Dokter di Sukoharjo Jadi Terduga Teroris
Dokter Terduga Teroris Ditembak Mati Densus 88, IDI Sukoharjo Sampaikan Bela Sungkawa ke Keluarga
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Sukoharjo, Arif Budi Satria berkunjung ke rumah S (54) seorang terduga teroris yang ditembak mati Densus
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Sukoharjo, Arif Budi Satria berkunjung ke rumah S (54) seorang terduga teroris yang ditembak mati Densus 88, pada Rabu (9/3/2022) lalu.
Profesi S adalah seorang dokter, yang membuka praktik di rumahnya di Kelurahan Gayam, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo.
Budi datang ke rumah S seorang diri, untuk menyampaikan langsung rasa belasungkawa kepada keluarga.
Baca juga: Dokter Terduga Teroris yang Ditembak Mati di Sukoharjo Ternyata Lulusan FK UNS, Dikenal Dermawan
Baca juga: Terduga Teroris yang Tewas Ditembak Buka Praktik di Rumah Sukoharjo, Ketua RT : Sepi, Tak Ada Pasien
"Kami di IDI itu kita mengedepankan humanisme, dan sesuai dengan kode etik dan sumpah dokter, fokus kami kepada kemanusiaan," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (11/3/2022).
"Kami sebagai anggota IDI, dan beliau rekan sejawat kami, hari ini datang untuk menyampaikan ucapan bela sungkawa," tambahnya.
Tak hanya menyampaikan rasa duka, Budi juga membawa tali asih dari anggota IDI cabang Kabupaten Sukoharjo.
Selama pertemuan tertutup tersebut, Budi mengatakan sempat berbincang dengan keluarga almarhum S.
Baca juga: Sosok Terduga Teroris yang Tewas di Sukoharjo : Dikenal Baik & Aktif Berorganisasi
"Fokus kami menjaga ketenangan keluarga, kami menyampaikan doa agar beliau tenang juga ikhlas," ucapnya.
Menurut Budi, S mulai bergabung ke IDI sekitar tahun 1985, yang sempat bekerja di Buton.
Kemudian, S baru bergabung ke IDI Sukoharjo sekitar tahun 1990an.
Budi tak mengenal betul sosok S secara pribadi, namun hanya mengenal dari aktivitas sebagai anggota IDI.
Baca juga: Giliran Terduga Teroris di Karanganyar Ditangkap, Pasukan Densus 88 Membawa Senjata Laras Panjang
"Beliau bukan pengurus, beliau hanya anggota rajin mengurus administrasi keprofesian, mengurus surat tanda registrasi, surat izin praktek itu beliau rajin," terangnya.
Berdasarkan cerita yang didapat Budi dari keluarga S, diketahui memang S menggunakan alat bantu jalan, karena mengalami cedera saat menjadi relawan pada saat gempa Bantul 2006.
Lanjut Budi, dengan kondisi seperti itu, seseorang masih bisa menyetir mobil.