Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Cacar Monyet Belum Terdeteksi di Sragen, Dinkes: Kalau Ada yang Tertular Tetap Karantina Mandiri

Sragen juga waspada kasus cacar monyet. Walaupun belum ada temuan kasus di Sragen, namun siapa yang dirasa memiliki gejala bisa karantina mandiri.

TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, Hargiyanto saat ditemui Senin (13/12/2021). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Kasus cacar monyet atau Monkeypox sudah ditemukan di Indonesia, yang menjangkiti seorang pria berusia 27 tahun di Jakarta. 

Cacar monyet merupakan penyakit zoonosis (bisa menular dari hewan ke manusia) langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, Hargiyanto mengatakan hingga saat ini belum terdeteksi virus cacar monyet di Sragen

"Sragen belum terdeteksi, karena baru 1 di Indonesia, itu dari wisman luar negeri, seorang pria berusia 27 tahun," katanya saat ditemui wartawan, Senin (22/8/2022). 

Lanjutnya, dari pasien tersebut sudah dilakukan tracing namun hasilnya belum keluar.

Menurut Hargiyanto, untuk memastikan diagnosa penyakit cacar monyet dilakukan melalui PCR (Polymerase Chain Reaction) layaknya covid-19. 

Jika terdapat ada yang tertular cacar monyet maka dilakukan tracing dan dites dengan PCR, yang mana dalam sehari langsung bisa diketahui hasilnya. 

Hingga kini, Sragen memang belum memiliki alatnya, namun akan dipersiapkan dengan segera. 

Kata Hargiyanto, penularan terjadi apabila bersentuhan atau kontak langsung dengan pasien cacar monyet.

Baca juga: Kasus Cacar Monyet Ditemukan di Indonesia, Bupati Yuni Minta Warga Sragen Tak Panik

Dengan begitu, maka pasien cacar monyet atau yang memiliki gejala diimbau untuk menjauhi kerumuman dan melakukan karantina. 

Hargiyanto menuturkan karantina cacar monyet bisa dilakukan secara mandiri apabila tertular. 

"Iya harus karantina, karantina mandiri karena memang gejalanya biasa, tidak perlu mendapat perawatan rumah sakit," terangnya. 

Gejala yang dirasakan apabila tertular cadar monyet ialah merasa demam, pegal, panas, ada cacar (benjolan berisi air atau nanah) kebanyakan ada di wajah.

Saat ini, penanganan berdasarkan arahan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan diberikan vaksinasi terbatas. 

"Penanganan selanjutnya dari WHO sudah ada perintah untuk vaksinasi terbatas, diberikan kepada yang kontak erat," terangnya.

Untuk obat cacar monyet sendiri kata Hargiyanto saat ini memang belum ada. 

Penanganan dilakukan dengan memperkuat ketahanan tubuh atau bisa diberikan antibiotik dan anti nyeri apabila sudah muncul cacar-cacar di permukaan kulit. 

"Nanti kalau sudah luka-luka banyak dikasih antibiotik, anti nyeri, yang penting ketahanan tubuh dulu, kalau virusnya kan sebenarnya tidak ada obatnya," jelasnya. 

"Karena mungkin ada luka atau lecet pada cacarnya diberi antibiotik supaya tidak infeksi, karena kan bisa pecah," pungkasnya. 

Kasus Pertama di Indonesia

Baru-baru ini dikabarkan satu warga negara Indonesia dinyatakan telah terkonfirmasi menderita Monkeypox atau Cacar Monyet.

Kementerian Kesehatan memastikan pasien tersebut merupakan seorang laki-laki berusia 27 tahun, dengan riwayat perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia dan Perancis sebelum tertular.

Baca juga: Kemenkes Temukan Suspek Kasus Cacar Monyet Monkeypox di Cilegon, Banten

Berdasarkan penelusuran, sebelumnya pasien berpergian ke luar negeri antara tanggal 22 Juli hingga tiba kembali di Jakarta pada 8 Agustus 2022.

Kemudian, pasien mulai mengalami gejala awal monkeypox pada tanggal 11 Agustus 2022.

Lalu apa sebenarnya penyakit cacar monyet atau yang secara internasional disebut sebagai monkeypox ini ?

Dilansir dari litbang.kemkes, berikut fakta tentang cacar monyet hingga proses penularannya.

Tentang Cacar Monyet

Cacar monyet adalah penyakit zoonosis langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Virus cacar monyet termasuk dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Genus Orthopoxvirus juga termasuk virus variola (penyebab cacar), virus vaccinia (digunakan dalam vaksin cacar), dan virus cacar sapi.

Cacar monyet pertama kali ditemukan pada tahun 1958. Pada saat itu ditemukan wabah penyakit mirip cacar yang menyerang koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian, hal tersebut yang menyebabkan penyakit ini disebut sebagai cacar monyet atau monkeypox. Kasus cacar monyet pertama yang menginfeksi manusia tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo. Sejak saat itu, kasus cacar monyet dilaporkan telah menginfeksi orang-orang di beberapa negara Afrika Tengah dan Barat lainnya seperti : Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone.

Penularan Cacar Monyet

Virus cacar monyet dapat menular ketika seseorang bersentuhan dengan virus dari hewan yang terinfeksi, orang yang terinfeksi, atau bahan yang terkontaminasi virus. Virus juga dapat melewati plasenta dari ibu hamil ke janin. Virus cacar monyet dapat menyebar dari hewan ke manusia melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, ketika menangani atau memproses hewan buruan, atau melalui penggunaan produk yang terbuat dari hewan yang terinfeksi. Virus juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau luka pada orang yang terinfeksi atau dengan bahan yang telah menyentuh cairan atau luka tubuh, seperti pakaian atau linen.

Cacar monyet ditularkan pula dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan luka infeksi, koreng, atau cairan tubuh penderita. Penyakit ini juga dapat menyebar melalui droplet pernapasan Ketika melakukan kontak dengan penderita secara berkepanjangan.

Berbagai spesies hewan telah diidentifikasi rentan terinfeksi virus cacar monyet. Masih ada ketidakpastian tentang sejarah alami virus ini. Begitu pula sampai sekarang belum diketahui reservoir spesifiknya dan masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Walaupun memiliki nama cacar monyet, namun monyet bukanlah reservoir utama.

Baca juga: Harapan Ganjar Pasca 1 Warga Bergejala Cacar Monyet: Pemeriksaan Pintu Masuk ke Indonesia Diperketat

Gejala dan Tanda Cacar Monyet

Pada manusia, gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air, namun lebih ringan. Gejala dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah bahwa cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak. Masa inkubasi cacar monyet biasanya berkisar dari 6 hingga 13 hari tetapi dapat pula 5 hingga 21 hari.

Gejala dan tanda cacar monyet :

  • Sakit kepala
  • Demam akut >38,5oC
  • Limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening)
  • Nyeri otot/Myalgia
  • Sakit punggung
  • Asthenia (kelemahan tubuh)
  • Lesi cacar (benjolan berisi air ataupun nanah pada seluruh tubuh)

Dalam 1 sampai 3 hari (kadang-kadang lebih lama) setelah munculnya demam, penderita akan mengalami ruam, sering dimulai pada wajah kemudian menyebar ke bagian lain dari tubuh.

Penyakit ini biasanya berlangsung selama 2−4 minggu. Di Afrika, cacar monyet telah terbukti menyebabkan kematian pada 1 dari 10 orang yang terinfeksi penyakit tersebut.

Pencegahan Cacar Monyet

Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi virus cacar monyet, yang meliputi :

  • Hindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi reservoir virus (termasuk hewan yang sakit atau yang ditemukan mati di daerah di mana cacar monyet terjadi).
  • Hindari kontak dengan bahan apa pun, seperti tempat tidur, yang pernah bersentuhan dengan hewan yang sakit.
  • Pisahkan pasien yang terinfeksi dari orang lain yang mungkin berisiko terinfeksi.
  • Lakukan cuci tangan yang baik dan benar setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi.
  • Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat merawat pasien yang terinfeksi
  • Memasak daging dengan benar dan matang

Walaupun penyakit cacar monyet ini belum dilaporkan masuk ke Indonesia, namun kita tetap perlu waspada dan berhati-hati. Jika mendapati gejala dan tanda seperti yang tertera di atas diharapkan untuk dapat segera melapor ke fasilitas pelayanan Kesehatan agar dapat segera tertangani.

(TribunNews)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved