Berita Karanganyar Terbaru
Teka-teki 18 Sapi Mati Belum Juga Terungkap, Dispertan Karanganyar : Bukan PMK, Bukan Juga Antraks
Penyebab kematian mendadak belasan sapi yang menggemparkan Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar belum juga terungkap.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Penyebab kematian mendadak belasan sapi yang menggemparkan Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar belum juga terungkap.
Terlebih saat ini muncul Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) pada sapi yang muncul di sejumlah daerah di Indonesia.
Kabid Peternakan pada Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (Dispertan PP) Karanganyar, Heri Sulistyo mengatakan sampel darah dan kotoran sapi mati telah diuji ke Balai Besar Veteriner (BBV) DIY.
"Setelah dicek, hasilnya kematian hewan ternak tersebut bukan karena PMK, hasilnya nihil terserang antraks maupun diracun sianida juga, belum dipastikan penyebabnya," kata Heri, kepada TribunSolo.com, Sabtu (14/5/2022).
Meskipun belum ada hasil, Heri menekankan pihaknya masih mewaspadai kemungkinan kasus sama terjadi di wilayah lain.
Hingga saat ini, ia mengaku belum dilaporkan kematian mendadak sapi terserang PMK.
Dia menyebut gejala PMK adalah suhu tubuh sapi naik mencapai 41 derajat celcius, bibir pecah-pecah, kuku kaki terkelupas serta lumpuh.
“Belum ada gejala seperti itu, d wilayah Solo Raya, baru ada kasus di Boyolali, menyerang sapi dan kambing,” ujar Heri.
Baca juga: Update Harga Kebutuhan di Solo Usai Lebaran : Daging Sapi Ogah Turun, Cabai & Bawang Mulai Meroket
Baca juga: Bukan Penyakit Mulut & Kuku, Belasan Sapi di Sragen yang Mati Mendadak karena Terjangkit Babesiosis
Heri membenarkan kasus PMK yang terjadi di Boyolali menjadi perhatian serius pemerintah pusat.
Seluruh stakeholder peternakan di Soloraya semakin aktif berkoordinasi dalam rangka pencegahan.
“Beberapa waktu lalu, Pak Menteri (SYL) ke Boyolali sambil berikan obat dan vitamin ternak,” ungkap Heri
Salah satu caranya dengan menyemprot disinfektan ke kandang dan mengantisipasi masuknya ternak dari wilayah endemi PMK.
Mengenai pengetatan lalu lintas ternak, ia menyarankan pedagang menghindari jual beli ternak dari Jawa Timur yang merupakan wilayah munculnya PMK.
Baca juga: Bukan Penyakit Mulut & Kuku, Belasan Sapi di Sragen yang Mati Mendadak karena Terjangkit Babesiosis
Baca juga: Ada Kasus Sapi dan Kambing Mati di Klaten, Dinas Turun Tangan Waspada Penyakit Mulut dan Kuku
Menurutnya, penularan sangat mungkin terjadi melalui kontak langsung.
Dalam rangka pencegahan, Dispertan PP Karanganyar mengagendakan sosialisasi intens ke peternak.
“Melibatkan petugas lapangan, mantri suntik dan dokter hewan tiap kecamatan, berilah gizi cukup ke ternak karena kuncinya pada imun tubuh,” kata Heri.
"Untuk kabupaten kota selain Boyolali, Insya Allah masih aman," pungkasnya.
Geger Belasan Sapi Mati Mendadak
Warga Desa Kaliboto, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Sragen geger gegara belasan sapi mati mendadak secara beruntun.
Kepala Desa Kaliboto, Haryono mengatakan awalnya sapi diberi makan seperti biasanya, namun tak lama mendadak ambruk.
Kejadian matinya sapi secara mendadak dalam dua minggu ini mencapai belasan ekor, membuat warga gempar.
"Terus perutnya kembung, tiba-tiba kejang-kejang langsung ambruk, dan mati begitu saja," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (26/3/2022).
Kasus sapi yang mati mendadak, terakhir kali terjadi di Dusun Ngemplak sekitar tiga hari lalu.
Karena sebelumnya sudah banyak kasus sapi yang mati, oleh pemilik sapi tersebut langsung dipotong agar masih bisa dijual dagingnya.
"Total sudah 18 ekor yang mati mendadak," jelas dia.
Adapun saat disembelih, menurut Haryono darah yang keluar masih bewarna merah segar.
"Sama dokter hewan perut yang kembung ditusuk menggunakan pisau dibuka keluar airnya banyak banget, perutnya diinjak baru keluar kotorannya," jelasnya.
Baca juga: BREAKING NEWS : Mobil Tiba-tiba Terbakar di Ruas Tol Semarang-Solo, Kondisi Jalanan Sempat Mencekam
Baca juga: Ada 2 Kasus Antraks di Tahun 2021, Dinas Peternakan Wonogiri : Antisipasi, Sapi Divaksinasi
Karena merasa janggal, kemudian Haryono mengambil sampel darah dan air yang keluar dari perut sapi tersebut untuk diuji di laboratorium.
Menurutnya, sampel yang diuji di laboratorium di Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut belum keluar hingga hari ini.
Kasus kematian sapi secara mendadak paling banyak terjadi di Dukuh Ngemplak, yang ternyata juga ditemukan di dua desa tetangga.
Sapi-sapi tersebut sudah dewasa dan siap dijual jadi uang.
Haryono melanjutkan kejadian yang baru pertama kali terjadi tersebut, membuat warga heran dan mencoba mencari apa penyebabnya.
Baca juga: Aneh Tapi Nyata, Tunggangi Patung Sapi di Makam Kebatan Boyolali, Orang Klaten Tiba-tiba Sakit Keras
Baca juga: Misteri Mayat Wanita Muda di Delanggu Klaten : Dekat Jalan Solo-Jogja, Telanjang & Ada Luka di Leher
"Kalau makanan sama nggak ada perbedaan, sapi yang dibawa keluar kandang, katanya berbahaya," jelas dia.
"Mungkin dikasih racun atau apa, tapi sapi milik tetangga saya kemarin di kandang mati juga," paparnya.
"Sama dokter hewan yang di Kaliboto, katanya kalau ini bukan antraks, kalau bukan kita minta hasil labnya juga diberitahukan ke desa," tambahnya membeberkan.
Sebagian warga pun kini mulai khawatir, dan memilih menjual sapi-sapi mereka yang masih sehat.
"Mungkin takut merugi, kira-kira ada 5 warga yang menjual sapi yang masih sehat, nggak banyak juga," pungkasnya. (*)