Berita Sragen Terbaru
Mengenal Gaya Pedalangan Kedung Banteng dari Sragen: Populer Era 1980an, Digemari Dalang Muda
Para pecinta pewayangan pasti sudah tak asing dengan gaya pedalangan Kedung Banteng. Gaya kedung banteng masih sangat populer hingga kini.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Para pecinta pewayangan pasti sudah tak asing dengan gaya pedalangan Kedung Banteng.
Gaya kedung banteng masih sangat populer hingga kini, karena pertunjukannya yang penuh enerjik dan hidup.
Salah satu dalang yang menggunakan gaya kedung banteng ialah Ki Manto Mudo Darsono (66), yang juga merupakan adik kandung dari almarhum Ki Manteb Sudarsono.
Baca juga: Tampil Mencolok, Gibran Pakai Kemeja Wayang Penuh Warna: Ada Gambar Gatotkaca hingga Batara Kala
Baca juga: Gamelan dan Wayang dari Batu Ditemukan di Sragen, Diduga Peninggalan Era Mataram Kuno
Ki Manto menceritakan jika gaya pedalangan kedung banteng pertama kali diciptakan oleh dua dalang, yakni Ki Darman Gondo Darsono dan Ki Gondo Buwono.
Nama kedung banteng diambil dari nama salah satu stasiun kereta api, yang berada di Desa/Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen.
Namun, menurut Ki Manto nama kedung banteng di ambil dari salah satu dukuh di Desa Banaran, Kecamatan Sambungmacan.
Ki Manto sendiri sejak kecil penggemar berat Ki Darman, sehingga ketika menjadi dalang pun ia membawakan gaya kedung banteng.
Baca juga: Viral Ceramah Ustaz Khalid Basalamah soal Wayang, Kader PDIP Jabar Kritik Keras: Tidak Pancasilais
Menurutnya, gaya kedung bantengan berbeda dengan gaya Klatenan, yang mana gaya Klatenan mirip dengan gaya Solo.
"Gaya kedung bantengan sebenarnya sama saja, tidak ada patokan khusus, sesukanya dalangnya saja," katanya kepada TribunSolo.com, Kamis (24/3/2022).
"Gaya kedung bantengan berbeda dengan gaya Klatenan, tapi tergantung pribadi masing-masing, sukanya yang mana, karena sama-sama bagus," tambahnya.
Ki Manto menjelaskan jika gaya pedalangan Klatenan memiliki ciri khas jarak wayang saat pementasan agak jauh, sehingga enak dipandang.
Gerakan yang ditampilkan pun bersih, agak sedikit lembut, yang sesuai dengan pakemnya.
Baca juga: Kisah Sedih dari Boyolali : Pandemi Buat Dalang Gondo Menyerah, Jual Wayang untuk Bayar Cicilan Bank
Sedangkan pertunjukan gaya kedung banteng nampak lebih enerjik, dan penampilannya tidak sebersih gaya Klatenan dan Solo.
"Kalau kedung banteng tidak semeblak, tidak terlihat bersih, sifatnya semu lebih hidup," jelasnya.