Berita Sragen Terbaru
Belum Ada Temuan Klaster Corona di Sekolah Sragen, PTM Tetap Berjalan 100 Persen
Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kabupaten Sragen masih dilakukan 100 persen hingga kini.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kabupaten Sragen masih dilakukan 100 persen hingga kini.
Penularan covid-19 di sekolah pun juga belum ditemukan, meski seluruh kegiatan sudah dilakukan di sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen, Suwardi mengatakan PTM 100 persen di Kabupaten Sragen tetap jalan terus, meski kasus covid-19 mulai merangkak naik.
Baca Juga: Klaster PTM Bermunculan di Solo Raya, Sekolah di Sragen Masih Aman dari Penularan Covid-19
Baca Juga: Kasus Corona di Boyolali Terus Bertambah, Ada Tambahan 14 Pasien Positif
"Di tengah omicron PTM 100 persen jalan terus, karena kita sudah memenuhi standar untuk PTM 100 persen," ujarnya kepada TribunSolo.com, Kamis (3/2/2022).
Salah satu syarat menggelar PTM 100 persen adalah siswanya sebagian besar sudah tervaksin covid-19.
Selain itu penerapan protokol kesehatan di sekolah juga menjadi penilaian tersendiri, apakah sekolah tersebut layak menggelar pembelajaran tatap muka di sekolah.
"Vaksin dan prokes sudah kita laksanakan, seusai yang disampaikan Bupati tadi kan, ya tetap 100 persen, tetapi pengawasan lebih ketat lagi," paparnya.
Suwardi menjelaskan, sesuai SKB 4 menteri, bagi sekolah yang salah satu siswanya terkonfirmasi covid-19 bukan berarti langsung dilaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
"Kalau ada yang positif, enggak langsung PJJ, ada ketentuannya," ucapnya.
"Kalau ada kasus 1, berarti satu kelas itu 24 jam belajar di rumah sambil menunggu hasilnya, jadi enggak langsung diberhentikan, SKB 4 menteri diatur seperti itu," pungkasnya.
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan hal yang sama, jika PTM tetap dilakukan 100 persen.
Ia meminta saat melakukan tracking, menggunakan perbandingan 1:20 sesuai dengan aturan pemerintah pusat.
"Kita akan melakukan tracking 1 banding 20, setelah itu kalau memang ada yang kita lokasisasi hanya 1 atau 2 kelas yang bersangkutan, tapi pembelajaran tetap jalan," terangnya Yuni.
"Sambil melihat situasi dan kondisi sampai dengan bulan Maret atau April," pungkasnya. (*)