Berita Boyolali Terbaru
Sampah Tali Klem Mengubah Nasib Perempuan di Boyolali Ini, Dari Limbah Hasilkan Jutaan Rupiah
Modal besar bukan kunci utama dalam membuat usaha. Bu Tini sudah membuktikannya.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Modal besar bukan kunci utama dalam membuat usaha.
Bu Tini sudah membuktikannya. Usaha pembuatan kerajinan beronjong, tempat sampah hingga tempat gelas dan piring dia buat bukan dari banyaknya modal yang dia miliki.
Perajin asal Kampung Wonosari, Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo itu justru mendapatkan ide dari kekurangan modal.
Baca juga: Sejarah Kerajinan Tumang Boyolali, Ada Sejak Abad ke-16, Lekat dengan Kisah Kyai Rogosasi
Baca juga: Jenis Kerajinan dari Enceng Gondok yang Punya Nilai Jual Tinggi, Jawaban Belajar di Rumah TVRI SMP
Dia yang sebelumnya merupakan perajin Rotan, keberatan dengan harga bahan baku yang terus melonjak.
Kenaikan harga rotan itupun membuatnya tercekik.
Tapi takdir berkata lain. Secara tak sengaja dia melihat tumpukan sampah tali klem yang biasa disebut dengan Janur Bendit dibakar begitu saja.
Saat itu, sekitar 2005, Bu Tini yang berjalan-jalan melewati kawasan Industri di Kecamatan Teras selalu disuguhkan dengan pemandangan itu.
Tali bekas klem itu tak ada yang memanfaatkan.
Baca juga: Tahap Awal Enceng Gondok Menjadi Bahan Baku Kerajinan, Jawaban Belajar di Rumah TVRI untuk SMP
Kala itu, di benak wanita yang kini berusia 59 tahun ini hanya ada satu ide usaha mengubah limbah plastik menjadi berbagai macam kerajinan tangan.
Tapi sayang, dia yang merupakan perajin rotan belum bisa menemukan cara untuk mengubah limbah itu agar memiliki nilai jual.
“Mau dibuat apa juga bingung saat itu. Lalu saya kepikiran membuat beronjong,” katanya, kepada TribunSolo.com, Jumat (18/2/2022).
Dia yang sudah memiliki keahlian mengayam kemudian membeli sebuah beronjong di pasaran.
Beronjong itu kemudian dia bongkar habis untuk mengetahui bagaimana cara membuatnya.
Benar saja, beronjong yang dia bongkar berhasil dia kembalikan seperti semula.
Baca juga: Hore! Tes Positif atau Tidaknya Kena Covid-19 di Boyolali Cukup Antigen, Tak Lagi PCR karena Lama
Setelah itu, dia baru mencari tali klem bekas itu di sekitaran pabrik yang tak jauh dari rumahnya itu.
“Setelah bisa membuat satu beronjong, saya bikin lagi,” ujarnya.
Beronjong itu kemudian dia jual di depan rumahnya yang ada di pinggir jalan raya Boyolali-Klaten.
Singkat cerita, dia makin mahir dalam membuat beronjong.
Karena kebutuhan tali klemnya sangat banyak, dia kemudian membeli tali klem tersebut dari pengepul.
“Saat itu harganya masih Rp 500 per kilo, tapi sekarang sudah Rp 7000-7.500 per kilo,” ujarnya.
Kerajinannya kemudian dia kembangkan untuk membuat produk lain.
Baca juga: Biodata Sukasno, Anggota DPRD Solo : Pernah Jadi Perajin Shuttlecock dan Keamanan Pabrik di Solo
Mulai dari keranjang sampah, tas jinjing, tas belanja, tudung saji, ekrak hingga tirai.
Saat ini, penjualan produknya sudah tersebar di Jawa Tengah.
“Pelanggan saya ada yang dari pemilik toko tas belanja dan perorangan,” katanya.
Meski begitu, Bu Tini sulit menyebutkan omzet penjualan kerajinannya ini per hari.
Hanya saja, per 1 Kuintal bahan baku yang dia beli dengan harga Rp 750 ribu, dia bisa mendapatkan uang sebesar Rp 2,5-3 juta.
“Hitung sendiri saja, kalau saat ini, sebulan bisa membuat 5 kuintal bahan,” imbuhnya. (*)
