Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Bangganya Waginem, Tahu Sang Putra Tili Berhadapan dengan Buaya Raksasa & Bebaskan dari Jeratan Ban

Aksi berani Tili, warga Sragen yang berhasil membebaskan buaya dari jeratan ban di Kota Palu, Sulawesi Tengah tuai pujian.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septiana Ayu/TribunPalu.com
Rumah semasa kecil Tili di Dukuh Pondok, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Sragen, Jumat (11/2/2022). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Aksi berani Tili, warga Sragen yang berhasil membebaskan buaya dari jeratan ban di Kota Palu, Sulawesi Tengah tuai pujian.

Aksinya pun viral, karena sekelas Panji Petualang hingga pecinta satwa terkenal asal luar negeri menyerah untuk menolong buaya tersebut

Terutama dari sang ibu, Waginem (68) yang tak menyangka anak bungsunya itu berani menghadapi buaya dengan panjang 4 meter itu.

"Tidak menyangka, Tili berani hadapi buaya sebesar itu," ujarnya kepada TribunSolo.com, Jumat (11/2/2022).

Waginem sendiri baru mengetahui jika anaknya viral, sehari setelah kabar tersebut viral.

Waginem, Ibu Kandung Tili saat ditemui di rumahnya di Dukuh Pondok, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Sragen, Jumat (11/2/2022). Sosok Tili yang viral karena bisa menaklukkan buaya raksasa yang selama ini merana karena terjerat ban di Palu, Sulawesi Tengah.
Waginem, Ibu Kandung Tili saat ditemui di rumahnya di Dukuh Pondok, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Sragen, Jumat (11/2/2022). Sosok Tili yang viral karena bisa menaklukkan buaya raksasa yang selama ini merana karena terjerat ban di Palu, Sulawesi Tengah. (TribunSolo.com/Septiana Ayu/TribunPalu.com)

Ia mendapat informasi dari sang cucu, Indah (12) anggota satu-satunya keluarga yang bisa mengoperasikan smartphone.

"Dengarnya dari cucu saya yang punya HP, hari selasa kemarin tahu saya, pas sekolah dikirim foto, saya tanya foto apa to nduk, ini katanya anakmu," terangnya.

Lanjut Waginem, sang cucu memang belum pernah ketemu sama sekali dengan omnya itu.

Karena sebelum Indah lahir, Tili yang memiliki nama asli Paiman sudah merantau ke Sulawesi.

"Setelah melihat foto yang disodorkan saya percaya," katanya.

Hobi Berburu di Hutan

Tili yang bernama asli Paiman itu, sejak kecil ternyata hobi berburu di hutan.

Rumah masa kecil Tili yang berada di Dukuh Pondok, RT 19, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar jauh dari hingar bingar perkotaan.

Rumah sederhana yang ditinggali Tili dikelilingi ladang tebu dan masih banyak hutan disekelilingnya.

Perangkat Desa Kandangsapi, Ratno mengatakan sejak kecil Tili memang suka berburu burung hingga ular.

Baca juga: Tili Selamatkan Buaya Berkalung Ban di Palu, Ibunya di Sragen Lama Tak Bertemu : Mulih Le,Aku Kangen

Baca juga: Ini Layanan Lengkap di PMI Solo : Tak Hanya Penyedia Darah yang Melimpah, Tapi Ada Ambulans 24 Jam

"Sejak kecil memang suka berburu burung di hutan, ikan dan ular disungai, memang berani dia," katanya.

"Pintar dia memelihara burung, pernah ada burung yang sayapnya tinggal dua bisa hidup, dia juga pintar menangkap belut, punya trik sendiri," terangnya.

Ia menceritakan meski memiliki tubuh yang kecil dan kurus, Tili berani menangkap seekor ular liar di sawah.

Selain itu, Tili juga gemar berburu burung dihutan kemudian dijualnya.

"Karena kondisi keluarga yang kekurangan, tangkap ular dijual, tangkap burung dijual," katanya.

Bahkan, menurut cerita dari sang ibu, Waginem mengatakan bahwa Tili enggan berangkat ke sekolah dan memilih memancing di sungai.

Terkadang, Tili juga berburu biawak yang termasuk satwa liar tersebut.

Ratno yang juga merupakan tetangga Tili tersebut heran, atas keberanian Tili yang sudah terlihat sejak masih SD.

Kemudian, ketika Tili beranjak remaja atau saat duduk di bangku SMP, ia dan kakaknya memilih ikut merantau dengan beberapa tetangganya ke Sulawesi.

"Bersama kurang lebih 7 warga sini, yang juga tetangganya itu merantau ke Singkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan," terangnya.

Bahkan, di Sulawesi ia bertemu dengan sang istri yang berasal dari Makassar.

Lalu, mereka menikah dan setelah menikah sempat tinggal di Sragen selama beberapa tahun.

Setelah anaknya lahir, sang istri mengajak Tili untuk tinggal di Makassar.

"Kalau awalnya dia disana jualan bakso, kemudian jual batu bata, dan terakhir kalau di Palu saya kurang tahu, karena infonya baru pindah tiga bulan," jelasnya.

Lanjut Ratno, Tili sudah tidak pulang ke rumah lebih dari 10 tahun. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved