Desa Biogas Boyolali
Kisah Awal Mula Desa Urutsewu Boyolali Jadi Desa Mandiri Energi : Gegara Terganggu Bau Kotoran Sapi
Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Boyolali, menjadi desa unik, karena dikenal sebagai desa yang bisa merdeka dari energi berbayar, berkat biogas
Penulis: Tri Widodo | Editor: Aji Bramastra
Rata-rata, satu sumur Biogas bisa dimanfaatkan untuk 3-7 rumah warga.
“Alhamdulillah, 5 pabrik tahu yang ada di Urutsewu seluruhnya sudah mempunyai biogas,” jelasnya.
Menghemat Uang
Menurut Haryanto, warga sudah bisa menghitung menghemat biaya dengan teknologi biogas ini.
Setiap kepala keluarga bisa menghemat biaya LPG sebesar Rp 720 ribu per tahun.
“Sedangkan jika menggunakan kayu bakar, rata-rata masyarakat membutuhkan 72 ikat kayu pertahun dengan asumsi total Rp 1,4 juta,” jelasnya.
Pemdes Urutsewu masih akan terus mengembangkan biogas portabel yang merupakan temuan terbaru.
Biogas portabel ini tidak menggunakan limbah kotoran ternak atau limbah pabrik tahu.
Melainkan dengan limbah sampah organik rumah tangga.
Biogas portabel ini hanya menggunakan drum bekas yang di desain khusus.
Cara kerjanya hampir sama, seluruh sampah produksi rumah tangga yang organik cukup dimasukkan ke dalam drum yang telah di desain itu.
Sampah-sampah tersebut akan menghasilkan gas yang kemudian dialirkan melalui pipa paralon ke kompor.
“Setiap hari tinggal dimasukkan sampah. Sekali pengisian sampah, gas yang dihasilkan cukup untuk masak antara 30 menit sampai 1 jam memasak,” kata Haryanto.
Tahun ini, pihak Pemdes Urutsewu akan mendistribusikan 50-60 biogas portabel kemasyarakat.
“ Karena tidak semua warga di Urutsewu ini memiliki sapi, makanya kami dorong untuk pengembangan biogas portabel ini. Biayanya juga masih terjangkau. Per unitnya itu tidak sampai Rp 1 juta,” imbuhnya. (*)