Berita Karanganyar Terbaru
Kondisi Makam Amir Sjarifoeddin, Mantan Perdana Menteri Indonesia : Dipenuhi Semak Belukar
Makam Amir Sjarifoeddin, mantan perdana menteri Indonesia di Kabupaten Karanganyar kurang terawat.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Adi Surya Samodra
"Itu (TPU) pemakaman umum untuk masyarakat, dan di sana ada makam salah satu tokoh Indonesia dulu," ucap Ari Yoga kepada TribunSolo.com, Selasa (16/8/2022).
Ari Yoga mengatakan, TPU tersebut tidak ada petugas yang berjaga maupun menjadi juru kunci di sana.
Dia mengaku, makam-makam tersebut dirawat masing keluarga.
"Warga sering datangi TPU tersebut untuk berziarah ke makam keluarga, kecuali makam Amir Sjarifoeddin Harahap, jarang yang berziarah ke sana," pungkasnya.
Sementara itu, dilansir TribunSolo.com dari situs Perpusnas, Amir Sjarifuddin adalah seorang tokoh Indonesia, mantan menteri, dan perdana menteri pada awal berdirinya negara Indonesia.
Amir memulai jenjang pendidikannya di ELS atau sekolah dasar Belanda di Medan pada tahun 1914 hingga selesai Agustus 1921.
Kemudian atas tawaran saudara sepupunya, T.S.G. Mulia yang baru saja diangkat sebagai anggota Volksraad, Amir meneruskan sekolahnya di kota Leiden.
Pada periode 1926-1927, Amir aktif sebagai anggota pengurus perhimpunan siswa Gymnasium di Haarlem dan selama masa itu pula Amir sering terlibat dalam diskusi-diskusi kelompok Kristen.
Salah satunya di kelompok CSV-op Java yang menjadi cikal bakal dari GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia).
Namun Amir tidak dapat menyelesaikan pendidikannya di Leiden, karena pada September 1927 setelah lulus ujian tingkat kedua, Amir harus kembali ke Medan karena masalah keluarga, walaupun teman-teman dekatnya mendesak agar menyelesaikan pendidikannya di Leiden.
Setelah itu Amir meneruskan kembali pendidikannya di Sekolah Hukum di Batavia dan tinggal di asrama pelajar Indonesisch Clubgebouw, Kramat 106, bersama dengan senior satu sekolahnya Mr. Muhammad Yamin.
Menjelang invasi Jepang ke Hindia Belanda, Amir berusaha menyetujui dan menjalankan garis Komunis Internasional agar kaum kiri menggalang aliansi dengan kekuatan kapitalis untuk menghancurkan Fasisme.
Amir diminta oleh anggota-anggota kabinet Gubernur Jenderal, menggalang semua kekuatan anti-fasis untuk bekerja bersama dinas rahasia Belanda dalam menghadapi serbuan Jepang.
Rencana tersebut tidak banyak mendapat sambutan, ini disebabkan karena rekan-rekan Amir sesama aktivis masih belum pulih kepercayaannya terhadap Amir akibat polemik yang terjadi di awal tahun 1940-an dan mereka tidak paham akan strategi Amir melawan Jepang.
Pada bulan Januari 1943 Amir tertangkap oleh fasis Jepang.