Bos Chelsea Roman Abramovich Diduga Diracun Usai Ikut Perundingan Damai Rusia-Ukraina, Ini Gejalanya

Gejala mereka termasuk mata merah, robekan konstan dan menyakitkan, dan kulit mengelupas di wajah dan tangan mereka.

BEN STANSALL / AFP
Pemilik Chelsea, Roman Abramovich 

TRIBUNSOLO.COM - Kabar mengejutkan datang dari miliarder Rusia Roman Abramovich.

Pasalnya bos Chelsea dan negosiator perdamaian Ukraina menderita gejala dugaan keracunan awal bulan ini setelah pertemuan di Kyiv, seperti dilaporkan Wall Street Journal (WSJ).

Baca juga: Akuisisi Chelsea : Sebastian Coe & Todd Boehly Favorit, Nick Candy & Saudi Media Group Terlempar

Untuk diketahui, Abramovich menerima permintaan Ukraina untuk membantu merundingkan diakhirinya invasi Rusia ke Ukraina.

Gejala mereka termasuk mata merah, robekan konstan dan menyakitkan, dan kulit mengelupas di wajah dan tangan mereka.

Abramovich dan negosiator Ukraina, termasuk anggota parlemen Tatar Krimea Rustem Umerov, telah membaik dan kondisi mereka tidak dalam bahaya, outlet AS melaporkan.

"Garis keras di Moskow yang mereka katakan ingin menyabotase pembicaraan untuk mengakhiri perang," ujar seorang sumber kepada WSJ, Senin (28/3/2022), dilansir Al Jazeera.

Satu laporan mengatakan dugaan peracunan itu diatur oleh kelompok garis keras di Rusia yang ingin menyabotase pembicaraan.

Dikutip dari BBC, kondisi Abramovich dan negosiator Ukraina, termasuk anggota parlemen Ukraina Rustem Umerov, telah membaik sejak insiden pada 3 Maret 2022.

Sebuah sumber yang dekat dengan Abramovich mengatakan kepada BBC bahwa dia sekarang telah pulih dan melanjutkan negosiasi untuk mencoba dan mengakhiri perang di Ukraina.

Insiden itu menyoroti peran Abramovich yang dilaporkan sebagai perantara dalam pembicaraan antara Ukraina dan Rusia.

Baca juga: Di Balik Kemenangan Chelsea atas Lille, Fans Beri Dukungan ke Abramovich, Sampai Dibubarkan Polisi

Intelijen AS Sebut Roman Abramovich Tidak Keracunan

Sementara itu, seorang pejabat AS mengatakan, intelijen menunjukkan bahwa Roman Abramovich dan negosiator perdamaian Ukraina bukan keracunan, tapi karena faktor lingkungan.

"Intelijen sangat menyarankan ini adalah lingkungan," kata pejabat AS kepada Reuters, Senin, seperti diberitakan US News.

"Misalnya, bukan keracunan," tambah pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim, menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.

Roman Abramovich
Roman Abramovich (Peter Macdiarmid/Getty Images)

Seorang pejabat di kantor kepresidenan Ukraina, Ihor Zhovkva, mengatakan kepada BBC bahwa meskipun dia tidak berbicara dengan Abramovich, anggota delegasi Ukraina "baik-baik saja" dan salah satunya mengatakan cerita itu "palsu".

Namun, koresponden keamanan BBC Frank Gardner mengatakan tidak mengherankan bahwa AS ingin meredam anggapan bahwa siapa pun terutama Rusia telah menggunakan senjata kimia di Ukraina.

Baca juga: Klaim Luhut: Rakyat Indonesia Harus Bersyukur Punya Pemimpin Seperti Jokowi, Ini 4 Alasannya

Abramovich tawarkan perdamaian

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, Abramovich telah menawarkan bantuan kepadanya untuk mengurangi invasi Rusia ke negara itu.

Miliarder Rusia itu melakukan perjalanan antara Moskow dan Kyiv untuk beberapa putaran pembicaraan pada awal bulan.

Dia dilaporkan bertemu Zelensky selama perjalanan, tetapi pemimpin Ukraina itu tidak terpengaruh dan juru bicaranya tidak memiliki informasi tentang insiden tersebut.

Seperti diketahui, Abramovich diberi sanksi oleh Uni Eropa dan Inggris awal bulan ini atas dugaan hubungannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang dibantahnya.

Zelensky dilaporkan telah meminta AS untuk menunda pemberian sanksi kepada Abramovich, dengan alasan dia bisa memainkan peran dalam merundingkan kesepakatan damai dengan Moskow.

Sementara, Kremlin mengatakan, Abramovich memainkan peran awal dalam pembicaraan damai.

Namun, prosesnya sekarang berada di tangan tim perunding kedua negara.

(TribunNews)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved