Berita Sragen Terbaru
Nasib Seman Tak Bisa Lebaran : Pasang Jebakan Tikus di Sawah Sukodono Sragen, Malah Tewas Kesetrum
Kasus petani tewas karena tersengat listrik jebakan tikus lagi-lagi kembali terjadi di Kabupaten Sragen.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Kasus petani tewas karena tersengat listrik jebakan tikus lagi-lagi kembali terjadi di Kabupaten Sragen.
Seorang pria paruh baya, Seman (61) ditemukan tergeletak tak bernyawa di pematang sawahnya, pada Rabu (13/4/2022) sekitar pukul 07.00 WIB.
Kapolres Sragen, AKBP Yuswanto Ardi melalui Kasi Humas Polres Sragen, AKP Suwarso mengatakan, korban adalah warga Dukuh Dimoro, Desa Jati Tengah, Kecamatan Sukodono.
Korban Seman merupakan korban ke-23 dari ganasnya alat pembasmi tikus itu.
"Benar, pada Rabu (13/4/2022) diketahui sekitar pukul 07.00 WIB telah ada kejadian orang meninggal dunia akibat tersengat aliran listrik jebakan tikus disawah dengan korban bernama Seman," ungkapnya kepada TribunSolo.com.
Jasad Seman pertama kali diketahui oleh seorang petani lainnya, yang waktu itu tengah mencabuti rumput di sawah.
Warga tersebut langsung berteriak minta tolong setelah melihat seseorang terjatuh dalam posisi tengkurap di pematang sawah.
Kemudian datang warga lainnya, dan langsung memeriksa apakah masih hidup, namun ternyata sudah meninggal dunia.
Warga pun berdatangan dan mengevakuasi jenazah untuk dibawa ke rumah duka.
Baca juga: Akhir Pelarian 7 Napi Boyolali Kabur dari Sel : Ada yang Dicokok di Blora, Kini Berbaju Tahanan Lagi
Baca juga: Bukan Kesetrum Listrik Jebakan Tikus, Pria Sragen Ini Tewas di Sawah Diduga karena Serangan Jantung
Sesampainya dirumah, petugas melakukan pemeriksaan terhadap tubuh korban.
"Setelah memeriksa tubuh korban pada bagian luar dan ditemukan luka bakar/bekas strum listrik pada bagian telapak tangan kiri dengan luka bakar mengelupas kedalaman 3-4 cm," paparnya.
"Juga ada luka bakar silang perut bagian kanan bawah dengan panjang sekitar 20 cm dan kedalaman 1 cm, luka bakar paga kanan ke betis kanan dengan panjang 10-115 cm dan kedalaman 1 cm," tanbahnya.
Lanjut Suwarso tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan atau unsur lainnya pada tubuh korban dan disimpulkan bahwa korban meninggal dunia karena tersengat listrik.
Pihak keluargapun menerima dengan ikhlas kejadian tersebut, dan menolak untuk dilakukan autopsi.
"Petugas juga mengamankan dua gulungan kabel listrik, satu lampu neon dan satu stel pakaian korban," pungkasnya.
Diketahui, jebakan listrik tersebut dipasang sendiri olehnya dan berada di sawahnya sendiri. (*)
Dipasang Dua Hari Lalu
Camat Sukodono, Rinaldhy Arief Wicaksono mengatakan jebakan tikus tersebut dipasang oleh Seman baru dua hari yang lalu.
"Jebakannya baru dipasang dua hari di sawahnya, yang lain nggak ada yang masang, hanya dia (Seman) sendiri," katanya.
Diduga, korban datang ke sawah untuk mematikan aliran listrik yang sebelumnya lupa dimatikan.
Aliran listrik sendiri disalurkan dari sumur sibel yang berada didekatnya.
"Tadi kayaknya kepleset, lewat di galengan (pematang) kecil dan sempit, kepleset kena kawatnya," jelasnya.
Baca juga: Polisi Selidiki Kasus Pertama Jebakan Tikus Listrik di Sragen: Sebentar Lagi Naik Status Penyidikan
Baca juga: Pasang Jebakan Tikus Listrik di Sragen Terancam Pidana: 5 Tahun Penjara dan Denda Rp 500 Juta
Sebelumnya, korban sempat diperingatkan oleh Bayan desa setempat, yang mana sawahnya berdekatan.
"Disebelahnya itu sawahnya Pak Bayan, pas dia masang sudah diperingatkan, jawabannya korban, kalau bahasanya ora masang ora uman (tidak memasang tidak kebagian (padi))," terangnya.
Kemudian, dua hari kemudian setelah diperingatkan petaka menghampiri Seman.
Tubuh Seman yang sudah terbujur kaku di sawah miliknya itu pertama kali diketahui oleh petani lainnya yang tengah mencabuti rumput.
Kemudian, petani itu sempat teriak-teriak minta tolong, dan warga pun berdatangan untuk membantu menolong.
Setelah itu, korban dibawa ke rumah duka untuk dilakukan pemeriksaan dengan hasil murni tersetrum listrik.
Keluarga pun menerima musibah tersebut dengan ikhlas dan menolak untuk dilakukan autopsi.
Lanjut Rinaldy, sebenarnya populasi tikus di wilayah tersebut sudah mulai berkurang karena baru saja dilakukan aksi gropyokan.
"Sekarang populasi tikus sudah berkurang, karena sudah dilakukan beberapa kali gropyokan sebelum puasa kemarin," terangnya.
"Untuk burung hantu sudah ada yang mencoba di dua desa, tapi sekitar Jati Tengah baru dimasukkan dalam penyusunan anggaran ini," pungkasnya. (*)