Khilafatul Muslimin di Solo
Atribut Khilafatul Muslimin di Sukoharjo Dilepas Polisi, Ketua RT: Sudah Lima Tahun Beraktivitas
Atribut organisasi keagamaan Khilafatul Muslimin yang berada di Dusun Gondang RT 1 RW 12 Desa/Kecamatan Polokarto Sukoharjo, dilepas oleh Polisi.
Penulis: Erlangga Bima Sakti | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Erlangga Bima Sakti
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Atribut organisasi keagamaan Khilafatul Muslimin yang berada di Dusun Gondang RT 1 RW 12 Desa/Kecamatan Polokarto Sukoharjo, dilepas oleh Polisi pada Kamis (9/6/2022) sore.
Kapolres Sukoharjo, AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, menuturkan pelepasan tersebut bertujuan untuk mengantisipasi penyebaran paham tersebut di wilayahnya.
Kapolres menerangkan, Khilafatul Muslimin diduga melakukan kegiatan yang dapat membahayakan Ideologi Pancasila.
Baca juga: Khilafatul Muslimin Ada di Solo, Kemenag Sebut Jemaahnya Bukan Warga Solo
Baca juga: Lima Orang Pengurus Khilafatul Muslimin Solo Dipanggil Polisi, Termasuk Pemilik Rumah
“Kami datang ke lokasi untuk melakukan klarifikasi kepada pengurus sejauh mana Khilafatul Muslimin,” kata dia, kepada TribunSolo.com.
Selain itu, pihaknya juga melepas atribut Khilafatul Muslimin berupa spanduk dan papan nama yang terpasang di kantor organisasi tersebut.
“Ini berdasar keresahan dan penolakan warga. Masyarakat sudah menyampaikan keberatan dan penolakannya. Bahkan, akan melawan jika Khilafatul Muslimin tetap melakukan kegiatannya,” jelasnya.
“Jadi, kegiatan ini berangkat dari kegaduhan yang terjadi karena kegiatan Khilafatul Muslimin,” imbuh AKBP Wahyu.
Sementara itu, Ketua RT Setempat, Muladi mengatakan kegiatan organisasi tersebut di wilayah sudah dimulai sekitar lima tahun lalu.
Baca juga: BREAKING NEWS: Kantor Khilafatul Muslimin Ditemukan di Solo, Letaknya di Belakang Kantor DPRD Solo
Menurutnya, pengurus Khilafatul Muslimin sudah meminta izin soal kegiatan organisasinya. Namun, izin awal lokasi tersebut yang diketahui milik salah satu anggota hanya digunakan untuk tempat berkumpul saja.
"Awalnya untuk berkumpul, tapi semakin kesini beda. Mulai membangun Musala sendiri. Awalnya kalau ibadah masih gabung, tapi kemudian setelah ada Musala mereka ibadahnya sendiri," ujarnya saat ditemui.
Menurut Ketua RT, setidaknya ada sekitar 13 KK warga setempat yang bergabung dalam organisasi tersebut. Adapun itu merupakan jumlah sejak awal berdiri, artinya tidak ada tambahan selama berjalannya aktivitas organisasi itu.
Baca juga: Sosok Abdul Qadir Hasan Baraja, Pimpinan Khilafatul Muslimin yang Ditangkap Polisi
Selama kurun waktu lima tahun organisasi itu disana, kata dia, tidak ada kegiatan yang terkesan aneh maupun mencurigakan. Sebab, anggota organisasi itu dengan warga sekitar sudah mengenal sebagai tetangga.
"Tidak ada yang aneh, yang membuat bertanya-tanya ya itu. Dulu ibadahnya gabung tapi setelah itu mendirikan masjid dan mulai pisah (ibadahnya)," katanya.
Pantauan lapangan TribunSolo.com sekitar pukul 19.00 WIB, usai atribut organisasi itu dilepas, lokasi masih digunakan untuk beribadah. (*)