Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Polemik Joko Tingkir Ngombe Dawet, Pegiat Sejarah : Bukannya Tidak Boleh, Tapi Kurang Etis

Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet belakang tengah digandrungi dan viral. Meski demikian, lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet menuai beragam reaksi.

Penulis: Tribun Network | Editor: Adi Surya Samodra
TribunSolo.com / Tri Widodo
Potret makam Ki Ageng Pengging yang merupakan ayah dari Joko Tingkir, Selasa (16/8/2022) 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet belakang tengah digandrungi dan viral.

Lagu tersebut mulai booming sejak dinyanyikan ulang Cak Percil bersama One Nada Record.

Video performa Cak Percil sudah diunggah di kanal YouTube One Nada Record pada 2 Apri 2022. 

Dari situ kemudian muncul sejumlah cover terhadap lagu tersebut di media sosial.

Lagu itu bahkan seakan sudah menjadi 'lagu wajib' setiap ada pentas orkes campursari atau dangdut di masyarakat. 

Meski demikian, lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet menuai beragam reaksi dari masyarakat.

Tak sedikit pula dari mereka yang kurang setuju dengan lirik lagu tersebut, salah seorang diantaranya, pegiat sejarah R Surojo. 

Baca juga: Chord Kunci Gitar dan Lirik Lagu Joko Tingkir- Denny Caknan, Cak Percil, Cak Sodiq: Ojo Dipikir

Baca juga: Asal-usul Dukuh Butuh Sragen,Ada Tanah Milik Keraton Solo hingga Makam Ki Ageng Butuh & Joko Tingkir

Menurut Surojo, penggunaan nama Joko Tingkir dalam lirik lagu dirasa kurang etis dan secara budaya, kurang menghormati leluhur.

"Beliau merupakan seorang sultan, presiden lah kalau jaman sekarang. Mbok lagunya jangan Jaka Tingkir lah. Joko siapa gitu. Bukannya tidak boleh, tapi kurang etis saja," kata dia.

Surojo menjelaskan Joko Tingkir yang memiliki nama muda Sultan Hadiwijaya merupakan tokoh besar dari Keraton Pajang.

"Beliau nama kecilnya mas karebet. Beliau putra Ki kebo kenongo, Ki Ageng Pengging. Joko Tingkir ini merupakan cucu Prabu Brawijaya V," kata Surojo.

Dia adalah cucu dari Sri Makurung Handayaningrat atau Ki Ageng Pengging Sepuh yang merupakan menantu Brawijaya V. 

Sri Makurung Handayaningrat memperistri Ratu Pembayun, putri dari Brawijaya V. 

Pernikahan Retna Pembayun dengan Sri Makurung Handayaningrat memiliki yaitu Kyai Ageng Kebo Kanigoro, Kyai Ageng Kebo Kenongo dan Raden Kebo Amiluhur. 

Kebo Kenongo memiliki anak bernama Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijoyo. 

Setelah menikah dengan anak dari Sultan Trenggono Demak, Joko Tingkir diberikan kekuasaan sebagai Adipati Pajang.

Singkatnya setelah Sultan Trenggono meninggal, terjadi perebutan penerus tahta antara sultan Prawoto dengan Arya Penangsang.

Arya Penangsang pun kemudian menobatkan dirinya sebagai raja Demak berikutnya, meskipun pihak lain tak mengakuinya, termasuk dari Pajang.

Para Wali pun kemudian menobatkan Joko Tingkir menjadi Sultan Hadiwijaya.

"Sultan Hadiwijaya menurunkan pangeran Benowo, hingga menurunkan Raden ayu Tasik Wulan,"

"Raden ayu Tasik Wulan diperistri putra Pakubuwono 3, Tasik Wulan mempunyai Putri Raden Ayu Hemas yang kelak menurunkan raja-raja Jawa," jelasnya.

pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved