Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Bukan Penyakit Mulut & Kuku, Belasan Sapi di Sragen yang Mati Mendadak karena Terjangkit Babesiosis

Data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen total terdapat 18 ekor sapi yang mati secara mendadakm, terbanyak di Mondokan.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Dok Kades
Warga menguburkan sapi yang mati mendadak di Dukuh Beku, Desa Gemantar, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Masih ingat dengan kasus kematian sapi secara mendadak di Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen beberapa waktu lalu?

Kabar kematian sapi tersebut sempat menghebohkan, karena beberapa ekor sapi mati secara misterius padahal sebelumnya dalam kondisi sehat.

Data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen total terdapat 18 ekor sapi yang mati secara mendadak, yang terbanyak merupakan sapi milik warga Kecamatan Mondokan.

Laporan kasus kematian sapi secara mendadak tersebut mencuat antara bulan Mei-April 2022 lalu.

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen, Rina Wijayanti mengatakan penyebab sapi-sapi mati mendadak karena terjangkit penyakit Babesiosis.

Penyakit menular pada sapi itu ditularkan melalui gigitan caplak atau kutu yang hinggap di tubuh sapi yang sakit ke tubuh sapi yang sehat.

"Itu karena babesia (banesiosis), penularannya dari caplak atau seperti lalat yang berukuran besar, gigit hewan sakit terus ditularkan ke hewan lainnya," ujarnya kepada TribunSolo.com, Jumat (13/5/2022).

Baca juga: Sapi dari Jawa Timur Tak Dilarang Masuk Sragen, Meski Wabah Penyakit Mulut dan Kuku Kian Merebak

Baca juga: Kondisi Belasan Sapi di Boyolali yang Terpapar PMK Membaik, Penyemprotan Disinfektan Masif

"Penyebabnya karena kebersihan kandang kurang dijaga, biasanya kalau sekandangnya sakit, ternak yang lain juga ikut sakit, kan nyamuknya sama, caplalknya juga sama," imbuhnya.

Caplak tersebut membawa parasit yang kemudian menyerang eritrosit atau sel darah merah di dalam tubuh sapi.

Sehingga, peternak kebanyakan tidak menyadari apabila sapinya sakit, hingga akhirnya akan mati secara mendadak.

"Itu yang diserang eritrositnya, jadinya mungkin sudah ada kendala, tapi peternak kurang perhatian, karena yang diserang dalam tubuhnya, tiba-tiba didalam tubuh sudah rusak," terangnya.

Hingga kini, belum ada laporan terkait kasus sapi yang mati secara mendadak dan Rina berharap tidak ada muncul kasus kembali.

Untuk itu, Rina meminta kepada para peternak atau pemilik sapi untuk menjaga kebersihan kandang.

Sama seperti Penyakit Kuku dan Mulut (PMK), penyakit Babesiosis tidak menular ke tubuh manusia, atau sifatnya tidak zoonosis.

Sapi Lewat Bakal Diperiksa

Imbas merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi di Jawa Timur, membuat Pemkab Sragen waspada.

Terlebih Bumi Intanpari berbatasan dengan Jawa Timur.

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen, Rina Wijayanti mengatakan akan memperketat lalu lintas ternak, terutama dari wilayah Jawa Timur.

"Kami sudah koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah, Provinsi mempunyai pos pengawasan lalu lintas ternak di Sambungmacan, itu untuk diperketat," ujarnya kepada TribunSolo.com, Jumat (13/5/2022).

Selain itu, lalu lintas ternak lokal di wilayah Kabupaten Sragen juga akan diperketat dengan menggandeng Dinas Perhubungan dan Satpol PP.

Hingga Jumat (13/5/2022) menurut Rina belum ada laporan mengenai wabah PMK di wilayah Kabupaten Sragen.

"Sementara untuk penyakit mulut dan kuku di Sragen yang merebak akhir-akhir ini, alhamdulillah belum ada deteksi, baik itu laporan dari peternak maupun pasar hewan se Kabupaten Sragen," jelasnya.

Meski begitu, Ia meminta kepada peternak untuk selalu menjaga kebersihan kandang, dan apabila ditemukan ciri-ciri PMK untuk segera melapor ke Dinas Peternakan dan Perikanan.

"Ciri-cirinya ternak demam, kemudian ada lendir di area mulut, lumpuh, dan akan ada semacam infeksi juga diarea mulut, apabila ada indikasi kita cek ke laboratorium," jelasnya.

"Kalau ada yang terjangkit langsung kita isolasi, tidak berinteraksi dengan ternak yang lain, karena daya tularnya relatif lebih cepat dari babesiosis," tambahnya.

Baca juga: Karanganyar dan Solo Sudah Izinkan CFD, Bagaimana Sragen? Ini Jawaban Bupati Yuni

Baca juga: Kondisi Belasan Sapi di Boyolali yang Terpapar PMK Membaik, Penyemprotan Disinfektan Masif

Kini, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen memantau sejumlah Peternakan di Kabupaten Sragen, serta 6 pasar hewan.

"Kita memantaunya saat loading ternak, entah ternak mau turun dari kendaraan atau mau naik, ketika ada indikasi tidak diturunkan, kita mempunyai tenaga kesehatan hewan di setiap pasar," terangnya.

Menurut Rina, daging yang terinfeksi PMK bukan merupakan zoonosis, atau tidak terjadi penularan pada hewan ke manusia.

"Tidak (berbahaya bagi manusia), dia tidak akan menular ke manusia, karena tidak zoonosis," pungkasnya. 

Berikut ciri-ciri atau tanda klinis PMK yang terjadi pada hewan ternak di Jawa Timur berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen :

- Tanda klinis awal : penurunan nafsu makan, hipersalivasi (mengeluarkan lendir berlebihan), panting (nafas terengah-engah), kepincangan (beberapa sampai terbaring), dan demam.

- Tanda klinis kemudian berkembang, dengan munculnya vesikel/lepuh dan atau erosi pasa sekitar mulut, lidah, gusi, hidung, teracak (kuku) dan puting.

Kasus di Boyolali

Wabah penyakit Mulut dan kuku (PMK) pada ternak sapi diduga sudah masuk Boyolali.

Ada belasan sapi di Kecamatan Mojosongo yang mengalami gejala klinis seperti PMK.

Seperti diketahui PMK telah banyak terjadi di wilayah Jawa Timur.

Baca juga: Uniknya Bakdan Sapi yang Hanya Ada di Boyolali : Sebelum Diarak Kampung, Sapi-sapi Sarapan Ketupat

Baca juga: Harga Daging Sapi di Sragen Meroket Jelang Lebaran, Sekarang Tembus Rp 130 Ribu per Kg

Hal itu diketahui setelah dari adanya peternak yang melaporkan jika sapi-sapinya mengalami gejala PKM.

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disanakkan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati membeberkan jika pada Sabtu (7/5/2022) pekan lalu, pihaknya mendapatkan laporan dari peternak sapi di Mojosongo Boyolali.

Peternak tersebut melaporkan jika dua ekor sapinya yang mengalamai gejala, seperti mulutnya melepuh, lendir yang dikeluarkan juga banyak, lidahnya seperti orang sariawan, Suhu badannya tinggi hingga nafsu makannya berkurang.

Baca juga: Jelang Lebaran, Harga Daging Sapi Super di Karanganyar Melonjak, Tembus Rp 130 Ribu per Kg

“Temen-temen kemudian melakukan pengecekan ke lokasi dan koordinasi dengan balai besar veteriner Wates. Hari Minggu kemarin kita bersama BB Veteriner itu kesana untuk melakukan identifikasi,” jelas Lusia, kepada TribunSolo.com, Senin (9/5/2022).

Dalam pengecekan lokasi itu, tak hanya 2 ekor sapi saja yang mengalami gejala klinis PMK itu.

Namun seluruh sapi di kandang yang berjumlah 15 ekor sapi seluruhnya juga mengalami gejala yang sama.

Pihaknya pun kemudian mengambil sampel darah dan lendir seluruh sapi yang ada serta memberikan pengobatan terhadap sapi-sapi tersebut.

“Sampel tersebut kemudian di-lab kan untuk mengetahui positif dan tidaknya (PMK),” jelasnya.

Baca juga: Seminggu Puasa, Ini Harga Sembako Karanganyar : Cabai Naik Rp 7 Ribu, Daging Sapi Rp 10 Ribu Per Kg

Meski belum diketahui apakah positif atau negatif PMK, namun sapi-sapi tersebut sudah menunjukkan gejala klinis PMK.

Untuk itu, pihaknya langsung memberikan penanganan, seperti penyemprotan disinfektan dan memberikan pengobatan terhadap belasan sapi tersebut.

Selain itu, pihaknya juga telah menjadwalkan akan memberikan vaksinasi terhadap sapi-sapi di sekitaran kandang sapi tersebut hingga daerah-daerah yang berbatasan langsung.

Apalagi, di daerah temuan gejala PKM tersebut, populasi sapinya juga sangat banyak.

“Seluruh peternak juga sudah kami sosialisasi. Seluruh peternak kami minta untuk menjaga kebersihan lingkungannya, minimal disemprot Disinfektan dua kali sehari,” jelas Lusia.

Lusia menambahkan jika gejala klinis PMK ini menyerang ke seluruh jenis sapi. Baik sapi perah mapun sapi pedaging. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved