Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Pemilik Pertama Pabrik Gula Mojo : Pengusaha Kaya Raya Asal Belanda yang Hidup Sederhana di Sragen

Pengusaha kaya raya asal Belanda bernama Willibald Dagobert van Nispen ternyata merupakan pemilik pertama Pabrik Gula Mojo di Sragen

TribunSolo.com/Septiana Ayu
Foto Willibald Dagobert van Nispen, pemilik pertama Pabrik Gula Mojo di Sragen. Van Nispen merupakan orang Belanda yang kaya raya dan menetap di Sragen usai menikahi perempuan setempat. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Warga Sragen pasti tak asing dengan nama Pabrik Gula Mojo.

Pabrik gula yang berlokasi di Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan/Kabupaten Sragen ini didirikan pada tahun 1883, yang mana masih beroperasi hingga kini.

Pantauan TribunSolo.com di lapangan, masih ada truk pengangkut truk tebu yang masuk ke pabrik gula berusia ratusan tahun ini.

Nampak pekerja juga terlihat aktivitas di dalam pabrik gula Mojo.

Sosok pemilik pertama Pabrik Gula Mojo ialah Willibald Dagobert van Nispen, seorang pengusaha yang berasal dari Belanda.

Baca juga: Sosok Van Nispen, Pendiri Pabrik Gula Mojo yang Dimakamkan di Tengah Jalan Raya Sukowati Sragen

Baca juga: Tak Hanya Jadikan Anies Baswedan Presiden, DPD NasDem Sragen Targetkan Bentuk Fraksi Sendiri di DPRD

Pemerhati Sejarah dan Budaya, KRMT L Nuky Mahendranata Nagoro mengatakan awalnya Van Nispen datang ke Pulau Jawa karena tertarik dengan keputusan Agraria tahun 1870.

"Beliau orang Belanda, yang memang datang ke Vorstenlanden Surakarta karena tertarik dengan keputusan agraria tahun 1870 yang memperbolehkan warga Belanda untuk mempergunakan dan menyewa tanah-tanah yang ada di Vorstenlanden," katanya kepada TribunSolo.com.

Waktu itu, Vorstenlanden menyewakan tanah-tanah yang ada di areanya, terutama di Sunan Ground milik Keraton Surakarta.

Lahan-lahan tersebut disewakan, yang kemudian oleh orang Belanda digunakan untuk kepentingan bisnis, mulai dari pertanian hingga perkebunan.

Salah satu orang Belanda yang tergabung dalam Vorstenlanden Surakarta ialah Van Nispen.

Saat itu, dibuat suatu perkumpulan penyewaan lahan dengan tujuan anggota didalamnya bisa mendapat perlindungan hukum atau rasa senasib dalam menyewa ditengah ada sepihak yang menaikkan biaya sewa.

"Jadi Van Nispen membuat suatu firma hukum atau suatu perkumpulan yang didirikan di Surakarta, dan pasa waktu itu, beliau ada selisih paham, karena dia sebagai pemimpin," terangnya.

"Van Nispen berselisih paham dengan para penyewa lahan di Vorstenlanden Surakarta kemudian menyingkir ke Sragen dan hidup disana," tambahnya.

Van Nispen digambarkan sebagai seorang Belanda pada umumnya, dengan kumis dan badan yang gagah.

Di Sragen, Van Nispen menikah dengan seorang perempuan dan tinggal di Desa Bener, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen.

Van Nispen juga mendirikan Pabrik Gula Mojo yang saat ini masih beroperasi.

Di waktu kepemilikannya, Pabrik Gula Mojo diketahui memeperkerjakan para warga sekitar.

Terdapat cerita tutur yang berkembang di masyarakat, dimana konon Van Nispen dikenal orang sakti.

Baca juga: Motor Honda Beat Tak Bertuan Bikin Warga Sragen Geger : Sengaja Ditinggal Pemiliknya, Gegara Hal Ini

Baca juga: Pria Muda di Sragen Ditemukan Sudah Jadi Mayat, Keheningan Malam Hari Mendadak Berubah Jadi Gempar

Yakni, Van Nispen dianggap mampu memberhentikan kereta yang tengah melaju dan membuat kereta tersebut berjalan mundur hanya dengan tangannya.

"Konon beliau terkenal sakti, karena bisa menghentikan kereta api, kan di Pabrik Gula Mojo sebelaunu ada stSiun kereta, jadi ketika kereta api berjalan, beliau melambaikan tangan, keretanya berjalan mundur sendiri," ujarnya.

"Padahal kan sebetulnya beliau juga pemilik wilayah situ, kalau dia melambaikan tangan mundur, ya mundur, siapa yang berani sama beliau, bukan karena sakti, tapi beliau punya kewenangan, saya kira itu," imbuhnya.

"Kalau zaman dulu, penduduk dan warga sekitar heran, kereta yang sudah berangkat, dengan hanya beliau melambai kemudian berhenti, keretanya mundur dan dia naik, ikoniknya itu," kata pria yang kerap disapa Kanjeng Nuky itu.

Saat itu, orang Belanda yang tergabung dalam Vorstenlanden memiliki kekayaan yang luar biasa dan tanah yang banyak dan luas.

Lantaran dulu wilayah Surakarta masih berbentuk hutan bukan rumah-rumah seperti saat ini.

Lahan tersebut digunakan untuk perkebunan dan hasilnya diekspor ke luar negeri.

"Kalau di Sragen, Van Nispen hampir memiliki 80 persen lahan yang ada disana," ujarnya singkat.

"Bukan hanya pengusaha, tapi saya kira hampir bisa dikatakan tanah-tanah disana (Sragen) hampir bisa dikuasai oleh dia, walapun itu sewa," tambahnya.

Meski begitu, Van Nispen diriwayatkan merupakan sosok yang sederhana.

Meski lahir sebagai orang Belanda, Van Nispen sehari-hari berkelakuan seperti orang Jawa pada umumnya.

"Walaupun dia berfisik Belanda, dia memiliki julukan Walanda Dhugdeng atau Lonfo uang kaya, karena dia hidupnya di Desa Bener, tempat istrinya, disana dia lebih hidup merakyat seperti masyarakat biasa," jelasnya.

Baca juga: Enam Fakta Ibu Bunuh Anaknya di Sragen : Ucapkan Selamat Tinggal, Akan Semakin Menua di Penjara

Baca juga: Cerita Petani di Sragen, Beli BBM Pakai Jeriken, Tiba-tiba Diancam dan Diperas

"Jadi ketika dia hidup di Sragen, dia tidak hidup dengan teman-teman atau bangsa Belanda lainnya yang biasanya suka berpesta dan sebagainya," kata Kanjeng Nuky menambahkan.

Berjalannya waktu, Van Nispen semakin berumur dan lahan sewa yang dimilikinya semakin menyusut.

Dan kemudian, Van Nispen hanya menjadi seorang petani di Desanya.

"Di akhir hayatnya Van Nispen bukan jatuh miskin, mungkin karena sewanya waktu itu juga semakin ada yang baik, atau seperti apa, juga karena dia keluar dari firma yang dibuanya, jadi tidak ada perlindungan hukum dan sebagainya," terangnya.

"Tempat perkebunannya menyusut kemudian dia hanya menjadi seorang petani di desanya," tambahnya singkat.

Pabrik Gulanya kemudian diambil alih oleh Pemerintah Belanda karena putranya tidak mampu meneruskan.

"Sebetulnya kalau kita melihat kayak kemunduran, tapin beliau merasakan baik-baik saja, karena memang dia ingin hidup dan meninggal di Sragen," ujarnya.

"Ya kalau dibilang akhirnya hidupnya berakhir tragis juga tidak, beliau sudah tua berusia 70an tahun, jadi meninggal karena tua dan permintaannya ingin dimakamkan di pinggir jalan, agar tetap bisa melihat kecantikan warga Sragen yang wara-wiri di samping makam," pungkasnya.

Van Nispen dimakamkan di Kherkof Sragen, yang kini telah dipindah dan jasad Van Nispen diketahui masih ada dibawah jalan beraspal di sebelah barat RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen.

Makamnya Ada di Tengah Jalan Raya Sukowati 

Nampak tak ada yang aneh di simpang empat lampu lalu lintas Jalan Raya Sukowati sebelah barat RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen.

Jalan nasional itu selalu ramai dengan lalu lalang kendaraan, baik yang hendak menuju Solo ataupun menuju Jawa Timur.

Tak hanya sepeda motor, banyak truk dan bus besar yang melintas sepanjang hari seperti tak ada habisnya.

Perempatan jalan yang terletak di Kelurahan Ngkorog tersebut berukuran cukup lebar dan luas yang dilapisi aspal.

Namun, siapa sangka dibawah jalan beraspal tersebut terdapat makam seseorang asal Belanda bernama Willibald Dagobert van Nispen.

Baca juga: Tak Hanya Jadikan Anies Baswedan Presiden, DPD NasDem Sragen Targetkan Bentuk Fraksi Sendiri di DPRD

Baca juga: Motor Honda Beat Tak Bertuan Bikin Warga Sragen Geger : Sengaja Ditinggal Pemiliknya, Gegara Hal Ini

Lokasi makam itu berada di sebelah sisi selatan dekat belokan kiri menuju ke arah barat.

Dulu, di atas makam tersebut masih terdapat tugu monumen generasi muda Sragen Asri dan taman berbentuk segitiga, yang kini sudah dibongkar.

Pemerhati Sejarah dan Budaya, KRMT L Nuky Mahendranata Nagoro mengatakan meski sudah rata menjadi jalan, namun jasad yang dimakamkan masih ada dibawahnya.

"Makamnya masih ada, berada di bawah jalan itu," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (7/10/2022).

"Karena perkembangan zaman, makam kherkof kemudian tergusur jadi jalan, sempat dijadikan monumen generasi muda asri Sragen diatasnya, yang terakhir ketika saya kesana ternyata sudah diratakan monumennya, jadi perempatan biasa tak berbekas," terangnya.

Van Nispen, dikatakan oleh Nuky merupakan orang Belanda yang juga diketahui merupakan pemilik pertama Pabrik Gula (PG) Mojo di pusat Kota Sragen.

Van Nispen pindah dari Belanda menuju Surakarta dan kemudian memilih menetap di Kabupaten Sragen.

Di Sragen, Van Nispen menikah dengan seorang wanita asal Desa Bener, Kecamatan Ngrampal dan dikaruniai seorang putra.

Keduanya hidup sederhana di sebuah rumah, yang kini digunakan sebagai kantor guru SDN Bener 1 Ngrampal, Sragen.

Baca juga: Pria Muda di Sragen Ditemukan Sudah Jadi Mayat, Keheningan Malam Hari Mendadak Berubah Jadi Gempar

Baca juga: Ada Apa dengan Sragen? Bulan Juni Ada Anak Tega Bunuh Ibunya, Kini Oktober Ibu Habisi Nyawa Anaknya

Selama di Sragen, Van Nispen membangun pabrik gula yang konon sukses.

"Dan beliau membangun sebuah pabrik gula yang konon memang berhasil, karena membuat masyarakat sekitar juga mendapat penghasilan dari bekerja disana," katanya.

Diketahui Pabrik Gula Mojo didirikan tahun 1883 dan masih beroperasi hingga kini.

Kemudian pada 21 Juni 1914, Van Nispen diketahui meninggal dunia karena sakit di usia 70-an tahun.

Dua hari kemudian, Van Nispen dimakamkan di kompleks pemakaman kerkhof, tepatnya di tanggal 23 Juni 1914.

Diceritakan, Van Nispen memang memiliki permintaan jika meninggal dunia ingin dimakamkan di Kerkhof di tepi jalan.

"Jadi ketika meninggal, beliau kepingin dimakamkan di pinggir jalan, supaya bisa melihat wanita lalu-lalang disitu, makanya makamnya berada di pinggir jalan," jelasnya.

"Dulu masih banyak pohon besar, karena jalannya juga masih kecil, makam Van Nispen juga masih masuk Kherkof, jadi perempatan juga masih kecil, karena dulu belum banyak kendaraan lalu lalang," tambahnya.

Baca juga: Enam Fakta Ibu Bunuh Anaknya di Sragen : Ucapkan Selamat Tinggal, Akan Semakin Menua di Penjara

Baca juga: Cerita Petani di Sragen, Beli BBM Pakai Jeriken, Tiba-tiba Diancam dan Diperas

Hal tersebut dikarenakan, meski berpawakan orang Belanda, jiwa Van Nispen sudah menyatu dan mencintai kebudayaan Jawa.

Kemudian, karena itulah alasan kenapa makam tersebut tidak dipindah hingga sekarang.

"Dan beliau memang dari awal tidak mau dipindah, makanya sebelumnya diberi monumen itu, semua makam Belanda sudah dipindah, tinggal beliau saja, karena beliau ingin dekat dengan wanita Sragen," jelasnya.

"Beliau tidak mau dipindah, kepingin berdiri dan lenggah disitu untuk menyaksikan yang wara wiri disitu sampai sekarang," imbuhnya.

Menurutnya, banyak pihak yang menyayangkan makam sosok penting di Bumi Sukowati itu tidak ada pertanda lagi.

"Memang banyak sekali yang menyayangkan, kemarin ngobrol dengan (orang yang ada di) warung-warung yang ada disana, dan mereka juga tidak tahu disitu ada seseorang Van Nispen disitu," katanya.

"Ada seorang pendiri pabrik Gula Mojo yang menjadi kebanggaan dari Kota Sragen, kenapa tidak diberi tanda," pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved