ada Sejak Ratusan Tahun Lalu, Seni Kriya Logam Tumang Terancam Punah: Sulit Cari Penerus

Baca juga: Harga Oksigen Tembus Rp 350 Ribu Per Tabung, Perajin Tembaga Tumang Setop Produksi: Tak Mau Rugi

Peneliti dari Universitas Indonesia, Widhyasmaramurti menyebut dari penelusuran sejarah keberadaan yang dilakukan sejak tahun 2018, didapatkan gambaran bawah keberadaan seni kerajinan logam sudah ada semenjak awal berdirinya Mataram Islam di abad ke-16 yang dikembangkan oleh Kyai Rogosasi.

Berdasarkan literasi ilmiah dari FIB UI, Kyai Rogosasi ini merupakan salah satu bangsawan berdarah biru Keraton Mataram.

Kyai Rogosasi kemudian menikah dengan putri dari sebuah padepokan atau pesantren yang kemudian memilih mengembangkan diri di luar tembok keraton.

“Memilih berkembang di Tumang, karena Tumang itu sudah sejak dulu dikenal sebagai wilayah pengolahan logam,” ujar Mara.

Walaupun pengetahuan seni kriya logam sudah ada di nusantara jauh sebelum abad ke-16, namun perkembangannya di Dusun Tumang sudah dikenal sebagai tempat pengolahan logam.

Baca juga: Kondisi Perajin Tumang Mulai Bangkit Setelah Dihantam Pandemi: Pesanan dari Jepang dan Australia

Perkembangan kerajinan tembaga Tumang berkembang pesat setelah Kyai Rogosasi menetap dan mendirikan padepokan di Tumang.

Karena memang, sejak Kyai Rogosari menetap di Tumang, Keraton tak tinggal diam.

Tiga Empu dikirim dari keraton untuk mendampingi Kyai Rogosasi tersebut.

“Setelah itu, kerajinan Tumang semakin berkembang dan pengetahuan tersebut diwariskan secara turun temurun hingga saat ini dan membentuk Dusun Tumang sebagai kawasan industri kerajinan logam,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Cepogo, Mawardi menjelaskan jika kerajinan tembaga Tumang ini memiliki sejarah panjang.

Hanya saja, kerajinan tembaga Tumang ini baru mengalami perkembangan pesat setelah hadirnya Kyai Rogosasi bersama beberapa orang pengikutnya dari Keraton Mataram Islam.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved