Berita Sragen Terbaru
Harga LPG Naik, Banyak Bos Rumah Makan di Sragen Nyerah, Terpaksa Beli 'Elpiji Melon'
Di Kabupaten Sragen, kenaikan harga LPG terjadi seminggu terakhir, yang naik dari harga Rp 170.000 menjadi Rp 195.000 untuk berat 12 kilogram.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Aji Bramastra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Belum juga masalah minyak goreng langka selesai, kini beban warga Solo dan sekitarnya bertambah, karena kenaikan harga gas LPG non subsidi.
Baca juga: Harga Gas Elpiji Non Subsidi Naik, Pemilik Warung di Klaten Kelimpungan, Sebut Kok Mendadak
Di Kabupaten Sragen, kenaikan terjadi seminggu terakhir, yang naik dari harga Rp 170.000 menjadi Rp 195.000 untuk berat 12 kilogram.
Untuk gas LPG non subsidi dengan berat 5.5 kilogram juga naik, dengan perkiraan harga sekitar Rp 90.000.
Kenaikan harga gas LPG non subsidi tersebut dikeluhkan oleh warga, terutama pemilik rumah makan.
Karena harga gas LPG naik, maka banyak pemilik rumah makan yang kemudian beralih ke gas LPG subsidi 3 kilogram.
Hal tersebut disampaikan salah satu pemilik pangkalan gas LPG, Wahyudi.
Sehari-harinya ia mengirimkan gas 12 kilogram ke rumah makan di sekitar Kecamatan Sragen.
Namun, setelah harga gas LPG 12 kilogram naik, sebagian pemilik rumah makan beralih ke gas LPG 3 Kilogram.
"Baru-baru ini, ada sebagian rumah makan yang menjual tabung 12 kilogramnya, kemudian beli yang 3 kilogram, ya karena harganya naik ini," ujarnya kepada TribunSolo.com, Jumat (4/3/2022).
Meski belum banyak, Wahyudi memperkirakan peralihan dari tabung 12 kilogram ke 3 kilogram akan semakin banyak.
"Kalau saat ini masih belum banyak, hanya beberapa saja, tapi ke depannya akan lebih banyak lagi," katanya.
"Karena saat ini masih ada yang menjual gas 12 kilogram stok lama, kalau sudah pakai harga yang baru, kemungkinan rumah makan ya nggak sanggup, akhirnya beralih ke gas 3 kilogram," tambahnya.
Meski terjadi peningkatan permintaan gas 3 kilogram, Wahyudi tak mempermasalahkan masalah stok. (*)