Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Klaten Terbaru

Sedihnya Janda di Klaten Ini, Hanya Bisa Lihat Orang Lain Terima BLT, Padahal Dia Hidup Kekurangan

Warga Kabupaten Klaten mulai mendapatkan berbagai jenis BLT dari pemerintah, mulai BLT minyak goreng, sembako hingga untuk PKL atau pemilik warung.

Penulis: Ibnu Dwi Tamtomo | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Ibnu Dwi Tamtomo
Murwanti (47) yang tinggal Dukuh Gaten, Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten tak dapat BLT. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Disaat orang lain hingar bingar mendapatkan berbagai bantuan langsung tunai (BLT), tapi lain cerita dengan Murwanti.

Janda 47 tahun yang ditinggal suaminya 4 tahun silam itu, hidup pas-pasan di Dukuh Gaten, Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.

Dia sempat senang mendengarPresiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan pemerintah akan memberikan BLT yang terbagi dalam beberapa program selama pandemi.

Namun Murwanti hanya bisa gigit jari dan melihat orang lain mendapatkannya.

"Tidak dapat, hanya bisa melihat," kata dia kepada TribunSolo.com, Sabtu (16/4/2022).

Di rumahnya, dia jadi tulang punggung keluarga dengan menghidupi ibunya yang sudah 75 tahun dan 1 anaknya yang kini menginjak kelas 3 SMA.

"Saya terakhir dapat bantuan itu waktu awal pandemi hampir 1 tahun, ibu saya sembako, setelah itu sama-sama enggak dapat," terang dia.

Dia tak memungkiri jika ingin mendapatkan bantuan itu untuk keberlangsungan sekolah anaknya, namun dirinya hanya pasrah dengan keadaan.

Dirinya mengatakan jika belum pernah di data lagi jika ada bantuan untuk masyarakat, meski beberapa kali telah mengajukan.

"Saya enggak pernah di data soal bantuan, yang lain pada dapet uang tapi saya enggak, yang lain dapat beras saya juga enggak," ungkap Murwanti dengan suara lesu.

Baca juga: Di Balik Perjuangan Ambil BLT Rp 500 Ribu di Solo : Antre Sampai Lima Jam, Rela Tak Duduk & Lesehan

Baca juga: Viral Warga Berjubel Antre BLT di Kecamatan Laweyan, Camat Sebut Ada Trouble di Aplikasi

Dirinya hanya pedagang soto di depan rumah yang hasilnya hanya cukup untuk keperluan makan sehari-hari.

"Saya sehari-hari dapat sekitar Rp 70 ribu, tapi buat hidup bertiga, anak juga masih sekolah ditambah bahan pokok semua mahal," ucap Murwanti.

Meski hidup terbatas, namun sekolah anaknya adalah prioritas terpenting untuknya.

"Saya enggak pernah nunggak SPP anak, karena dia prioritas saya, sebenarnya kalau dapat bantuan bisa meringankan, tapi ya udahlah, rejeki sudah ada yang mengatur," ucapnya.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved