Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Tragedi Kanjuruhan

LIB Menolak Arema vs Persebaya Digeser Sore Hari, PSSI Mengira Bakal Aman karena Bonek Tak Hadir

Kapolres Malang sendiri mengaku meminta laga digelar pada sore hari bukan malam hari karena memprediksi rawan kericuhan.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
SURYAMALANG.COM/Purwanto
Kericuhan di Stadion Kanjuruhan, buntut kekalahan Arema FC atas Persebaya Surabaya 2-3, Sabtu (1/10/2022) malam. 

TRIBUNSOLO.COM, MALANG - Tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan ratusan Aremania, Sabtu (1/10/2022), kini menguak fakta baru.

Pasalnya, pihak Arema FC sempat meminta waktu pertandingan Arema vs Persebaya digeser pada sore harinya.

Alasannya, dua tim yang bertanding memang cukup keras dan para suporter yang rawan bentrok.

Baca juga: Presiden Arema FC Gilang Juragan99 Siap Menanggung Biaya Perawatan Korban Tragedi Kanjuruhan Malang

Kapolres Malang sendiri mengaku meminta laga digelar pada sore hari bukan malam hari karena memprediksi rawan kericuhan.

Ratusan suporter sepak bola di Kabupaten Karanganyar memadati GOR RM Said, Kabupaten Karanganyar, Senin (3/10/2022) malam.
Ratusan suporter sepak bola di Kabupaten Karanganyar memadati GOR RM Said, Kabupaten Karanganyar, Senin (3/10/2022) malam. (TribunSolo.com/Mardon Widiyanto)

Jauh sebelum laga Arema FC vs Persebaya itu digelar pukul 20.00 WIB, Panpel Arema FC telah mengajukan permintaan perubahan jam kick off maju pukul 15.30 WIB atau pada sore hari.

Panpel mengirim surat ke PT LIB pada 12 September 2022.

Disusul Polres Malang juga mengirimkan surat untuk memperkuat permintaan Panpel Arema FC pada 18 September 2022.

Baca juga: Turut Bertanggung Jawab, Manajemen Arema FC Dirikan Posko Informasi Korban Tragedi Kanjuruhan

Namun pada 19 September, PT LIB memberikan balasan.

PT LIB dalam surat balasannya menolak atau tak menyetujui permintaan perubahan jam kick off.

Alhasil Singo Edan vs Bajul Ijo tetap digelar pada malam hari sesuai jadwal awal.

“Sebelumnya atas permintaan Kapolres sudah kami kirim (perubahan jadwal kick off,red). Setelah itu PT LIB menjawab dan menetapkan jadwal tidak berubah,” kata Manajer Arema FC, Ali Rifki, Senin (3/10/2022).

“Jadi ya kami mengikuti yang sudah ditetapkan karena jadwal apapun itu urusan Panpel dengan PT LIB dan keamanan. Kalau saya sebagai manajer tim mengurusi tim, kesiapan tim dalam berlaga,” tambahnya.

Respons PSSI

Sejumlah pihak pun sampai kini masih menyayangkan, mengapa permintaan perubahan jam kick off tak dikabulkan PT LIB.

Tak hanya itu mereka mempertanyakan, jika PT LIB tidak menyetujui kick off Arema FC Vs Persebaya digelar sore hari, mengapa pihak kepolisian Polres Malang tetap mengeluarkan izin pertandingan pada malam hari.

“Kami ketahui polisi mengajukan permohonan pertandingan di sore hari. Tetapi PT LIB dan Panpel kemudian berdiskusi terjadi kesepemahanan bersama tetap digelar malam hari," kata Sekjen PSSI, Yunus Nusi, Senin (3/10/2022).

Yunus Nusi menanggapi respons tersebut, menyebut kesepahaman itu tak lepas dari pertimbangan karena Bonek yang merupakan suporter Persebaya tidak datang ke Kanjuruhan.

Alhasil saat itu, LIB dan Panpel menganggap laga akan aman karena tidak ada suporter tim tamu.

"Tentu dengan beberapa persyaratan tidak menghadirkan suporter lawan atau tamu ke stadion.
Dan itu yang menjadi rujukan Panpel dan LIB untuk berpikiran positif. Tidak ada rivalitas suporter karena tidak ada suporter Persebaya," ujarnya.

Sudah Dilarang FIFA, Polisi Tetap Gunakan Gas Air Mata di Kanjuruhan, PSSI: Tunggu Hasil Investigasi

Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi memberikan tanggapannya terkait insiden penembakan gas air mata setelah laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). 

Tragedi di Stadion Kanjuruhan terjadi dan memakan ratusan korban jiwa setelah pertandingan Arema vs Persebaya pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 berakhir dengan skor 2-3.

Kejadian itu bermula dari sejumlah suporter Arema FC turun ke lapangan.

Polisi lalu menembakan gas air mata untuk menghalau massa ricuh.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan Ancam Indonesia Gagal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Gibran : Merugikan Solo

Namun belakangan penggunaan gas air mata di dalam stadion itu disayangkan banyak pihak dan disebut-sebut melanggar prosedur pengamanan.

Sebab, sebelumnya penggunaan gas air mata itu dinilai melanggar regulasi FIFA Pasal 19 poin b tentang pengamanan dan keamanan stadion (FIFA Stadium Safety and Security Regulation). 

"No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used (senjata api atau 'gas pengendali massa' tidak boleh dibawa atau digunakan)," tulis aturan FIFA. 

"Ini terkait pihak kepolisian yang melaksanakan tugas atau pengamanan tidak seusai prosedural dan melanggar FIFA Safety and Security Stadium pasal 19 poin B, di mana senjata api dan gas air mata tidak boleh masuk ke sepak bola," kata Akmal Marhali, Ketua Save Our Soccer, dikutip dari KOMPAS.COM.

Baca juga: Laga UNSA FC vs Persika Karanganyar Ditunda : Tunggu Petunjuk Lanjutan Asprov PSSI Jateng

Gas air mata yang mengarah ke tribun penuh penonton tak pelak menyebabkan kepanikan dan menimbulkan korban jiwa. 

Per Minggu (2/10/2022) malam WIB, ada 125 orang tewas akibat tragedi Kanjuruhan dengan 124 di antaranya sudah teridentifikasi.

Dinas Kesehatan Kabupaten Malang menyampaikan update jumlah korban setelah melakukan sinkronisasi data.

Pihak RS Syaiful Anwar sudah menjelaskan jika penyebab kematian korban rata-rata adalah adanya trauma di bagian kepala dan dada akibat benturan setelah terinjak, terjatuh, atau berdesakan.

Sementara itu, pihak kepolisian menjelaskan bahwa pihaknya terpaksa menggunakan gas air mata untuk mengurai keramaian oknum suporter Arema FC yang turun ke lapangan. 

"Mereka turun untuk tujuan mencari pemain dan pihak manajemen, kenapa bisa kalah. Terpaksa jajaran keamanan menembakkan gas air mata," kata Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur Irjen Nico Afinta.

Kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang setelah laga Arema vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022), berujung tewasnya 127 orang.
Kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang setelah laga Arema vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022), berujung tewasnya 127 orang. (surya.co.id)

Respons PSSI

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI Yunus Nusi mengungkapkan jika penembakan gas air mata merupakan langkah antisipatif pihak keamanan. 

"Begitu cepat kejadian tragedi tersebut sehingga pihak keamanan juga mengambil langkah-langkah yang tentu sudah dipikirkan dengan baik," kata Yunus Nusi dalam konferensi pers, Minggu (2/10/2022). 

"Pasca-pertandingan suporter turun ke lapangan dan pihak keamanan mengambil tindakan tersebut," tutur Yunus Nusi menambahkan. 

Baca juga: Teka-teki Nasib PSSI Usai Tragedi Kanjuruhan, FIFA Buka Suara Terkait Banyaknya Korban Tewas

Yunus juga menjelaskan, prosedur operasional standar (SOP) terkait pengamanan kompetisi sudah dikomunikasikan kepada PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator Liga 1 dan panitia pelaksana (panpel) pertandingan. 

"PSSI telah menyampaikan SOP penyelenggaraan sebuah kompetisi. Kami selalu workshop sebelum pertandingan dengan PT LIB, panpel, dan klub," kata Yunus Nusi

"Namun, tragedi tadi malam (Sabtu) kami sangat menyesalkan kejadian tersebut. Namun, kami izin sekali lagi menunggu hasil investigasi," ucap Yunus Nusi melanjutkan. 

Dia pun emastikan bahwa tragedi Kanjuruhan ini akan menjadi evaluasi bagi PSSI, PT LIB, dan semua pihak yang terlibat. 

"Tentu kami dalam setiap kejadian selalu melakukan evaluasi termasuk koordinasi dengan Komite Disiplin," kata dia. 

"Pasti kejadian dan tragedi kerusuhan akan menjadi evaluasi yang sangat serius lagi yang harus dilakukan PSSI, PT LIB, dan semua pihak," tutur Yunus Nusi

Wawali Solo Teguh : Di Protap Nggak Ada, Itu Untuk Demo

Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa mempertanyakan penggunaan gas air mata saat penanganan kerusuhan pasca pertandingan Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang.

Akibatnya, sebanyak lebih dari 170 orang dilaporkan tewas. 

"Kenapa ada gas air mata dalam stadion? Itu dalam protap tidak ada. Itu kalau kita menangani demo di luar semua," kata Teguh, kepada TribunSolo.com, Minggu (2/10/2022). 

Baca juga: Dari Solo Untuk Malang, Aksi Solidaritas Suporter Persis untuk Tragedi Stadion Kanjuruhan

Peristiwa ini menjadi rentetan panjang tragedi berdarah dalam dunia sepak bola.

Dia menyayangkan banyaknya nyawa yang melayang dalam beberapa waktu terakhir di persepakbolaan Tanah Air. 

"Kejadian terus beruntun. Sleman sudah berapa yang korban. Menghilangkan nyawa seperti tidak ada harganya," terangnya.

Teguh juga heran lantaran jatuhnya korban di Stadion Kanjuruhan justru terjadi bukan suporter antar klub.

Melainkan faktor lain yakni pihak keamanan. 

"Kita musuhnya tidak ada. Ini justru antara suporter dengan pihak keamanan," jelasnya.

Baca juga: Tanggapan FIFA Terkait Tragedi Kanjuruhan Usai Laga Arema vs Persebaya : Dunia Sepak Bola Terpukul

Peristiwa ini menjadi sorotan dunia karena mencetak korban terbesar sepanjang sejarah persepakbolaan.

"Kita kedua terbesar setelah kejadian Peru. Sudah sekian tahun yang lalu. Juventus dengan Liverpool saja kejadiannya tidak sampai seratus," tuturnya.

Dia pun mengapresiasi langkah Presiden Joko Widodo yang menginstruksikan untuk menghentikan liga untuk sementara waktu.

Evaluasi menyeluruh diperlukan untuk melakukan pembenahan.

"Saya lihat Bapak Presiden dengan cepat untuk sementara evaluasi. Seluruh liga dievaluasi," tegasnya.

Meskipun peristiwa semacam ini tidak terjadi di daerah lain, penghentian seluruh pertandingan tetap harus dilakukan.

"Itu bagian dari peringatan kita semua untuk lebih menghargai nyawa seseorang," terangnya.

(*)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved