Berita Sragen Terbaru
Wahai Penguasa, Ini Jeritan Perajin Tahu & Tempe Akibat Kedelai Meroket, Padahal Minyak Belum Beres
Harga kedelai impor yang sebelumnya Rp 9.600 menjadi Rp 10.800, sehingga membuat perajin dan pedagang menangis.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Jeritan demi jeritan masyarakat soal kebutuhan pokok masih saja terjadi.
Kini, belum habis usai minyak yang membelit masyarakat, baru-baru ini giliran harga kedelai meroket.
Harga kedelai di Kabupaten Sragen sendiri kini menyentuh angka Rp 10.800 per kilogramnya.
Sebelumnya, harga kedelai sempat meroket pada pertengahan tahun 2021.
Kemudian, harga kedelai perlahan-lahan menurun, sebelumnya akhirnya kini kembali naik.
Salah satu perajin tahu, Eni mengatakan kenaikan harga kedelai terjadi sangat cepat.
"Kenaikan sejak satu bulan lalu, dari Rp 9.600 per kilogram, langsung naik jadi Rp 10.500, sekarang sudah Rp 10.800 per kilogram," ujarnya kepada TribunSolo.com, Rabu (16/2/2022).
Kemungkinan, harga kedelai di Sragen juga akan meningkat, hingga Rp 11.000 per kilogramnya.
Kenaikan kedelai yang begitu cepat, membuat para perajin tahu dan tempe pun menjerit.
"Naik lagi kayak ketekuk-tekuk hatinya, karena pedagang lain nggak bisa dikompromi, saya naikkan harga, terus pembeli lari ke pedagang lain, saya tidak dapat pembeli akhirnya," terangnya.
Sehingga ia pun harus memutar otak, agar tahunya bisa laku terjual, meski untung yang didapatkan berkurang.
"Omzetnya mepet sekali, syukur bisa buat muter lagi, buat beli kedelai, terus dijual lagi," jelasnya.
"Kalau harga masih normal, kita yang harus bagaimana caranya, kalau saya nuruti kedelai naik, harga tahu dinaikkan, nanti nggak ada yang beli, serba susah," jelas dia.
Salah satu perajin tahu, Eni mengatakan agar tidak merugi, ia memilih untuk mengecilkan ukuran tahu produksinya.