Kuliner Solo
Cerita Keluarga Haji Ali Sukses Jualan Sate Ayam di Klaten : Tahun 1980 Datang Mencoba Peruntungan
Sate Cak Ali berlokasi di seberang Kantor Pos Klaten, sudah eksis berjualan sejak 1980.
Penulis: Ibnu Dwi Tamtomo | Editor: Aji Bramastra
"Dari mulai kulakan beras, daun, gula dan kacang. Karena semua bahan baku itu bahan baku pilihan, enggak bisa sembarangan," sambungnya.
"Selain itu cara dari takaran bumbu hingga cara masak semua diajarkan secara detail sama umi. Karena itu saya masih bisa membuat sate seperti yang umi buat," imbuhnya.
Awal berjualan dimulai pada tahun 1980, saat itu belum berjualan di kota, namun masih di desa, tepatnya di Kecamatan Wedi.
"Dulu awal mula jualan di tahun 1980 itu awalnya di Wedi. Waktu itu dari rumah ke tempat jualan Abi pakai andong karena dulu jualan masih dipikul," Norlaila menceritakan awal mula Abinya berjualan.
"Setelah itu buka di kota Klaten tepatnya di depan toko Istana Kado. Terus pindah di depan BNI, dulu belum ada bank BNI di situ. Terus akhirnya pindah di sini sampai sekarang,"
Dia menceritakan perjuangan orang tuanya saat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain sempat menemui kendala, namun orang tuanya tetap berjuang.
"Namun perjuangan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain itu juga tidak mudah tidak langsung ramai, terlebih saat berpindah ke seberang jalan di tempat sekarang berjualan," tutur wanita 34 tahun itu.
"Dulu umi sampai duduk di pinggir jalan untuk jagain pelanggan yang datang untuk beli sate di lokasi yang lama. Karena saat pindah di lokasi baru tidak semua pelanggannya tahu," imbuhnya.
Norlaila menjelaskan bahwa menurutnya sate ayamnya hampir sama dengan sate ayam yang lain, yang membedakan hanya proses pengolahannya.
"Kalau dari (sate) yang lain sebetulnya sama, tapi pengolahan Umi berbeda. Karena pengolahannya Umi itu lama. Kelebihannya kalau kita beli sekarang di makan besok pagi pun masih enak," tegasnya.
"Selain itu gula kalau nggak bagus umi juga nggak mau. Potongan dagingnya juga beda. Lontongnya punya umi juga jauh lebih besar dan padat," imbuhnya.
Harga untuk satu porsi sate lontong harganya Rp 18 ribu, kalau sate saja Rp 15 ribu.
Norlaila menjelaskan dalam sehari dia bisa menjual sekitar 3000 tusuk.
"Kalau pastinya enggak pernah ngitung tapi mungkin sekitar 3000-an tusuk," terangnya.
Dirinya menjelaskan selain melayani pembeli secara langsung di warung, Dia juga berjualan menggunakan aplikasi online untuk jualan itu dari 2019.