Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Klaten Terbaru

Ratusan KK di Desa Jambakan Terdampak Krisis Air Bersih, BPBD Klaten Bantu Turun ke Lapangan

Warga Klaten khusunya di wilayah Desa Jambakan, Kecamatan Bayat mulai merasakan kekeringan. Mereka meminta bantuan air dari BPBD.

Penulis: Ibnu DT | Editor: Ryantono Puji Santoso
TribunSolo.com/Ibnu Dwi Tamtomo
Sejumlah warga Dukuh Barengan, Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Klaten mengantri untuk mendapatkan air bersih dari BPBD Klaten, Selasa (27/9/2022) siang. 

"Tapi memang kualitas air di sini tidak bisa dipakai untuk memasak karena pada kandungan kapurnya terlalu tinggi, jadi kalau kita untuk masak dan minum selalu beli," aku dia. 

Dirinya mengaku bersyukur atas bantuan air yang diberikan, lantaran air tersebut dapat memenuhi kebutuhan air bersih. 

Terlebih lagi kualitas air tersebut adalah air layak untuk dikonsumsi. 

Dengan krisis air yang terus berulang, dirinya berharap agar  PDAM segera masuk ke desanya, sehingga krisis air bersih tak terulang lagi di musim kemarau yang akan datang. 

Sementara itu, Kaur Perencanaan Desa Jambakan, Rustam Efendi membenarkan bahwa krisis air dialami sejumlah warganya sejak awal bulan September 2022. 

Sekitar 60 persen warganya yang tersebar di beberapa dukuh terdampak krisis air bersih. 

"(Krisis air) terjadi di Dukuh Widoro, Barengan, Karangwuni dan terparah di Doyo, karena dari keempat dukuh tersebut belum teraliri air dari PDAM," terangnya.

"Sedangkan yang terdampak di tempat Dukuh tersebut ada sekitar 400 KK," ungkapnya.

Menurutnya, warga selama ini mencukupi kebutuhan air dengan cara menunggu bantuan dropping air bersih (dari BPBD) dan juga membeli air. 

"Kalau pembelian air itu biasanya seharga Rp 200 ribu per 5 ribu liter itu hanya cukup untuk 5 hari saja. Belum lagi kalau ada keperluan hajatan, bisa lebih tinggi lagi," tambahnya.

Dirinya menjabarkan bahwa saat ini PDAM hanya mengaliri sebagian wilayah desa bagian timur saja yakni di Dukuh Jaten dan Jambakan. 

Namun di wilayah lain yakni di Dukuh Barengan, Widoro Karangwuni dan Doyo hingga kini belum teraliri air PDAM. 

"Dulu itu (sempat) akan dialiri oleh PDAM, tapi belum ada kesepakatan antara warga dan PDAM (terkait pemasangan instalasi peralatan PDAM) karena ada keberatan dari sejumlah warga Dukuh Barengan," terangnya. 

Menurutnya, penolakan warga saat itu karena kebutuhan air warga masih tercukupi dari sumur-sumur yang dimiliki oleh warga. 

"Tapi kenyataannya untuk saat ini warga sudah merasakan krisis air terutama di musim kemarau pada bulan September sejak tahun 2020," tegasnya. 

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved