Buya Syafii Maarif Wafat
Petuah dan Kutipan Bijak Buya Syafii Maarif : Tuhan Berpihak Kepada Para Pekerja Keras
Tokoh Muhammadiyah, Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif, atau Buya Syafii Maarif wafat Jumat (27/5/2022) pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Penulis: Aji Bramastra | Editor: Aji Bramastra
TRIBUNSOLO.COM, YOGYAKARTA - Innalillahi wa inna ilaihi ro'jiun. Tokoh Muhammadiyah, Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif, atau Buya Syafii Maarif wafat Jumat (27/5/2022) pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta.
Buya Syafii Maarif, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1998-2005, selama ini dikenal sebagai guru besar bangsa.
Baca juga: Kisah Tentang Kesederhanaan Buya Syafii Maarif yang Viral, Pengemudi Mobil Tak Berani Menyalip
Selama hidupnya, entah sudah berapa banyak kalimat bijak dan petuah yang keluar dari seorang Buya Syafii Maarif.
Salah satu petuah Buya soal harapan bahwa bangsa Indonesia masih bisa menjadi bangsa yang maju, disampaikan dalam sambutannya, saat bicara di depan peserta sekolah idiopolitor Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Yogyakarta, pada 22 Oktober 2016.
Buya Syafii Maarif menyatakan bahwa sejarah peradaban manusia ditandai dengan keberpihakan Tuhan pada kelompok tertentu.
Dikutip dari suaramuhammadiyah.id, Buya saat itu mengatakan, hal itu dinyatakan sendiri oleh Allah dalam kitab suci al-Quran.
Menurut Buya, Allah tidak akan mengubah nasih seseorang atau sekelompok orang sehingga ia mau untuk mengubah nasibnya sendiri.
“Al-Quran memberi optimisme. Tuhan tidak netral sepanjang sejarah. Ada intervensi Tuhan kepada kelompok tertentu. Tuhan berpihak kepada orang-orang yang mau bekerja keras dan berusaha. Kalau tidak belajar, Tuhan diam, tidak berpihak. La yughaiyyiru ma biqaumin hatta yughaiyyiru ma bi anfusihim,” kata Buya Syafii Maarif saat itu.
Menghadapi kondisi carut-marutnya bangsa Indonesia, Buya menyatakan bahwa harapan perubahan itu masih ada. Para generasi muda tidak boleh berputus asa.
“Selama matahari masih ada, harapan itu masih ada,” kata Buya Syafii Maarif.
“Yang muda-muda harus mengerti betul persoalan bangsa berbasis data. Banyak membaca dan ikut terlibat membenahi negeri,” kata Buya.
Buya berpesan supaya anak-anak muda menata hidup dengan penuh optimisme.
“Kalau anda hidup, jangan hidup kepalang tanggung. Jika ingin menjadi pengusaha, maka jadilah pengusaha besar sekali. Kalau jadi pemikir, pemikir besar sekali,” ungkapnya.
Buya Syafii mengingatkan, para anak-anak muda harapan bangsa tidak boleh apatis dengan kenyataan.
Mereka harus mau terlibat dan tidak hanya memikirkan dirinya sendiri.