Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Karanganyar Terbaru

Mitos Tikungan Dukun di Karanganyar: Pilih Bunyikan Klakson atau Petaka Menanti di Jalur Tawangmangu

Setiap tempat yang dianggap 'wingit' seperti makam, terowongan ataupun jalan, kerap dilalui pengendara dengan membunyikan klason kendaraannya.

Tribunsolo.com/Mardon Widiyanto
Misteri Tikungan Dukun, di Jalan Solo-Tawangmangu, tepatnya di Dusun Dukun, Desa Plumbon, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, konon wajib membunyikan klakson kendaraannya apabila mau melewati jalan tersebut. Di situ juga berdiri sebuah pohon beringin yang besar dan punden 

Bahkan, di punden tersebut dulunya dijadikan lokasi sembayang di sana.

"Dulu pohon itu, pernah dikasih sarung oleh orang Bali dan sering sembanyangan di sana, dan terkabul, mereka kembali ke sini untuk bawa kaos untuk masyarakat setempat," ungkap Yarti.

Sementara itu, Hadi Sumanto Ketua RT 01 RW 02, Dukuh Dukun, Desa Plumbon, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar membenarkan adanya mitos di tikungan dan Punden Dukun.

Baca juga: Mitos Situs Cagar Budaya Mbah Gempur : Dikenal Angker, Dijaga 2 Burung Puyuh Diduga Makhluk Gaib

Meskipun begitu, dia mengaku saat ini hanya sedikit yang masih percaya mitos tersebut.

"Dulu saya pernah dengar banyak melakukan melakukan aktivitas di sana serta mitos membunyikan klakson kendaraan saat melintasi jalan tersebut, namun sekarang sudah jarang," kata Sumanto.

Dia mengatakan sedikit yang melakukan hal tersebut, dikarenakan pengaruh persebaran agama islam yang kental di dusun tersebut.

Di lokasi ia tinggal, adanya pembaruan islami di desa dukun yang semakin maju dan peningkatan ketakwaan membuat masyarakat tidak percaya mitos tersebut.

"Pada saya kecil saya sering mendengar suara klakson kendaran yang melintas jalan itu, dulu masih ada yang mengalami kecelakaan di sana," kata Sumanto.

"Dan beberapa pengendara mengaku melihat sesuatu lewat di sana, namun sekarang ini udah jarang, sekarang sudah jarang terjadi kendaraan membunyikan klakson," ungkap Sumanto.

Sumanto menuturkan, pohon ringin tua tersebut kini sudah roboh diterpa cuaca yang buruk.

Selain itu, pohon yang sudah berusia ratusan tahun kini dipotong dan dijual.

"Robohnya sudah sebulan yang lalu, dan pohonnya itu dijual, yang pohon tua itu dulu disebut Preh," pungkasnya.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved