Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo Terbaru

Di Kauman Solo Ada Kirab Budaya, Diikuti Ratusan Orang: Upaya Kenalkan Sejarah ke Generasi Muda

Tetiba ratusan orang, mulai dari ibu-ibu, anak-anak, remaja dan bapak-bapak berkumpul di Masjid Agung Surakarta, Minggu (27/3/2022). 

TribunSolo.com/Vincentius Jyestha
Kirab budaya dan sadranan yang dimulai dari Masjid Agung Surakarta menuju Musala Putri Yasinan Surakarta.  

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Vincentius Jyestha 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Tetiba ratusan orang, mulai dari ibu-ibu, anak-anak, remaja dan bapak-bapak berkumpul di Masjid Agung Surakarta, Minggu (27/3/2022). 

Mereka adalah warga RW 02 Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. 

Pantauan TribunSolo.com, mereka menggelar kirab budaya dan sadranan yang dimulai dari Masjid Agung Surakarta menuju Musala Putri Yasinan Surakarta.

Baca juga: Sejarah Sadranan yang Biasa Dilakukan Masyarakat Jawa, Ternyata Ada Sejak Era Gajah Mada

Baca juga: Potret Sadranan di Cepogo Boyolali : Awalnya Hanya Bawa Palawija, Kini Beragam Makanan Turut Serta

Barisan paling depan diisi tiga orang pria yang membawa spanduk bertuliskan 'Kirab Budaya Sadranan'. 

Di bawahnya tertulis Kampung Pengulon, Mberasan, Gedang Selirang. Ternyata warga dari tiga kampung di bawah naungan RW 02 ini lah yang turut serta dalam kirab.

Uniknya, beberapa warga yang turut serta dalam kirab nampak membawa bingkai-bingkai foto bergambarkan alim ulama hingga foto bangunan lampau.

Ada pula barisan yang tampak bernyanyi melafalkan lagu-lagu pujian seraya menabuh rebana.

Baca juga: Perhatian Warga Cepogo, Pemerintah Izinkan Tradisi Sadranan, Tapi Tak Boleh Ada Open House

Ditemui usai acara, ketua panitia kegiatan Pekik Supriyanto, mengatakan kirab budaya ini berusaha mengangkat sejarah dan seluruh cerita kampung di wilayah RW 02. 

Dia mengharapkan, anak cucu atau generasi selanjutnya mampu mengetahui sejarah dari Kampung Pengulon, Kampung Mberasan dan Kampung Gedang Selirang. 

Inilah yang menjadi keunikan kampung yang berada di wilayah RW 02. 

"Warga inisiatif mengangkat seluruh cerita tentang kampung menjadi sebuah kirab budaya. Kirab ini baru pertama kali digelar, jadi ingin mengangkat sejarah kampung menjadi sebuah cerita yang bisa diwariskan kepada anak cucu," ujar Pekik, kepada TribunSolo.com. 

Dia juga tak menutup kemungkinan bahwa kirab budaya ini bisa menjadi event tahunan yang digelar oleh pihaknya.

Baca juga: Saat Tradisi Jawa Sadranan & Padusan Jelang Ramadhan Juga Harus Off karena Corona, Ini Penampakannya

Apalagi saat ini hanya 250-300 orang yang turut serta yakni dari warga RW 02. Ke depannya diharapkan seluruh warga Kelurahan Kauman dapat terlibat. 

Tak hanya kirab budaya, Pekik menjelaskan bahwa pihaknya turut menggelar budaya sadranan. Kebetulan saat ini pun tengah memasuki bulan ruwah. 

"Biasanya warga menggelar tradisi nyadran, nyekar atau ziarah kubur. Namun warga memilih menggelar sadranan dengan membaca tawazul atau mengirim doa kepada warga yang telah meninggal dunia," kata Pekik. 

"Dimulai denhan membaca surat yasin, dzikir, tahlil, dan ditutup dengan doa untuk seluruh tokoh warga Kauman yang telah berjasa untuk kampung," tambahnya. 

Sejarah Kampung 

Kelurahan Kauman terdiri atas enam RW dan 17 RT. Dikatakan Pekik, setiap wilayah di kelurahan Kauman memiliki nama-nama tertentu sesuai dengan sejarah berdirinya Kauman.

Salah satunya di wilayah RW 02. Di wilayah ini terdiri atas tiga RT. Di tiap RT memiliki nama khusus sesuai ciri kampung. 

Hal ini tidak lepas dari keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Masjid Agung Surakarta.

Baca juga: Jelang Bulan Puasa, Masyarakat Lakukan Sadranan di Bekas Keraton Kartasura, Bawa 15 Tumpeng

"Jadi nama kampung itu tidak lepas dari peranan Keraton dan keberadaan masjid sebagai pusat syiar Islam di Kota Solo," katanya. 

Tiga RT yang dimaksud Pekik adalah RT 01 yang bernama Kampung Pengulon, RT 02 yang bernama Kampung Mberasan, dan RT 03 yang bernama Kampung Gedang Selirang. 

Menurutnya, penamaan RT 01 yang dahulunya Kampung Pengulon tak lepas dari nama Pengulon itu sendiri atau yang berasal dari kata Penghulu. 

"Dulunya wilayah RT 01 dihuni penghulu keraton yang bertugas di Masjid Agung. Keberadaan penghulu yang dulu berada di utara masjid Agung ini awalnya berupa rumah untuk para penghulu. Sehingga kampung dinamakan Pengulon," jelasnya. 

Sementara RT 02 disebut Kampung Mberasan, karena di wilayah itu menjadi lokasi tempat menyimpan logistik (beras) penghulu.

Baca juga: Sejarah Sadranan yang Biasa Dilakukan Masyarakat Jawa, Ternyata Ada Sejak Era Gajah Mada

Lokasinya saat ini berada persis di utara tembok masjid dan di sebelah selatan wilayah Pengulon. 

Sedangkan RT 03 yang dinamakan Kampung Gedang Selirang saat ini lokasinya berada di Kompleks masjid Agung Surakarta. 

"Dinamakan seperti itu karena bangunan atap rumah semua sama miring dan membentuk seperti pisang satu lirang. Inilah yang menjadi keunikan kampung yang berada di wilayah RW 02," pungkasnya. (*) 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved