Berita Sragen Terbaru
Kecewa, Orang Tua Siswi di Sragen yang Dirundung Guru Gegara Tak Berjilbab Ingin Polisi Ikut Campur
Kasus perundungan siswi oleh gurunya di Sragen dibawa ke ranah kepolisian oleh orang tua yang bersangkutan
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Agung Purnomo (47) membawa kasus perundungan yang dialami anaknya hingga ke ranah kepolisian.
Putrinya, Z (15) siswi kelas X SMAN 1 Sumberlawang mengalami perundungan oleh guru matematika, Suwarno (54), gara-gara tidak memakai jilbab.
Awalnya, Z mengalami perbuatan yang tidak mengenakkan yang dilakukan oleh Suwarno, dimana ia menyelipkan ajaran perintah memakai hijab sebagai perintah Allah.
Hal itu dilakukan saat Suwarno mengajar mata pelajaran matematika di dalam kelas yang membuat Z tidak nyaman.
Baca juga: Gegara Tak Pakai Jilbab, Siswi Kelas X di Sumberlawang Sragen Dirundung Guru Matematika
Lantas Z mengadukan perbuatan yang dialaminya kepada kedua orangtuanya dan kemudian melaporkan hal tersebut kepada pihak sekolah.
Agung mengatakan setelah peristiwa tersebut, para guru serta Suwarno mendatangi rumahnya untuk meminta maaf.
"Akhirnya kami pulang, guru-guru sudah ada disini, guru-guru minta maaf, yang namanya sesama muslim kita maafkan, siapapun itu," katanya kepada TribunSolo.com, Kamis (10/11/2022).
Namun, Agung menginginkan agar permasalahan tersebut tidak hanya diselesaikan dengan kata maaf saja.
Ia berkirim pesan kepada pihak sekolah untuk diadakan dialog di ruang tertutup untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik.
Lanjutnya, pihak sekolah sempat mengiyakan permintaan tersebut, yang mana akan dilakukan pada hari Rabu (9/11/2022).
Namun, pada hari Selasa (8/11/2022) pihak sekolah menggelar deklarasi sekolah anti bullying yang dihadiri langsung oleh Bupati Sragen.
Baca juga: Penjelasan Guru di Sragen yang Rundung Siswinya Gegara Tak Berjilbab, Sebut Hanya Mengingatkan
Ia pun merasa kecewa, lantaran acara tersebut hanya bersifat seremonial dan tidak berbuah penyelesaian yang diinginkan pihak korban.
"Yang kami butuhkan adalah ruang dialog, yang bisa memberikan satu jalan keluar, anak kami nyaman di sekolah, anak-anak lain nyaman di sekolah, itu yang terpenting bagi kami," jelasnya.
Tak berhenti sampai disitu, setelah mendapat rundungan dari guru matematikanya, Z juga mendapat rundungan dari kakak kelasnya.