Berita Boyolali Terbaru
Curhat Wali Murid di Boyolali Soal Mahalnya Biaya Pendidikan SMP Negeri: Sedia Uang Cash Rp 2,5 Juta
Siswa yang masuk ke SMP Negeri di Boyolali bukan berarti bebas biaya, ternyata masih ada biaya seragam, buku, dan lain sebagainya.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI- Bagi siswa lulusan SD, tak sabar rasanya menunggu tanggal 11 Juli 2022, hari pertama masuk sekolah SMP.
Calon siswa SMP ini pun akan menemukan hal-hal baru.
Mulai dari Teman-teman, Guru dan bangunan Sekolah serta lingkungan baru.
Baca juga: PPDB Solo 2022: Berkas yang Wajib Dibawa Siswa SMP Jalur Afirmasi Hari Pertama Masuk Sekolah
Hal itupun cukup mendebarkan, dan tak sedikit calon siswa yang ingin segera masuk ke sekolah.
Tapi dibalik kegembiraan calon siswa itu, ada sebagian orang tua yang harus menyembunyikan ‘kesedihannya’ di depan anaknya.
Ada sebagian orang tua yang harus memutar otak, banting tulang untuk mencari uang tunai minimal Rp 2,5 juta agar anaknya bisa seperti teman-temannya.
Memakai sepatu, seragam hingga buku yang baru.
Karena alasan psikis anaknya, salah satu sumber yang ditemui TribunSolo.com tak mau disebutkan namanya.
Dia menceritakan jika anaknya telah diterima di salah satu SMPN yang cukup mentereng di Kota Susu.
Setelah diterima itu, dia diberikan edaran yang berisi mengenai seragam yang akan dipakai anaknya untuk sekolah.
Ada 9 item seragam sekolah yang dipakai, mulai dari kaos kaki, 4 stel kain seragam, kaus olahraga, jilbab hingga Jas almamater.
“Totalnya, saya bayar itu Rp 1.510.600. kalau yang ukuran jumbo Rp 1.645.600. kalau perempuan berhijab bisa sampai Rp 1,8 juta,” terangnya, Senin (4/7/2022).
Setelah membayar biaya seragam itu, dia musti menjahitkan 4 stel seragam anaknya.
Untuk satu stel seragam, ongkos jahitnya sebesar Rp 150 ribu. sehingga jika 4 stel, dia musti mengeluarkan Rp 600 ribu.
Tak cukup disitu saja, dia juga harus mengeluarkan kocek sebesar Rp 437 ribu untuk membayar buku yang akan dipakai anak belajar.
“Jadi saya harus mengeluarkan lebih dai Rp 2,5 juta,” jelasnya.
Baginya, biaya sebesar itu tak masalah. Dia yang merupakan karyawan swasta masih ada sedikit tabungan untuk mencukupi biaya anaknya sekolah.
Meskipun harus menguras tabungannya.
Hanya saja, dia tak bisa membayangkan bagimana nasibnya orang tua lain, yang berpenghasilan tak menentu.
“Saya kira biaya (Rp 2,5 juta untuk seragam dan buku) ini merata. Terjadi dimana-mana,” pungkasnya. (*)