Berita Sukoharjo Terbaru
Alasan Penolakan Klinik Rawat Inap di Ngadirojo Kartasura, Ternyata Warga Takut Dampak Lingkungannya
Warga di RW VII, Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, menolak pendirian klinik rawat inap amal sehat.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Warga di RW VII, Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo menolak pendirian klinik rawat inap amal sehat.
Sejumlah alasan menjadi dasar warga, untuk menolak berdirinya klinik pratama tersebut.
Menurut Sekertaris Komisi IV DPRD Sukoharjo Sukardi Budi Martono, dalam audiensi sebelumnya warga menolak karena khawatir dampak lingkungan.
"Yang pertama persoalan limbah, kedua warga takut sumur akan kering, dan yang ketiga terjadi kebocoran," katanya saat audiensi di kantor DPRD Sukoharjo, Jumat (4/3/2022).
Warga khawatir, dengan adanya klinik di lingkungannya di masa pandemi covid-19 seperti ini, akan menulari penyakit ke lingkungan.
Penolakan sudah dilakukan warga sejak 2016 lalu, tetapi baru diakhir tahun 2021, warga memasang spanduk protes.
Sementara itu, dari pihak klinik merasa progress perizinannya sudah terus berproses.
Menurut Direktur CV Amal Sehat, Agus Widodo, pembangunan klinik Amal Sehat di Ngadirejo ini karena perusahaan butuh berkembang, dan tuntutan regulasi.
Sementara klinik yang lama, cukup sempit, dan tidak memiliki lahan parkir.
Baca juga: Aksi Heroik Damkar Wonogiri Lepas Cincin di Jari Bocah 7 Tahun, Padahal Klinik Kesehatan Nyerah
Baca juga: Tolak Klinik Rawat Inap di Tengah Permukiman, Warga Ngadirejo Kartasura Pasang Berbagai Spanduk
"Rata-rata kunjungan 240-300 pasien per hari. Dan kepesertaan BPJS kami ada 12.500," katanya.
Sementara itu, dari BPJS dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo yang melakikan sidak menyoroti keterbatasan ruang di klinik yang lama.
Oleh karena itu, dari CV Amal Sehat mulai membeli tanah, dan berencana membangun klinik rawat inap di Ngadirejo.
Namun mendapatkan penolakan dari sejumlah warga.
"Kami lakukan sosialisasi, kami undang RT, RW, kelurahan, dan warga yang menolak.
Kami sampaikan semuanya, dan kami undang ahli lingkungan juga," ucapnya.