Cerita dari Solo
Kisah Makam Belanda di Bawah Jalan Raya di Sragen : Wasiatnya Jangan Dipindah, Agar Tak Kesepian
Ada makam di bawah yang tak mau dipindah Jalan Raya Sukowati, tepatnya di simpang empat bangjo atau sebelah barat RSUD Soehadi Prijonegoro.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Di Sragen, Van Nispen menikah dengan seorang wanita asal Desa Bener, Kecamatan Ngrampal.
Keduanya hidup sederhana di sebuah rumah, yang kini digunakan sebagai kantor guru SDN Bener 1 Ngrampal, Sragen dan dari pernikahannya dikaruniai seorang putra.
Selama di Sragen, Van Nispen membangun Pabrik Gula yang konon sukses.
"Dan beliau membangun sebuah Pabrik Gula yang konon memang berhasil, karena membuat masyarakat sekitar juga mendapat penghasilan dari bekerja disana," katanya.
Diketahui Pabrik Gula Mojo didirikan tahun 1883 dan masih beroperasi hingga kini.
Baca juga: Mitos Makam Kukun di Jaten Karanganyar: Kawin Gencet hingga Suara Musik Gamelan
Kemudian pada 21 Juni 1914, Van Nispen diketahui meninggal dunia karena sakit di usia 70an tahun.
Dua hari kemudian, Van Nispen dimakamkan di kompleks pemakaman kerkhof tepatnya di tanggal 23 Juni 1914.
Diceritakan, Van Nispen memang memiliki permintaan jika meninggal dunia ingin dimakamkan di Kerkhof di tepi jalan.
"Jadi ketika meninggal, beliau kepingin dimakamkan di pinggir jalan, supaya bisa melihat wanita lalu-lalang disitu, makanya makamnya berada di pinggir jalan," jelasnya.
"Dulu masih banyak pohon besar, karena jalannya juga masih kecil, makam Van Nispen juga masih masuk Kherkof, jadi perempatan juga masih kecil, karena dulu belum banyak kendaraan lalu lalang," tambahnya.
Hal tersebut dikarenakan, meski berpawakan orang Belanda, jiwa Van Nispen sudah menyatu dan mencintai kebudayaan Jawa.
Kemudian, karena itulah alasan kenapa makam tersebut tidak dipindah hingga sekarang.
"Dan beliau memang dari awal tidak mau dipindah, makanya sebelumnya diberi monumen itu, semua makam Belanda sudah dipindah, tinggal beliau saja, karena beliau ingin dekat dengan wanita Sragen," jelasnya.
"Beliau tidak mau dipindah, kepingin berdiri dan lenggah disitu untuk menyaksikan yang wara wiri disitu sampai sekarang," imbuhnya.
Menurutnya, banyak pihak yang menyayangkan makam sosok penting di Bumi Sukowati itu tidak ada pertanda lagi.
"Memang banyak sekali yang menyayangkan, kemarin ngobrol dengan (orang yang ada di) warung-warung yang ada disana, dan mereka juga tidak tahu disitu ada seseorang Van Nispen disitu," katanya.
"Ada seorang pendiri pabrik Gula Mojo yang menjadi kebanggaan dari Kota Sragen, kenapa tidak diberi tanda," pungkasnya. (*)