Jumenengan Mangkunegara X
Sri Sultan HB X Menyematkan Pesan Mendalam 'Hati-hati Saja' untuk Mangkunegara X, Ada Apa?
Raja Keraton Jogjakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menyaksikan langsung pengukuhan Mangkunegara X GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
Saat jalan hingga akhirnya duduk di singgasana raja, begitu gagah.
Tampak Raja Mangkunegara X itu memakai batik Parang Seling Lung Lungan, baju putih dan dadi kupu-kupu dibalut beskap hitam hingga bersendal slop dan blankon.
Baca juga: Isi Pidato Pertama Mangkunegara X GPH Bhre Cakrahutomo : Ingatkan Bak Serumpun Tebu & Jangan Terlena
Baca juga: Misteri Tak Hadirnya GPH Paundra saat GPH Bhre Naik Tahta Jadi Mangkunegara X, Begini Kata Kerabat
Pada kedua tangannya tampak cincin dengan batu merah pada kanan kirinya dan batu hitam pada kanan kanannya, serta memakai jam tangan berwarna emas.
Tatkala duduk menikmati setiap proses Jumenengan, GPH Bhre tampak pakem dan tangannnya ditaruh di kursi singgasana berwarna emas.
Selain Jokowi hingga Si Sultan, ada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa hingga putra mahkota Keraton Surakarta Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Sudibyo Roji Putra Narendra.
Serta Gusti Kanjeng Ratu Wandansari atau Gusti Moeng dan anggota DPR Aria Bima.
Isi Pidato Pertama Mangkunegara X
Mangkunegara X dikukuhkan oleh Prameswari Dalem Gusti Kanjeng Putri Mangkunegara IX.
Adapun prameswari menyematan pusaka keris Kanjeng Kyai Wangkingan membacakan Prasetyo dengan bahasa Jawa.
"Minangka hanetepi adat paugeran saha dhawuh wasiat leluhur Puro Mangkunegaran ing dinten menika 8 Ruwah Alip 1955, surya kaping 12 Maret 2022, Prameswari dalem Gusti Kanjeng Putri Mangkunegoro IX hanetepaken GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo, SH katetepaken jumeneng KGPAA Mangkunegoro X," tutur Prameswari.
Setelahnya GPH Bhre menyampaikan pidato pertamanya sebagai Mangkunegara X menggunakan bahasa Indonesia disaksikan peserta Jumenengan di Pura Mangkunegara, berikut isinya :
Pura Mangkunegaran telah melalui perjalanan sejarah yang penuh pasang surut. Dan dengan berpegang teguh pada prinsip sateguh sauyub, bersatu teguh dalam kebhinekaan. Bak serumpun tebu yang terikat tetap mampu bertahan hingga saat ini, hingga mampu bertahan sampai saat ini sebagai pusat budaya, sastra, dan falsafah bangsa.
Selain itu hakekat dalam ikatan antara manusia dan budaya tak luput digaungkannya. Ikatan antara manusia dan kebudayaan merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan yang terikat satu sama lain dari kegiatan sehari-hari, dari cara menjalankan hidup, dari cara makan, berpakaian, berbicara, berkesenian, juga apa yang dihasilkan.
Baca juga: Misteri Tak Hadirnya GPH Paundra saat GPH Bhre Naik Tahta Jadi Mangkunegara X, Begini Kata Kerabat
Baca juga: Bhre Cakrahutomo Naik Tahta Jadi Mangkunegara X: Presiden Jokowi Hadir, GPH Paundra Tak TerlihatĀ
Saya menyadari bahwa Pura Mangkunegaran memiliki warisan budaya luhur yang tidak serta merta, dapat diturunkan secara biologis. Namun, berusaha mlampahaken (menjalankan), sebagai dapat diwariskan pada generasi yang akan datang.
Saya menjalankan Tri Dharma Mangkunegaran yang meliputi, mulat sarira hangrasawani, rumangsa melu handarbeni, dan melu hangrungkebi. Sasrira Hangrasawani merupakan candrasengkala tahun pendirian Mangkunegaran yaitu tahu 1682 Saka atau 1757 Masehi. Mulat Sarira artinya memahami diri sendiri dengan cara introspeksi diri agar mampu mengatasi berbagai hambatan yang menghalangi perbaikan pribadi.
