Berita Sragen Terbaru
Wahai Penguasa, Ini Jeritan Perajin Tahu & Tempe Akibat Kedelai Meroket, Padahal Minyak Belum Beres
Harga kedelai impor yang sebelumnya Rp 9.600 menjadi Rp 10.800, sehingga membuat perajin dan pedagang menangis.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
"Kalau harga tahu dinaikkan malah nggak laku, saya kurangi ketebalan tahu, kalau ukurannya masih sama, hanya lebih tipis saja," katanya.
"Sengaja ditipiskan, kedelainya dikurangi, biasanya satu kresek bisa jadi 6 kali masakan, ini dijadikan 7," tambahnya.
Kini, ia menjual tahu mulai dari harga Rp 2.500 hingga Rp 5.000 tergantung ukuran tahu.
Naikkan Harga Tempe
Berbeda dengan Eni, Ning, yang merupakan perajin tempe memilih menaikkan harga tempe.
Karena, pembeli enggan membeli tempe yang ukurannya lebih kecil.
Baca juga: Ada Temuan Kasus Positif di Sekolah Sragen, Dinas Masih Tetapkan PTM 100 Persen Jalan Terus
Baca juga: Varian Omicron Dinilai Tak Seganas Delta, Warga Sragen Diizinkan Isolasi Mandiri di Rumah
"Kalau dikurangi, pembeli nggak mau beli, tempe yang dibungkus daun yang dinaikkan Rp 1000," katanya.
Untuk tempe kemasan plastik harganya masih sama, yakni Rp 5.000 untuk ukuran yang besar, dan Rp 2.000 untuk ukuran yang kecil.
Sedangkan, tempe yang dibungkus daun, harganya naik Rp 1.000, dari Rp 20.000 per 30 biji, menjadi Rp 21.000.
Ia mengeluhkan tingginya harga pembelian kedelai impor, yang terus merangkak naik.
Lanjutnya, bahan baku pembuatan tempe tidak dapat menggunakan kedelai biasa seperti tahu, dan harus menggunakan kedelai impor.
"Dulu uang Rp 1 juta bisa dapat kedelai 3 karung, sekarang uang segitu karung saja masih kurang," terangnya.
"Kalau begini terus, untungnya yang didapatkan mepet, semoga kedelai bisa segera turun," harapnya.
Dibenarkan Ketum Produsen Tempe
Belum selesai kelangkaan minyak goreng subsidi di Indonesia, kini pedagang tempe menjerit.