Mengapa Hujan saat Imlek Identik dengan Rezeki Menurut Orang Tionghoa? Ternyata Ada Ceritanya
Imlek identik dengan hujan karena hujan merupakan simbol keberuntungan. Apalagi Imlek itu untuk menandai datangnya spring (musim semi)
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Soal hujan yang tidak turun saat Imlek, hal tersebut bukan berarti akan ada bencana yang turun.
"Semua agama dan semua warga dunia, saya rasa menganggap bahwa gerimis adalah berkah. Air adalah berkah yang diberikan oleh Tuhan untuk kehidupan manusia. Apalagi Indonesia adalah negara agraris. Air sangat diperlukan untuk persawahan," tutur Andrian, dikutip dari Tribun Jateng.
Apabila hujan tidak turun pada bulan Januari hingga Maret, hal tersebut lah yang menjadi bencana.
Di negara Indonesia, musim hujan turun dari bulan Oktober hingga Maret.
Apabila tidak ada hujan hingga Maret, sudah pasti kekeringan melanda Indonesia.
"Karena Imlek jatuh pada bulan sekitar Januari dan Februari, maka Imlek identik dengan hujan," jelasnya.
Bagi Andi, tidak semua air yang turun dari langit saat Imlek adalah keberkahan. Bila air yang diturunkan terlalu banyak, jelas hal tersebut adalah bencana.
Hujan saat perayaan Tahun Baru Imlek itu jadi hal yang ditunggu-tunggu lantaran dianggap membawa hoki.
Bahkan, orang Tionghoa selalu berharap hujan turun menjelang dan tepat di Tahun Baru Imlek. Menurut mereka, semakin deras hujannya semakin bagus.

Cerita Legenda di Balik Turun Hujan saat Imlek
Perayaan Imlek yang selalu bertepatan dengan musim penghujan bukan tanpa sebab.
Ternyata ada kisah legenda di baliknya.
Cerita itu dibagikan ulang oleh Ketua Yayasan Kelenteng Kebun Jeruk TITD Low Lie Bio Semarang, Indra Satya Hadinata.
Indra mengungkapkan, nenek moyang orang Tionghoa bermata pencaharian petani.
Mereka mengandalkan penghidupan murni dari hasil bercocok tanam. Nah, Tahun Baru Imlek rupanya jadi penanda datangnya musim semi.