Berita Boyolali Terbaru
Sudah Ada Sejak Ratusan Tahun Lalu, Seni Kriya Logam Tumang Terancam Punah: Sulit Cari Penerus
Kerajinan tembaga Tumang di Desa/Kecamatan Cepogo telah ditetapkan pemerintah sebagai Warisan budaya tak benda.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI- Kerajinan tembaga Tumang di Desa/Kecamatan Cepogo telah ditetapkan pemerintah sebagai Warisan budaya tak benda.
Dengan penetapan ini, Seni Kriya Logam Tumang, bukan lagi dikenal sebagai karya Desa/Kecamatan Cepogo lagi melainkan merupakan identitas nasional.
Hanya saja, regenerasi perajin Seni Kriya Logam Tumang ini cukup mengkhawatirkan.
Baca juga: Potret Kesedihan Perajin Tembaga Tumang Boyolali : Harga Bahan Baku Meroket, Banyak Pesanan Ditunda
Baca juga: Harga Oksigen Tembus Rp 350 Ribu Per Tabung, Perajin Tembaga Tumang Setop Produksi: Tak Mau Rugi
Tak banyak gerenasi muda yang mau meneruskan pekerjaan sebagai perajin Seni Kriya Logam ini.
Padahal kerajinan ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Tim Pengabdian masyarakat Universitas Indonesia (UI) yang melakukan penelitian, Seni Kriya Logam Tumang menemukan fakta yang cukup mencengangkan.
Dimana, banyak perajin yang sudah cukup senior tak ada yang meneruskan.
“Yang muda-muda itu lebih senang sebagai reseller, bukan sebagai perajin. Otomatis kedepannya nanti perajin ( perajin Seni Kriya Logam Tumang) bisa hilang,” kata Widyasmaramurti, peneliti Seni Kriya UI, Kamis (30/12/2021).
Karena memang, generasi muda beranggapan jika perajin ini memiliki penghasilan pas-pasan dan tidak perlu mengenyam pendidikan tinggi menjadi alasan minimnya minat untuk regenerasi.
Padahal, penghidupan sebagai perajin seni kriya cukup menjanjikan dari segi penghasilan.
Sehingga dia mendorong adanya campur tangan pemerintah dalam meregenerasi perajin tembaga.
Baca juga: Harga Oksigen Tembus Rp 350 Ribu Per Tabung, Perajin Tembaga Tumang Setop Produksi: Tak Mau Rugi
Hal itu supaya kerajinan tembaga dan kuningan Dusun Tumang yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu itu tetap lestari.
"Perlu adanya perubahan paradigma masyarakat. Tentu membutuhkan campur tangan pemerintah. Meski kompleksitas masyarakat itu luas untuk perubahan itu. Maka kami meminta agar dipertimbangkan untuk menerbitkan Perbup tentang pelestarian Seni Kriya Logam," katanya.
Widhya menambahkan, dalam Perbub tersebut perlu menambahkan pasal yang meletakan seni kriya sebagai muatan lokal dalam pendidikan.