Berita Sragen Terbaru
Susahnya Warga Jenar Cari Minyak Goreng, Jauh-jauh ke Pusat Kota Sragen, Pulang dengan Tangan Hampa
Sudah berbulan-bulan, warga di Kabupaten Sragen kesulitan mencari barang bernama minyak goreng.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
“Saat puasa dan lebaran, permintaan keripik usus ini akan meningkat,” jelas dia.
Memperkecil Produksi
Kelangkaan minyak goreng (Migor) membikin produsen keripik usus di Boyolali kelabakan.
Bagaimana tidak, sudah harganya tinggi, barangnya tidak ada ditambah lagi kualitasnya juga dinilai turun.
Para produsen pun tak bisa berbuat banyak, selain mengurangi produksi keripiknya dan menggilir para pekerjanya.
Ririn Trisnawati (40) salah satu produsen keripik usus, sangat merasakan dampak kelangkaan migor ini.
Sebelum kelangkaan Migor ini, warga Dukuh Peni, Desa Kwiran, Kecamatan Banyudono, Boyolali itu bisa mengolah antara 4 sampai 5 kuintal usus mentah.
Namun, belakangan ini karena sulitnya mendapatkan migor dia terpaksa mengurangi produksinya.
“ Sekarang ini (produksinya) tinggal 2,5 sampai 2,7 kuital sehari,” katanya, kepada TribunSolo.com, Selasa (15/3/2022).
Turunnya produksi ini juga berdampak pada 10 pegawainya.
“ (pegawai) yang masuk kami gilir, jadi tiga hari sekali gantian yang masuk,” jelasnya.
Dia mengaku sehari membutuhkan 100 liter migor.
Awalnya meski harganya mahal, tapi dia masih bisa mendapatkan migor tersebut.
Namun, sejak adanya subsidi migor, migor justru semakin langka.
Bahkan, akibat kelangkaan migor ini dia sempat mengehentikan sementara produksinya.
Baca juga: Demi Migor Murah, Warga di Solo Rela Antre 30 Menit Lebih di Keraton Kasunanan, Antrean Mengular
Baca juga: Minyak Goreng Murah di Swalayan Laris Klaten : Beli Pakai Kartu Antre, Minimal Belanja Rp 25 Ribu