Berita Solo Terbaru
Tak Akan Ada Lagi Rumah Bersubsidi di Solo karena Harga Tanah Selangit, REI : Disarankan Apartemen
Harga tanah yang mahal membuat Real Estate Indonesia (REI) tak lagi membangun kawasan perumahan bersubsidi di Kota Solo.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Harga tanah yang mahal membuat Real Estate Indonesia (REI) tak lagi membangun kawasan perumahan bersubsidi di Kota Solo.
Ketua REI Solo SS Maharani mengatakan, lahan di Solo sudah habis untuk dibuat perumahan.
Terlebih harga tanah di Solo sudah terlalu tinggi, sehingga tak memungkinkan untuk membangun perumahan untuk kelas menengah ke bawah.
"Rencana ke depan untuk di Solo, dianjurkan untuk membuat apartemen," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (14/1/2022).
Dengan bangunan vertikal itu, diharapkan harganya bisa terjangkau oleh masyarakat, dan luasan tanahnya juga mencukupi.
Sebab, memakai model bangunan vertikal, pengembang bisa membangun 100 sampai 200 unit kamar dengan lahan yang terbatas.
"Apartemen direncakan bisa mencapai harga subsidi dari pemerintah, yakni di bawah Rp250 juta," kata dia.
Baca juga: Gilanya Harga Tanah di Kota Solo, Pekerja Gaji UMK Tak Mungkin Lagi Dapat Rumah Subsidi KTP Solo
Baca juga: Developer Nyerah Bangun Perumahan Baru di Solo : Harga Tanah Kemahalan, Bangun Perumahan Bisa Rugi
"Jadi kalau membangun sebaiknya yang rendah, atau malah tinggi sekalian, karena kalau menengah, masih kurang bagus prospeknyan," imbuhnya.
Maharani menambahkan, tidak memungkinkan untuk mencari rumah murah di Solo.
"Kalau rumah-rumah yang murah, memang harus di kawasan penyangga Kota Solo. Karena perhitungan kita menjual itu 5 kali dari harga tanah," ujarnya.
"Misal harga tanahnya Rp 2 juta, unitnya sudah Rp 10 juta, karena kita juga harus mewadahi kebijakan pemerintah," tambahnya.
Harga Tanah Gila-gilaan
Anda berkeinginan menjadi warga baru ber-KTP Kota Solo?
Sebaiknya pikir lagi bila tak bawa modal uang tabungan yang cukup.
Baca juga: Gilanya Harga Tanah di Kota Solo, Pekerja Gaji UMK Tak Mungkin Lagi Dapat Rumah Subsidi KTP Solo
Bukan soal biaya hidup di Solo yang mahal, tapi untuk membeli rumah di wilayah Kota Solo saat ini, biaya yang dibutuhkan memang begitu tinggi.
Ya, meski UMK di Solo tercatat di angka Rp 2 juta-an, atau tepatnya Rp 2.035.000, tapi harga rumah di Solo tak kalah dengan kota besar yang nilai UMK-nya jauh di atas, katakanlah Surabaya atau Semarang.
Harga tanah di wilayah administratif Kota Solo semakin mahal, karena semakin terbatas.
Di daerah pinggiran Kota Solo pun, harga tanah sudah begitu tinggi.
Taruhlah di wilayah Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo yang masih memiliki cukup banyak lahan kosong.
Lahan kosong tersebut berada di bagian timur dan utara.
Meski ada di pinggiran, tapi harga tanah di sana sudah terlalu tinggi untuk dijadikan kompleks perumahan rumah bersubsidi.
Menurut Kasi Pembangunan Kelurahan Mojosongo, Vika, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) di sana sudah mencapai Rp 700 ribu per meter.
Sebagai catatan, harga jual yang sebenarnya selalu lebih tinggi dari NJOP.
"Kalau objeknya dijual, biasanya harganya bisa jauh lebih tinggi lagi,"
"Per meternya, tanah disini paling murah dikisaran Rp1,5 juta hingga Rp20 juta," kata Vika, Jumat (14/1/2022).
Tanah paling murah itu tersebar di wilayah perbatasan dengan Kelurahan Jebres, di bagian timur Mojosongo.
Sementara harga tanah tertinggi berada di kawasan jalan protokol, seperti Jalan Jayawijaya, dan Jalan Brigjen Katamso.
"Untuk di kawasan jalan protokol, fungsinya mungkin bukan untuk rumah, tapi lebih kepada toko atau tempat usaha," jelasnya.
Diperkirakan, rumah standar tiper 21 di Mojosongo sudah bisa tembus Rp400 juta per unit, bahkan lebih.
Meski berada di kawasan pinggiran Solo, segmentasi rumah di Mojosongo sudah tidak bisa menyasar pasar menengah ke bawah.
"Kalau di sini menjual kaplingan sudah jarang, kecuali dari perorangan. Karena lebih menguntungkan jika menjual sekaligus ada unit bangunannya," ucapnya.
Vika menyarankan, jika ada masyarakat yang ingin membeli unit rumah dengan harga yang lebih ekonomis, untuk mencari di wilayah penyangga Solo, alias kabupaten-kabupaten di sekitar Kota Solo.
"Mungkin di kawasan penyangga Solo harganya lebih murah, dan tak terlalu jauh juga," pungkasnya.(*)